Hikmah
Membaca Masa Depan
Semoga Allah SWT menuntun kita agar tidak melampaui batas dalam membicarakan masa depan.
Oleh AUNUR ROFIQ
Membicarakan proyeksi tentang perekonomian di tahun berikutnya biasanya ramai saat akhir tahun. Hal yang sama, masyarakat ramai membicarakan calon pemimpin negeri dan pasangannya saat menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Mengasyikkan membahas peluang dengan semua kemungkinannya. Mengapa? Karena setiap individu sebagai hamba-Nya telah dibekali nafsu, sehingga dalam diri seseorang bisa menentukan yang menjadi pilihannya. Sang Pencipta juga memberikan ilmu agar bisa digunakan sebagai penuntun kehidupan dan penyeimbang nafsu.
Mengapa harus memikirkan masa depan? Menurut psikolog Gabriele Oettingen, memikirkan masa depan dapat mempengaruhi kita dalam mencapai tujuan, tergantung dengan pemikiran kita mengenai masa depan tersebut. Ketika kita berharap akan sesuatu di masa depan, ada baiknya kita menuliskan apa yang terjadi di masa kini. Membuat perencanaan masa depan dan menjalankan untuk mencapainya merupakan bentuk ikhtiar.
Ketika kita berharap akan sesuatu di masa depan, ada baiknya kita menuliskan apa yang terjadi di masa kini. Membuat perencanaan masa depan dan menjalankan untuk mencapainya merupakan bentuk ikhtiar.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu menjadi keharusan agar seseorang bisa berkontribusi, bekal untuk hidupnya dan membantu sesama. Ibadah tanpa ilmu seakan tubuh tanpa jiwa.
Untuk mencari jawaban masa depan bukanlah datang pada ahli peramal karena hal itu tidak diajarkan. Apa hukum meramal dalam Islam?
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal, lalu dia percaya pada apa yang dikatakan, maka dia telah mengingkari (kufur) syariah Allah SWT yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.” (HR Ahmad).
Jadi saat pesta demokrasi dan pilpres maupun pilkada, maka jauhi untuk mendatangi “orang pintar” atau dukun dan berharap dirinya terpilih. Itu semua dilakukan karena gelapnya mata batin dan kuatnya pengaruh nafsu untuk memenangkannya.
Ingatlah bahwa jabatan atau posisi yang diminta jika menghadapi masalah, Allah SWT tidak akan membantu. Sebaliknya, jika posisi itu tidak diminta dan berupa amanah, maka Allah SWT akan membantu jika menghadapi kesulitan.
Saat pesta demokrasi dan pilpres maupun pilkada, maka jauhi untuk mendatangi “orang pintar” atau dukun dan berharap dirinya terpilih. Itu semua dilakukan karena gelapnya mata batin dan kuatnya pengaruh nafsu untuk memenangkannya.
Allah SWT Mahatahu, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi di masa depan. Allah SWT pasti mengetahuinya. Sebagaimana dalam surah al-An’am ayat 59, "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz)."
Oleh sebab itu, janganlah kita merasa bisa dan memastikan sesuatu yang belum terjadi. Sering kita dengar seorang relawan atau ketua tim pemenangan salah satu calon pemimpin berkata, “Jika si Fulan melakukan ini atau jika ia berpasangan dengan si Anu maka ia pasti menang.”
Klaim kepastian menang itu bukan miliknya, karena siapa pun yg Dia kehendaki, maka jadilah. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surah Ali Imran ayat 26, “Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki."
Betapa pun kuatnya kekuasaan yang menopangnya, tiadalah ia mampu memastikan nasib seorang hamba. Hal yang sama terkadang seorang yang berilmu tinggi merasa mampu memastikan atas kalkulasinya. Padahal ilmu itu diberikan sebagai karunia untuk kebaikan, bukan untuk menyamai kekuasaan-Nya.
Maka simaklah firman-Nya dalam surah Luqman ayat 34, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat di atas, jelas sekali kekuasaan-Nya yang tidak bisa diketahui oleh seorang hamba. Kekuasaan itu meliputi hal berikut.
Pertama, hari kiamat. Tiada kemampuan seseorang meski tinggi ilmunya untuk mengetahui kapan kiamat terjadi.
Kedua, saat turunnya hujan. Kapan tepatnya hujan turun itu adalah kewenangan-Nya.
Ketiga, apa yang ada di dalam rahim. Seorang dokter dengan bantuan alat USG menjadi bisa memperkirakan bayi ini laki-laki atau perempuan dan tetap tidak berani memastikan (bagi yang beriman). Yang sampai saat ini belum bisa diperkirakan adalah apakah bayi tersebut bahagia apa sengsara. Padahal Allah SWT telah menuliskan nasib bayi itu yang disimpan di lauhul mahfudz.
Keempat, tidak ada jiwa yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, apakah kebajikan ataukah kejahatan. Untuk kejadian besok saja seseorang tidak bisa tahu, apa gerangan yang akan terjadi. Ini malah ramai-ramai meramalkan seseorang bakal menang kontestasi pilpres atau pilkada.
Kelima, kematian. Tiada seorang pun tahu kapan ia mati dan di bumi mana.
Dengan mengetahui dan mengimani kekuasaan-Nya, hendaknya kita menyadari dalam batas mana membicarakan dan membahas agar tidak ikut mengatur atas pengaturan-Nya.
Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan tuntunan agar kita tidak melampaui batas dalam membicarakan masa depan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Jihad Santri Melawan Penjajah
Hari Santri menjadi momentum untuk mengingat kembali sejarah perjuangan para tokoh pesantren.
SELENGKAPNYAPalestina, Duri dalam Kejahatan Israel
Apakah dunia masih mempunyai hati membiarkan segala ketikdakadilan Israel pada Palestina?
SELENGKAPNYAFatima Payman, Senator Australia yang Berani Kutuk Israel
Senator Payman merupakan Muslimah taat yang menjadi wanita berhijab pertama di parlemen Australia
SELENGKAPNYA