Para petani dari Kelompok Tani Subur Tani Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, di sawah seluas 7,5 Hektare yang mengalami gagal panen, Senin (25/9/2023). | Republika/Shabrina Zakaria

Iqtishodia

Defisit Beras Masih Cukup Tinggi

Produksi pangan di Kabupaten Bogor terkendala oleh semakin berkurangnya lahan pertanian

OLEH Dea Amanda, Nisrina Shinta Ayudya Firdaus (Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University)

Upaya pencapaian ketahanan pangan di Indonesia tengah dihadapkan oleh berbagai tantangan. Tantangan itu mulai dari meningkatnya frekuensi kejadian El Nino dengan durasi yang semakin panjang, tingkat anomali iklim semakin besar, dan siklus kejadian yang semakin pendek.

Menurut BMKG, fenomena El Nino akan tetap berlangsung hingga bulan Maret-April 2024. Anomali iklim tersebut menyebabkan penurunan curah hujan dan kemarau berkepanjangan, sehingga berimplikasi pada ketersediaan air untuk produksi pertanian yang terbatas. Keterbatasan ketersediaan air untuk pengairan ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas pangan hingga terjadinya gagal panen pada sejumlah lahan pertanian dan dapat mengganggu ketersediaan pangan.

Terkait hal ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan bahan pangan di dalam negeri, dalam jangka pendek dengan melakukan impor beras, dan dalam jangka panjang adalah seluruh upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan produksi beras menjadi penting dilakukan dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. 

Pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan permintaan beras

 

Pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan permintaan beras dan menjadikan sumber pangan ini perlu dijamin ketersediaannya. Perencanaan kebijakan dalam mendorong peningkatan produksi beras tidak hanya dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga di daerah, baik provinsi maupun kabupaten.

Kabupaten Bogor merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, tercatat jumlah penduduk di Kabupaten Bogor sebanyak 5.427.068 jiwa. Posisinya yang strategis, dekat dengan ibu kota dan pesatnya pertumbuhan sektor industri menyebabkan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor kian meningkat.

Tingginya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan bahan pangan di Kabupaten Bogor juga lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Saat ini, produksi pangan di Kabupaten Bogor terkendala oleh semakin berkurangnya lahan pertanian yang banyak terkonversi untuk kebutuhan industri, permukiman, dan perdagangan.

Tingkat pemenuhan beras di Kabupaten Bogor masih dalam kondisi defisit yang mana, hanya sekitar 50-60 persen yang terpenuhi dari produksi secara mandiri di wilayah Kabupaten Bogor sehingga masih perlu membeli dari daerah lainnya. Selama tahun 2001-2021, tingkat produksi beras di Kabupaten Bogor cukup berfluktuasi, tetapi menunjukkan tren yang meningkat.

photo
Produksi beras di Kabupaten Bogor - (BPS Kabupaten Bogor)

Pertumbuhan produksi beras mencapai 1,46 persen setiap tahun dengan rata-rata produksi sebesar 313.601 ton per tahunnya. Sentra produksi di Kabupaten Bogor berada pada Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Jonggol, dan Kecamatan Pamijahan.

Sementara itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan penduduk yang memiliki tren meningkat secara langsung berdampak pada kebutuhan pangan penduduk, termasuk pada permintaan beras yang meningkat. Tren kebutuhan beras terus meningkat secara signifikan selama tahun 2001 hingga 2019, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.35 persen.

Tren konsumsi beras sempat menurun sebesar 15 persen atau sebesar 83.188 ton pada tahun 2020. Selama lima tahun terakhir, rata-rata konsumsi per kapita beras di Kabupaten Bogor adalah sebesar 94.625 kg per tahunnya. Kebutuhan beras terbesar di Kabupaten Bogor berada pada wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi, yakni Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cileungsi, dan Kecamatan Ciseeng.

photo
Kebutuhan beras di Kabupaten Bogor - (BPS Kabupaten Bogor)

Terbatasnya kemampuan wilayah Kabupaten Bogor dalam pemenuhan kebutuhan beras secara lokal di wilayahnya merupakan suatu isu yang penting untuk diamati. Penulis melakukan analisis peramalan dari perkembangan produksi dan kebutuhan beras di Kabupaten Bogor dengan menggunakan Metode ARIMA atau Autoregressive Integrated Moving Average.

Model ARIMA merupakan model yang secara penuh mengabaikan variabel independen dalam membuat peramalan, dan menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. Peramalan dilakukan untuk melihat perkembangan produksi beras dan kebutuhan beras pada tahun 2022-2025, dengan menggunakan data historis pada periode 2000-2021.

photo
Peramalan produksi dan kebutuhan beras Kabupaten Bogor - (Dok IPB)

Hasil peramalan menunjukkan prediksi kebutuhan beras pada tahun 2022 adalah sebesar 502.081 ton, dengan perkiraan produksi hanya mampu terpenuhi sebanyak 65 persen atau sebesar 326.498 ton. Produksi beras tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Bogor dengan tingkat defisit yang cukup tinggi, yakni sebesar 175.583 ton.

Jumlah kebutuhan beras di Kabupaten Bogor pada2025 juga diprediksi mencapai 526.078 ton dan masih belum dapat terpenuhi dimana hasil prediksi hanya mampu tercapai sebanyak 64,30 persen atau 329.009 ton. Pada tahun 2025, diperkirakan jumlah beras yang tidak dapat terpenuhi meningkat jumlahnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan peningkatan yang tinggi pada jumlah penduduk.

Kemampuan produksi lokal dalam memenuhi kebutuhan beras pun diprediksi akan semakin mengalami penurunan. Hal ini selaras dengan perkembangan nilai Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kabupaten Bogor yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), di mana terjadi penurunan dari aspek ketersediaan pangan pada tahun 2021 ke 2022.

Dengan demikian, hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah, untuk mengambil langkah tegas dalam upaya peningkatan produksi beras di wilayah Kabupaten Bogor.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat