Kitab ini bisa dikatakan sebagai yang mula-mula memperkenalkan konsep Sifat 20. | DOK IST

Kitab

Telaah Konsep Dasar Tauhid

Karya Sayyid al-Marzuki ini menjelaskan pelbagai topik yang mendasar tentang ilmu tauhid.

Dalam tradisi pesantren, pengajaran tentang tauhid sering kali disampaikan melalui kitab-kitab kuning. Disebut sebagai “kitab kuning” karena umumnya kertas yang dipakai buku-buku tersebut berwarna kuning, yakni seturut dengan kualitas bahannya. Nama lainnya adalah kitab gundul. Sebab, tulisan yang tertera di dalamnya sering kali berupa aksara Arab yang tanpa harakat. Maka dari itu, penguasaan bahasa Arab mutlak diperlukan untuk membacanya.

Salah satu kitab kuning yang membahas persoalan tauhid ialah ‘Aqidah al-Awwam. Buku tersebut ditulis Sayyid Ahmad al-Marzuki al-Maliki pada tahun 1258 Hijriyah. Seperti tampak pada judulnya, karya ini diperuntukkan khususnya bagi kalangan awam. Penjelasan yang dimuat di dalamnya cukup mudah dicerna para pelajar tingkat dasar.

Sayyid Ahmad al-Marzuki menyajikan ‘Aqidah al-Awwam dalam bentuk nazham. Itu adalah salah satu genre puisi dalam khazanah kesusastraan Arab. Kitab tersebut memuat sekira 57 bait syair. Dipilihnya format sajak itu membuat para pembaca dapat menghafalkannya.

Seluruh nazham di dalam ‘Aqidah al-Awwam mengandung penjelasan tentang sifat-sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah Ta’ala. Di samping itu, elaborasi juga mengenai sifat wajib dan mustahil bagi rasul. Ada pula, nama-nama nabi dan rasul, lalu malaikat beserta tugasnya.

 
Konsep-konsep yang disampaikan Sayyid al-Marzuki sesungguhnya tidak lagi asing di tengah Muslimin Indonesia.
   

Konsep-konsep yang disampaikan Sayyid al-Marzuki sesungguhnya tidak lagi asing di tengah Muslimin Indonesia, bukan hanya kalangan pesantren. Bila berbicara tentang tauhid, umumnya orang juga menyebut perihal "Sifat 20." Inilah nama lain dari salah satu bagian yang dibicarakan dalam ‘Aqidah al-Awwam. Dalam karyanya itu, al-Marzuki menjelaskan tentang adanya 20 sifat wajib bagi Allah dan 20 sifat mustahil bagi-Nya.

Isi buku

Kitab karya Sayyid al-Marzuki ini terdiri atas beberapa bab (fashl). Pertama membahas tentang sifat-sifat yang wajib dimiliki Allah. Di samping itu, pembahasannya juga terkait sifat-sifat yang boleh (jaiz) dan yang mustahil bagi Allah. Jumlahnya ada 41 sifat. Itu terdiri atas 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan satu sifat jaiz bagi Allah.

Menurut pengarang kitab tersebut, setiap orang yang terbebani hukum syariat (mukallaf) wajib mengetahui sifat-sifat Allah itu. Adapun ke-20 sifat wajib bagi-Nya ialah sebagai berikut.

"Wujud, kidam, baka, berbeda dengan makhluk-Nya (mukhalafatuhu lil hawaditsi), berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi), tunggal (wahdaniyah), maha berkuasa (qudrah), maha berkehendak (iradah), maha mengetahui, maha hidup, maha mendengar, maha melihat, maha berbicara, berkuasa (qadirun), berkehendak (muridun), berilmu (’aliman), hidup (hayyan), mendengar (sami’an), melihat (bashiran), dan berbicara (mutakalliman)."

Semua sifat yang wajib bagi-Nya itu lalu dipilah menjadi beberapa bagian, yakni nafsiyah, salbiyah, ma'any, dan ma'nawiyah. Disebut ma'nawiyah  karena sifat itu menetap pada sifat ma'ani. Misalnya, bahwa Allah Maha berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat, dan berbicara.

 
Lawan dari sifat wajib adalah sifat mustahil. Jumlahnya juga sebanyak 20 sifat.
   

Sementara itu, lawan dari sifat wajib adalah sifat mustahil. Jumlahnya juga sebanyak 20 sifat. Semuanya itu adalah bahwa Allah SWT mustahil bersifat-sifat berikut.

"'Adam (tidak ada), baru, fana, mumatsilah lilhawaditsi (sama dengan makhluk-Nya), tidak berdiri sendiri, berbilang, lemah, terpaksa, bodoh, bisa-mati, tuli, buta, bisu, Zat yang lemah (kaunuhu a'jizan), Zat yang terpaksa (kaunuhu kaarihan), Zat yang bodoh (kaunuhu jaahilan), Zat yang mati (kaunuhu mayyitan), Zat yang tuli (kaunuhu ashomma), Zat yang buta (kaunuhu a'maa), dan Zat yang bisu (kaunuhu abkamu)."

Adapun sifat yang boleh (jaiz) bagi Allah ialah sesuatu yang akan diciptakan tergantung pada Allah, apakah akan diciptakan atau tidak. Sayyid al-Marzuki berkata, “Dengan karunia dan keadilan-Nya, Allah memiliki sifat boleh (berwenang), yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Keterangan ini berdasarkan firman Allah, ‘Dan Tuhanmu menetapkan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, tidak ada pilihan bagi mereka’ (QS al-Qashash: 68 dan QS al-Baqarah: 284).”

Sebagai pelengkap, Sayyid al-Marzuki dalam karyanya ini juga memaparkan tentang sosok-sosok nabi dan rasul. Memang, Alquran dan sunnah hanya menyebutkan jumlah para utusan-Nya, yakni 25 orang. Kitabullah sendiri menerangkan sebanyak 18 rasul dalam surah al-An'am dan tujuh rasul lainnya pada berbagai ayat pada surah-surah lainnya.

Para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah nabi dan rasul. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124 ribu orang, sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang. Itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar (Lihat Ibnu Katsir i/585 ).

Sementara itu, Syaikh al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas--dengan tetap bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sang penutup para nabi dan rasul. ''Pendapat yang shahih (benar) mengenai para nabi dan rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan nabi atau sebaliknya, menafikan kenabian pada seorang, padahal realitasnya dia benar-benar nabi.''

 
Al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak berbatas.
   

Keterangan Bajuri ini, menurut al-Marzuki, bersandar pada Alquran surah an-Nisa ayat 164. Artinya, ''Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mengembalikan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Asuransi

Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia diharapkan dapat mencapai 3,2 persen pada 2027.

SELENGKAPNYA

Rupiah dan IHSG Kompak Melemah

Pelaku pasar tampaknya wait and see terhadap ketidakpastian politik dalam negeri.

SELENGKAPNYA

Sjahrir dan Definisi 'Memimpin adalah Menderita'

Sutan Sjahrir wafat jauh dari Tanah Air yang diperjuangkannya. Ia meninggal dalam status tahanan politik.

SELENGKAPNYA