Kereta Panoramic | Republika/Muhammad Nursyamsi

Iqtishodia

Seberapa Besar Minat Masyarakat Indonesia terhadap Kereta Panoramic?

Sebanyak 91 persen responden tertarik untuk menggunakan kembali kereta panoramic.

OLEH Putri Auriel Chaniago, Putri Audriel Chaniago, Navila Amira Dewi (Mahasiswa Departemen  Manajemen FEM IPB University)                                                                                                                            Satia Ussyakira (Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB University)        Farida Ratna Dewi (Dosen Departemen Manajemen FEM IPB University)

Maraknya wisatawan nusantara yang menggunakan moda transportasi darat membuat jumlah penumpang kereta api di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2022 terjadi peningkatan jumlah penumpang kereta api sebesar 75,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Menjawab peluang ini, PT KAI berinovasi dengan mengeluarkan moda transportasi baru. Belakangan ini sedang hangat moda transportasi baru besutan PT Kereta Api Indonesia (Persero), yakni panoramic train. Kereta panoramic atau panoramic train dikelola oleh KAI Wisata. 

PT Kereta Api Pariwisata atau KAI Wisata adalah anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama dengan PT Kereta Commuter Indonesia, PT Railink, PT Reska Multi Usaha, PT Kereta Api Properti Management, dan PT Kereta Api Logistik. Kereta ini memberikan sensasi baru dalam menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Kereta yang digadang-gadang menjadi kereta panoramik pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini tercipta dari modifikasi kereta eksekutif, produk sejenis dari operator kereta Glacier Express di Swiss.

Beragam fasilitas mewah dan kenyamanan yang ditawarkan, menyebabkan harga tiket kereta panoramic melejit naik. Harga tiket kereta panoramic dibanderol mulai dari Rp 450 ribu-Rp 1.125.000. Tiket dapat  dipesan melaui KAI Acess. 

photo
Mahasiswa IPB saat melakukan kegiatan riset mengenai kereta panoramic, beberapa waktu lalu. - (IPB)

 

Akan tetapi, terdapat beberapa masyarakat yang berkomentar bahwa tarif kereta panoramik terlalu mahal. Bahkan banyak orang menganggap kereta ini hanya dapat dirasakan oleh kalangan berpunya. 

Fenomena ini memperdalam batas stratifikasi sosial yang telah ada serta memperjelas dimensi ekonomi sebagai penentu dimensi stratifikasi yang lain. Max weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai pembagian pada kelompok sosial tertentu ke dalam hirarki strata berdasarkan dimensi kekuasaan, hak istimewa atau privilese dan prestise.

Kekuasaan merupakan kesempatan pada setiap orang dalam melaksanakan keinginannya pada dimensi sosial, walaupun memperoleh benturan dan hambatan dari pelaku sosial lainnya. Privilese adalah sebuah kondisi sosial (kelebihan) yang melekat secara khusus pada individu tanpa dimiliki oleh orang lain. Prestise merupakan kedudukan dan kehormatan yang melekat pada diri seseorang tanpa terdapat hubungan dengan kekuasaan atau material. 

Berdasarkan definisi tersebut maka setiap kelas pasti memiliki kekuasaan, prestise dan privilese di dalamnya. Artinya, beberapa orang akan dihormati dan lebih berpengaruh daripada yang lain. Namun, tidak ada satu kelompok memegang daya lebih dari kelompok lain (Ilmusiana, 2015).  

Pada hasil riset yang dilakukan pada September 2023 yang melibatkan 130 orang, dapat diketahui bahwa karakteristik responden pengguna kereta api di Indonesia didominasi oleh orang yang berasal dari daerah Jawa Barat. Jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan yakni 66 persen orang berada pada rentang usia yang mendominasi adalah 17-25 tahun.

Karakteristik pekerjaan responden terbanyak adalah mahasiswa/pelajar kemudian diikuti oleh pegawai swasta/BUMN dengan pendapatan perbulan pada rentang Rp 3 juta-Rp 5 juta. 

photo
Kereta Panoramic - (Republika/Muhammad Nursyamsi)

Dinamika stratifikasi sosial melalui pendekatan teori Max Weber pada panoramic train sebagai moda transportasi baru dan berdasarkan perspektif masyarakat menunjukkan bahwa sebanyak 82 persen atau 53 dari 65 responden non-pengguna panoramic train tertarik untuk menggunakan panoramic train. 

Sementara, pada responden pengguna kereta panoramik, sebanyak 91 persen atau 59 dari 65 responden di antaranya tertarik untuk menggunakan kembali. Pada aspek stratifikasi sosial didapatkan bahwa dimensi stratifikasi sosial berdasarkan teori Max Weber yang dimiliki oleh seluruh responden, baik responden pengguna atau non-pengguna kereta panoramik didominasi pada dimensi kekuasaan. 

Hal ini karena responden memilih untuk menggunakan panoramic train karena ekonomi yang mereka miliki. Kemudian pengaruh stratifikasi sosial terhadap minat pada non-pengguna kereta panoramik berpengaruh signifikan oleh dimensi prestise yang mana alasan seseorang tersebut menggunakan kereta itu karena ingin dikenal oleh masyarakat. Sedangkan, pengaruh stratifikasi sosial terhadap minat pada pengguna kereta panoramic tidak berpengaruh signifikan oleh dimensi stratifikasi sosial.

Tim riset mendapatkan pengalaman yang menarik setelah mencoba moda transportasi baru kereta panoramic. Manfaat riset ini bagi masyarakat dapat memberi informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan perekonomian. 

Adapun bagi perusahaan, dapat menjadi bahan evaluasi dan saran dalam meningkatkan keberhasilan kereta panoramik sebagai moda transportasi baru. Bagi pemerintah, riset ini dapat menjadi bahan evaluasi dan saran untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang nyaman dan lebih baik secara visual untuk masyarakat di Indonesia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat