Petugas melayani pelaku usaha yang mengajukan permohonan sertifikasi halal di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Sabtu (18/3/2023). | ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Ekonomi

Industri Halal Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Posisi ekonomi syariah Indonesia di tataran global pun terus meningkat di berbagai sektor.

JAKARTA -- Ekonomi syariah dan industri halal telah menjadi sumber atau mesin pertumbuhan ekonomi baru. Atas alasan itu, pemerintah terus mendorong pengembangan industri halal.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, industri halal menjadi mesin pertumbuhan ekonomi karena potensinya yang sangat besar. Berdasarkan data Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life, populasi penduduk Muslim di dunia pada 2020 mencapai 1,9 miliar jiwa. Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga mencapai 2,2 miliar jiwa atau 26,5 persen dari total populasi dunia pada 2030. 

"Peningkatan angka tersebut tentu akan dibarengi oleh semakin meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa halal," ujar dia dalam acara Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2023 di Jakarta, Senin (23/10/2023).

photo
Pengunjung memilah produk busana di pameran Halal Fair di Menara 165, TB Simatupang, Jakarta, Jumat (8/9/2023).  - (Republika/Thoudy Badai)

Dirinya menambahkan, posisi ekonomi syariah Indonesia di tataran global pun terus meningkat di berbagai sektor. Berdasarkan The State of the Global Islamic Economy Report 2022, Indonesia menempati urutan kedua pada 2022 pada sektor makanan halal. Sebelumnya berada pada peringkat keempat pada 2021. 

Lalu, pada sektor modest fashion, Indonesia tetap berada di peringkat ketiga sepanjang 2021-2022. Sementara itu, pada sektor farmasi, Indonesia mengalami penurunan, yaitu pada 2021 berada di peringkat keenam menjadi peringkat kesembilan pada 2022. 

"Namun, bila dilihat secara keseluruhan indikator ekonomi syariah, Indonesia tetap menduduki peringkat keempat dunia selama tahun 2021-2022," tutur Agus.

Ia menyebutkan, berdasarkan Indonesia Halal Markets Report 2021/2022 yang disampaikan oleh Bank Indonesia (BI), pada 2020 Indonesia mengekspor sebanyak 46,7 miliar dolar AS produk halal, meliputi makanan, fashion, farmasi, kosmetik secara global.

Adapun impor produk halal pada 2020 senilai 14,5 miliar dolar AS. Maka, secara agregat Indonesia dapat dikategorikan sebagai net exporter produk halal. Kemudian, pada 2021, tercatat ekspor Indonesia sebesar 48,3 miliar dolar AS dan sebanyak 53,8 miliar dolar AS pada 2022.

"Berdasarkan data-data di atas, untuk mencapai pertumbuhan produk industri halal seperti yang diharapkan maka diperlukan kolaborasi dan sinergi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan," ujar dia.

photo
Petugas memberikan penjelasan kepada pengunjung terkait pendaftaran sertifikasi halal gratis saat Festival Halal Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (14/12/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

Sinergi itu diperlukan demi menciptakan ekosistem pendukung pertumbuhan industri halal nasional sehingga mampu mencapai angka-angka yang telah diproyeksikan.

Mengenai penurunan peringkat sektor farmasi halal, Kemenperin menyiapkan sejumlah strategi agar peringkat tersebut bisa kembali naik. Salah satu strateginya yakni mempelajari cara negara lain menyalip posisi sektor farmasi halal nasional.

"Penurunan ini tentu harus kita cermati. Harus kita pelajari, pelajari negara mana saja yang menyalip kita, khususnya di sektor farmasi, dan kita pelajari bagaimana cara mereka bisa menyalip kita. Harus kita petakan betul," ujarnya. 

Ia mengaku sudah meminta kepala Pusat Pemberdayaan Industri Halal (PPIH) Kemenperin guna melakukan evaluasi. Agus berharap, sektor farmasi halal Indonesia bisa menempati peringkat lima besar.  

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan, peningkatan populasi penduduk Muslim di dunia akan diiringi dengan meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa halal. Menurut The Global Islamic Economy Indicator 2022, dalam lingkup ekonomi syariah global secara keseluruhan, Indonesia menduduki posisi keempat di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

“Berdasarkan data-data tersebut, kita bayangkan besarnya potensi ekonomi syariah pada masa mendatang. Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi konsumen, namun juga dapat menjadi pusat produksi produk halal dunia,” ujar Airlangga.  

photo
Alur Proses Sertifikasi Halal - (Republika)

Airlangga mengatakan, meningkatnya permintaan makanan halal menjadi peluang bagi industri makanan dan minuman nasional. Sementara itu, perkembangan tren busana Muslim harus dimanfaatkan oleh industri tekstil dan produk tekstil nasional melalui beragam inovasi produk dan optimalisasi tekstil fungsional.

Begitu juga pada industri farmasi dan industri kosmetik, optimalisasi pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia yang unik dapat menjadi nilai tambah. Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, yakni 236 juta jiwa atau 12 persen dari seluruh populasi Muslim dunia, memiliki kebutuhan produk halal yang besar, yang sekaligus bisa menjadi pendorong untuk pertumbuhan industri halal.

Kebijakan pengembangan industri halal perlu mencakup tiga komponen utama. Pertama, peningkatan kualitas UMKM dengan pembiayaan keuangan syariah. Kedua, dibentuknya National Halal Fund untuk mendukung industri halal dan produk syariah. "Ketiga, tentu harus ada kawasan-kawasan yang dibangun khusus industri-industri yang berbasis halal dan juga untuk memfasilitasi investasi,” kata Airlangga.

Airlangga menyatakan, peluang industri halal di kawasan khusus juga bisa didorong melalui pengembangan kawasan khusus di satu lokasi untuk menampung seluruh industri halal atau pengembangan klaster industri halal di kawasan khusus yang sudah ada. Saat ini, Indonesia telah memiliki tiga kawasan industri halal, yakni di Provinsi Banten, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau, yang bisa menjadi fondasi awal untuk menjadikan Indonesia sebagai global halal hub dan meningkatkan industri berbasis syariah di Indonesia.

“Sudah sepatutnya industri halal menjadi landasan ekonomi. Bukan hanya Indonesia sebagai konsumen, tetapi sebagai produsen pasar domestik dan global,” ucapnya.

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat