
Nasional
Mengapa Elektabilitas Anies Anjlok?
Penyebab merosotnya elektabilitas Anies tidak tunggal.
Oleh MAS ALAMIL HUDA
Hasil survei LSI Denny JA memotret adanya penurunan elektabilitas Anies Baswedan secara signifikan. Jika pada Agustus tingkat keterpilihan Anies di angka 19,7 persen, pada September merosot menjadi 14,5 persen. Survei dilakukan pada 4-12 September 2023. Artinya, Anies sudah mendeklarasikan diri akan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres ketika survei itu dilakukan.
Kesepakatan pasangan Anies-Muhaimin memang mengejutkan. Ketika dideklarasikan di Surabaya awal September lalu, prosesnya memang sangat cepat. Itu yang lantas membuat Demokrat kesal dan memutuskan keluar dari koalisi penyokong Anies. Namun, realita politiknya adalah Anies resmi berpasangan dengan Muhaimin sebagai satu pasang capres-cawapres sekaligus didukung PKS.
Jika pada kemudian hari lembaga survei memotret elektabilitas Anies justru merosot sejak dipasangkan dengan Muhaimin, faktor penyebabnya pasti tidak tunggal. Duet Anies-Muhaimin memang seolah sedang membuat "uji coba" besar dengan format baru koalisi yang menggabungkan dua ideologi partai yang selama ini dianggap berseberangan, yakni PKB yang berbasis massa sebagian besar adalah Nahdliyin dan PKS di sisi lain.

PKB dengan PKS sebenarnya pernah satu perahu mendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di kabinet SBY pun kedua partai itu berbagi kursi menteri. Tetapi, situasinya menjadi agak berbeda sekarang. Muhaimin menjadi "pengantin" dan didukung PKS. Sedangkan, Anies Baswedan adalah sosok yang lekat dengan gerakan Aksi Bela Islam 212 pada 2016 lalu.
Gerakan yang dikomandoi Habib Rizieq Shihab (HRS) itu harus diakui punya andil besar dalam dinamika Pilkada DKI 2017. Aksi berjilid-jilid saat itu diyakini sebagai faktor paling kuat dalam mengantarkan Anies duduk di kursi gubernur. Di sisi lain, hubungan NU dengan HRS memang tidak rukun. Puncaknya ketika Habib Rizieq secara terbuka menyebut Gus Dur "buta mata dan buta hati". Itulah puncak kemarahan Nahdliyin, warga Nahdlatul Ulama (NU).
Anies dan Muhaimin juga hadir dalam momentum penting keluarga HRS beberapa hari lalu. Hadirnya Anies-Muhaimin dalam pernikahan putri Habib Rizieq itu menjadi isyarat kuat arah dukungan imam besar eks organisasi FPI tersebut dalam Pilpres 2024.

Satu lagi, duduknya Muhaimin di kursi ketua umum PKB juga bukan tanpa luka. Dia dianggap mengambil PKB dari Gus Dur. Namun, Muhaimin dalam beberapa kesempatan membantahnya. Meski demikian, cerita sejarah itu sampai saat ini menjadi hambatan bagi Muhaimin di mata sebagian Nahdliyin, khususnya mereka yang meyakini bahwa Gus Dur dikudeta.
Keberadaan PKS, dukungan HRS kepada Anies, hingga "luka sejarah" Muhaimin itulah yang menjadikan konfigurasi pasangan ini menjadi pelik. Di sini pula letak kerumitan pasangan Anies-Muhaimin dalam konteks dukungan di akar rumput Nahdliyin, kelompok yang suaranya kini sedang diperebutkan dalam Pilpres 2024 mendatang.

Berebut Nahdliyin
Sebagian besar Nahdliyin secara geografis berada di Jawa Timur. Provinsi ini pun menjadi rebutan para kandidat. Berkaca dari pengalaman 2014 dan 2019, provinsi ini menjadi kunci. Namun, jika pada 2014 selisih suara Jokowi dengan Prabowo selisihnya kurang lebih 1 juta, pada 2019 Jokowi unggul hampir 8 juta suara dari Prabowo. Mengapa itu terjadi?
Calon RI 2 atau pasangan masing-masing capres ternyata menjadi penentu saat itu. Kiai Ma’ruf Amin adalah magnet pemilih di Jatim. Di sisi lain, yang juga menarik adalah bersatunya kelompok yang berseberangan dengan NU. PKS, Habib Rizieq, termasuk Amien Rais (salah satu sosok yang dianggap menjegal Gus Dur ketika jadi presiden) menjadikan suara NU bulat untuk Jokowi-Amin. Itulah yang terjadi pada 2019.
Pada 2014 tidak demikian. Tak ada orang NU sebagai kontestan, baik capres maupun cawapres. Meski Kiai Said Aqil Siroj mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo-Hatta, dampaknya terhadap elektoral tidak signifikan. Beliau mengatasnamakan pribadi waktu itu, bukan PBNU walaupun saat itu Kiai Said adalah ketua umumnya.

Tapi, yang perlu diingat, PKB menjadi bagian dari koalisi pengusung Jokowi-JK pada 2014 dan Jokowi-Amin di Pilpres 2019. Yang perlu dicatat juga, PKB merupakan partai pemenang di Jatim pada Pemilu 2014. Artinya, kemenangan Jokowi-JK juga tak terlepas dari mesin politik PKB.
Namun, jika hari ini dalam survei terpotret elektabilitas Anies anjlok maka sangat mungkin banyak faktor yang memengaruhinya. Selain mungkin karena uraian di atas, mungkin juga faktor lain. LSI Denny JA menyebut ada dua penyebab elektabilitas Anies-Muhaimin anjlok. Pertama adalah kritik keras SBY soal pemimpin yang tidak memegang janji. Kedua, menurut LSI Denny JA, sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih lebih disukai daripada Muhaimin.
Namun, survei itu dilakukan per September setelah deklarasi Anies-Muhaimin. Di sisi lain, Prabowo dan Ganjar belum menentukan cawapresnya masing-masing. Artinya, sampai 14 Februari 2024 sangat mungkin semua bisa berubah dengan strategi-strategi terukur yang disiapkan masing-masing kandidat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Anjloknya Elektabilitas Anies Versi LSI Denny JA
Elektabilitas Anies Baswedan pada September merosot menjadi 14,5 persen.
SELENGKAPNYAIsyarat Dukungan dari Rizieq untuk Anies-Muhaimin
Anies dan Muhaimin hadir dalam pernikahan putri Habib Rizieq Shihab.
SELENGKAPNYAInstruksi PKS Setelah Resmi Usung Anies-Muhaimin
Majelis Syura PKS memutuskan mendukung pasangan Anies-Muhaimin.
SELENGKAPNYA