Ilustrasi Bullying | Republika/Mardiah

Gaya Hidup

Bullying Marak, Jangan Enggan ke Psikolog

Mendatangi psikolog perlu keberanian.

Saat ini banyak kasus kesehatan mental yang dialami gen Z. Ada anak yang tega mem-bully temannya, baik secara verbal maupun fisik, ada juga yang menjadi korban bullying hingga nekat mengakhiri hidupnya. 

Sebenarnya, hal ini bisa dicegah jika mereka mau mendatangi ahlinya untuk 'curhat' mengenai masalah hidupnya. Bagaimana cara mengajak anak mau konsultasi dengan psikolog?  

Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum, mengungkapkan saat ini gen Z mulai banyak yang mau berkonsultasi ke psikolog. Gen Z biasanya adalah mereka yang akrab dengan media sosial.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Pada masa ini, media sosial sudah banyak memberi edukasi mengenai kesehatan mental, sehingga dengan seringnya melihat, membaca, dan mendengar edukasi mengenai kesehatan mental maka muncul kesadaran dari gen Z terkait pentingnya kesehatan mental. "Mereka sudah mulai menyadari bahwa pergi ke psikolog atau ke psikiater adalah hal yang normal," ujar perempuan yang akrab disapa Lia kepada Republika, Jumat (6/10/2023).

Menurut Lia, saat ini kesadaran remaja juga sudah mulai tumbuh untuk datang ke psikolog atau psikiater. Sering kali justru si remaja itu sendiri yang meminta ditemani orang tuanya berkunjung ke psikolog atau psikiater.

Terkait kesadaran orang tua pada anak remaja, lanjutnya, sangat bergantung pada beberapa faktor. Misalnya lingkungan orang tua, usia orang tua, wawasan orang tua terkait kesehatan mental.

"Ada orang tua yang menyadari pentingnya ke psikolog dan mendukung anaknya sepenuhnya. Ada yang baru menyadari pentingnya hal ini setelah anaknya minta ke psikolog. Dan ada yang masih kurang mendukung," ujar Lia.

Perempuan yang juga berprofesi sebagai penulis ini, memberikan langkah agar anak mau pergi ke psikolog.

photo
Pelajar SMA PGRI 3 Surabaya membawa poster saat kegiatan kampanye gerakan anti perundungan (bullying) di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Kegiatan yang diikuti perwakilan pelajar kelas 10 hingga 12 SMA PGRI 3 Surabaya tersebut guna mengedukasi pelajar akan dampak buruk perundungan. - (ANTARA FOTO/Moch Asim)

1. Edukasi

Beri mereka (remaja dan orang tua--Red) edukasi mengenai kesehatan mental. Sehingga mereka memiliki kesadaran bahwa datang ke psikolog atau psikiater itu bukan aib, itu adalah hal yang normal. 

2. Support system

Jadilah bagian support system yang baik. Jangan memberikan stigma negatif pada orang orang yang mendatangi psikolog atau psikiater

Kapan Harus Konsultasi?

Maraknya kasus bullying dan bunuh diri pada remaja, tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya faktor kejiwaan anak itu sendiri. Ada kalanya, anak dan orang tua menyadari masalah yang dihadapi anak, dan mengenali tanda anak harus dibawa ke ahlinya. Apa saja tanda anak harus segera berkunjung ke psikolog?

Menurut Lia, anak harus segera ke psikolog jika semakin sulit mengontrol emosi. Emosi yang dimaksud bisa emosi marah, sedih, cemas, curiga, bahkan emosi senang. Sesuatu yang berlebih dan sulit terkontrol akan berdampak kurang baik.

 
Bullying Berdampak pada Semua Pihak - (Republika)

  ​

Tanda lainnya anak harus segera dibawa ke psikolog adalah jika mulai merusak benda, mulai menyakiti orang lain dan diri sendiri. Baik itu dengan perbuatan maupun secara verbal.

Selain itu, jika ada perubahan ekstrem pada diri seseorang. Misalnya terlihat murung, sedih berkepanjangan, stres terus-menerus, sebaiknya bawa segera ke ahlinya.

Lia menambahkan, pergi ke psikolog yang tepat tentu akan mendapat dampak positif. "Carilah psikolog yang tepat dan cocok dengan diri sehingga merasa nyaman. Jika nyaman, akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah diri," ujarnya. 

Selain itu, carilah psikolog yang mumpuni di bidangnya. Lalu jalani prosesnya. Jika sudah menemukan yang tepat dan menjalani tahapan prosesnya, banyak data menunjukkan ada perbaikan positif yang signifikan.

Lia menambahkan agar istiqomah datang ke psikolog, ia menyarankan saat pergi pada tenaga ahli untuk menangani kesehatan mental, perlu memahami prinsip ini: 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

- Sebagai sebuah proses

Melakukan proses pemulihan diri bukanlah hal yang instan. Semua perlu proses. Jadi sebaiknya, tidak berekspektasi pada hasil yang instan. Jalani prosesnya secara bertahap.

- Memiliki kesabaran

Proses pemulihan diri bukanlah hal instan sehingga perlu kesabaran yang tinggi. Terkadang prosesnya juga melelahkan sehingga perlu memberikan ruang bagi diri untuk tidak terburu-buru. Hal seperti ini sangat membutuhkan kesabaran.

- Memiliki keberanian

Mendatangi psikolog perlu keberanian, yaitu keberanian meminta bantuan, keberanian melawan stigma, keberanian berkutat dengan emosi emosi yang mungkin menyakitkan.

 

 
Carilah psikolog yang tepat dan cocok dengan diri sehingga merasa nyaman.
 
NUZULIA RAHMA TRISTINARUM, Praktisi psikolog keluarga. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Anak Anemia Berisiko Jadi Korban Bullying, Kok Bisa?

Sebagian besar kasus anemia, terutama pada anak, tidak menimbulkan gejala

SELENGKAPNYA

Tewasnya MHD dan Bahaya Bullying yang Masih Mengintai

MHD diduga meninggal setelah dikeroyok teman dan kakak kelasnya di sekolah.

SELENGKAPNYA