Petugas memusnahkan ratusan telepon genggam di halaman kantor Kejaksaan Negeri Denpasar, Bali, Rabu (28/9/2022). Telepon genggam jadi sarana beredarnya kekerasan pelajar. | ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Kabar Utama

Lagi, Kekerasan di Sekolah

Video viral kekerasan yang terjadi di sekolah terjadi di Tasikmalaya.

Oleh BAYU ADJI P, RONGGO ASTUNGKORO

TASIKMALAYA -- Potret kekerasan-kekerasan di sekolah-sekolah di Tanah Air terus bermunculan dan menjadi viral di dunia maya. Yang terkini, beredar Sebuah foto yang memperlihatkan seorang anak sekolah menengah pertama (SMP) menginjak kepala anak lainnya di media sosial. 

Dalam foto itu, terdapat seorang anak yang dipegang temannya dan kepalanya diinjak. Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi di SMP Negeri 14 Kota Tasikmalaya, yang berlokasi di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Peristiwa penginjakan kepala itu diduga terjadi pada Rabu (27/8/2023).

Dalam foto yang tersebar di aplikasi pesan WhatsApp itu, pelaku dan korban mengenakan baju seragam batik yang sama. Diduga, peristiwa itu terjadi di sekolah mereka. Tak lama setelah foto itu viral, terdapat video klarifikasi dari salah seorang anak yang menginjak kepala temannya itu. 

Anak tersebut mengakui telah menginjak kepala temannya. Namun, ia mengatakan aksi itu hanya sekadar candaan. "Itu cuman bercanda. Oleh teman-teman suruh cepat difoto," kata anak berinisial S tersebut dalam video klarifikasinya. Ia pun meminta maaf atas kejadian itu. Ia berjanji tidak akan mengulangi peristiwa itu.

photo
Proses mediasi antara pihak sekolah, orang tua, dan tokoh agama, terkait konten penginjakan kepala siswa, di Polsek Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Kamis (28/9/2023). - (Republika/Bayu Adji P)

Dari informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi pada Rabu di ruang kelas SMP Negeri 14 Kota Tasikmalaya. Dalam peristiwa itu, terdapat tiga orang anak yang terlihat. Satu anak yang kepalanya diinjak, satu anak memegangi korban, dan satu anak lainnya menginjak kepala korban.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMPN 14 Kota Tasikmalaya Fitri Gurnitasari mengakui siswa dalam foto itu merupakan anak didiknya. Ia mengiyakan peristiwa itu terjadi di sekolahnya, pada Rabu, tepatnya saat jam istirahat siang ketika para guru sedang shalat. Namun, menurut dia, foto itu bukan merupakan aksi perundungan. "Foto yang viral itu sebenarnya konten anak-anak bercanda. Jadi gambar yang di-upload itu bukan bullying. Jadi mereka membuat konten," kata dia di Polsek Mangkubumi, Kamis (28/9/2023). 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, para siswa hendak membuat konten dengan peran jagoan dan penjahat. Dari keterangan dari para siswa yang juga ikut berkumpul di Polsek Mangkubumi, para siswa itu membuat konten terinspirasi video gim penuh kekerasan GTA alias Grand Theft Auto. 

Kendati demikian, Fitri tetap tidak membenarkan konten yang beredar luas di media sosial itu. Pasalnya, konten itu dinilai tak pantas dilakukan oleh para siswa. Namun, ia memastikan konten itu bukan merupakan aksi bullying. "Anak-anak juga bisa dilihat sendiri, semua bersahabat," ujar dia. 

Menurut Fitri, pihaknya telah memanggil semua pihak yang terlibat, mulai dari anak, orang tua, hingga tokoh agama setempat, untuk mengklarifikasi masalah tersebut. Pertemuan itu difasilitasi oleh Polsek Mangkubumi agar masalah tersebut dapat diselesaikan. 

photo
Proses mediasi antara pihak sekolah, orang tua, dan tokoh agama, terkait konten penginjakan kepala siswa, di Polsek Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Kamis (28/9/2023). - (Republika/Bayu Adji P)

Ia mengatakan, masalah tersebut akan dijadikan sebagai pembelajaran yang luar biasa. Pihak sekolah juga akan meningkatkan pengawasan terhadap para siswa, termasuk di jam rawan saat istirahat. "Karena saat siang itu, kami semua ke mushala. Anak-anak juga ikut. Namun ada yang sudah selesai, masuk duluan," kata dia. 

Fitri menambahkan, pihaknya akan meningkatkan pengawasan terkait penggunaan telepon genggam di kalangan siswa. Ia mengakui, telepon genggam dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Namun, penggunaan telepon genggam tanpa pengawasan juga dapat berdampak negatif.  "Ini sangat membahayakan, terutama foto ini. Saya saat lihat juga langsung shock. Namun ketika diklarifikasi, semua menyampaikan ini hanya konten," kata dia.  

Atas nama sekolah, Fitri juga meminta maaf kepada masyarakat luas atas konten foto yang viral itu. Ia berjanji akan lebih meningkatkan pengawasan, baik keamanan anak di sekolah maupun pemanfaatan telepon genggam. 

Terhadap para anak yang terlibat dalam foto viral itu, pihak sekolah disebut akan melakukan pembinaan. Bahkan, pembinaan juga akan dilakukan kepada seluruh siswa, berkolaborasi dengan Polsek Mangkubumi.  

Ia juga meminta masyarakat ikut serta dalam melakukan pengawasan. Pasalnya, pendidikan bukan tanggung jawab sekolah saja. "Kami mohon kolaborasi dengan masyarakat, terutama orang tua. Jadi di sekolah kami melakukan pembinaan, di rumah pun sama," ujar Fitri. 

photo
Suasana tempat kejadian siswi kelas VI SD yang diduga terjatuh dari lantai 4 SDN 06 Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu (27/9/2023). - (Republika/Thoudy Badai)

Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Asep Rusyadi meminta pihak sekolah untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas para siswa. Pengawasan juga harus dilakukan pada jam rawan, seperti sebelum masuk sekolah, pergantian pelajaran, istirahat, dan jam pulang. "Ini harus jadi perhatian bersama. Upayakan sekolah bisa mengontrol," kata dia.

Ia meminta pihak sekolah mengawasi penggunaan HP para siswa. Ia tak ingin, aktivitas yang hanya bercanda dijadikan konten dan disebarkan secara luas. "Meski hanya bercanda, dampaknya luas. Kami imbau seluruh pelajar berhati-hati membuat konten. Jangan sampai salah penempatan," kata dia.

Sepakat islah

Sementara, pihak keluarga para siswa yang terlibat video viral itu sepakat untuk islah, Kamis (28/9/2023). Kesepakatan islah itu dilakukan di Polsek Mangkubumi. Kepala Polsek Mangkubumi Iptu Ruhana Efendi mengatakan, polisi telah menerima laporan terkait beredarnya foto siswa SMP yang menginjak kepala temannya. "Tenyata hal itu hanya mainan anak-anak di kelas SMPN 14 Kota Tasikmalaya," kata dia, Kamis siang. 

Ruhana mengaku telah memanggil semua pihak terkait dalam foto tersebut, seperti para siswa, orang tua, pihak sekolah, dan dinas terkait. Menurut dia, semua pihak sudah menjelaskan bahwa foto itu hanya merupakan konten yang dibuat oleh para siswa. 

Ia menambahkan, dalam membuat foto itu, tidak ada paksaan dari sejumlah pihak. Para siswa mengaku foto itu hanya dibuat untuk bercanda. "Alhamdulillah tadi sudah ada pertemuan untuk menjawab informasi yang beredar di medsos. Sudah islah, saling memaafkan," kata dia.

Atas viralnya foto tersebut, Ruhana mengingatkan kepada para siswa untuk tidak membuat konten sembarangan. Ia pun meminta pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan terhadap para siswanya. 

Orang tua siswa yang kepalanya diinjak, Erwin (43 tahun) mengaku kaget saat dikirimi foto anaknya sedang diinjak pada Rabu (27/9/2023). Apalagi, ketika itu sedang ramai kasus perundungan di Cilacap, Jawa Tengah. "Langsung fotonya saya share di grup WA orang tua dan kelurahan untuk meminta penjelasan," kata dia. 

 

 
Alhamdulillah tadi sudah ada pertemuan untuk menjawab informasi yang beredar di medsos. Sudah islah, saling memaafkan.
   

 

Setelah itu, ia pun diundang oleh aparat kepolisian untuk bertemu dengan pihak terkait peristiwa penginjakan kepala anaknya itu. Setelah diberikan penjelasan, ia pun menerima bahwa aksi itu bukan merupakan perundungan.  "Setelah ada penjelasan, bisa diterima kalau itu bercanda. Soalnya tidak ada luka," kata Erwin.

Kendati demikian, ia menilai, secara etika perilaku anak yang menginjak kepala anaknya itu tetap salah. Pasalnya, anaknya diinjak di bagian kepala. "Namun dijelaskan tidak ada pemukulan, saya terima dan memaafkan. Tapi, saya harap sekolah lebih memantau untuk menjaga etika. Lalu siswa juga jangan sembarangan main HP," kata dia.

Kekerasan marak

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyoroti maraknya kasus kekerasn di sekolah-sekolah Tanah Air ini. Hal ini memunculkan pertanyaan soal langkah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menjanjikan penanganan atas hal tersebut.

"Runtutan kekerasan terus terjadi di sekolah, seminggu ini sudah ada tiga kasus. Seakan kekerasan tak dapat distop, lagi-lagi siswa dan guru jadi korban, alarm keras bagi pendidikan nasional," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, kepada Republika Rabu (27/9/2023). Ia menekankan, sekolah seharusnya menjadi ekosistem yang nyaman, sehat, berpihak kepada tumbuh kembang anak, serta aman bagi seluruh warga sekolah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Menurutnya, Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP) pada Agustus 2023 lalu digadang-gadang mampu mencegah terjadi kekerasan di sekolah. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya.

Data Rapor Pendidikan yang baru dirilis Kemendikbudristek pun mengemukakan, indikator iklim keamanan sekolah tengah menurun. Penurunan tiga poin untuk jenjang SMP yang semula 68,25 tapi sekarang 65,29. Lalu penurunan drastis lima poin jenjang SMA, semula 71,96 tapi sekarang 66,87. "Permendikbudristek PPKSP seolah macan kertas, galak di tulisan, namun lemah dalam implementasi di sekolah," kata Satriwan.

P2G mencatat, dalam satu bulan terakhir ada lima kasus indikasi kekerasan di sekolah. Pertama, kasus guru mencukur rambut belasan siswi karena tak pakai jilbab sesuai aturan sekolah di Lamongan. Kedua, seorang anak SD di Gresik diduga dipalak dan dicolok matanya sampai buta oleh kakak kelas. 

Ketiga, seorang guru madrasah aliyah di Kecamatan Kebonagung, Demak dibacok siswa saat asesmen tengah semester berlangsung. Setelah ditelusuri, diduga pelaku siswa tidak diperbolehkan ikut ujian oleh sekolah karena belum mengumpulkan tugas. 

 
Permendikbudristek PPKSP seolah macan kertas, galak di tulisan, namun lemah dalam implementasi di sekolah.
Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim
 

Keempat, seorang siswa dipukuli dengan bertubi-tubi atau dianiaya oleh siswa lain sambil direkam oleh siswa lainnya. Pelaku dan korban diduga dari SMP Negeri 2 Cimanggu, Cilacap. 

Kelima, seorang siswi SDN 06 Pesanggrahan Jakarta Selatan, diduga kuat lompat dari lantai empat gedung sekolahnya. Berdasarkan keterangan Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan, korban atas nama SR ini loncat dari ketinggian di lantai empat sekolahnya. "Seminggu ini dunia pendidikan kita sedang berkabung. Indikasi kuat sekolah belum memahami Permendikbudristek PPKSP,"  kata Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri.

P2G menilai Permendikbudristek PPKSP belum disosialisasikan optimal oleh Kemdikbudristek dan Dinas Pendidikan sampai ke level pengawas, kepala sekolah, guru, orang tua, dan siswa. "Permendikbud PPKSP belum mampu mencegah dan menanggulangi kekerasan di sekolah. Sangat disayangkan sekolah belum menyadari adanya aturan ini," jelas Iman. Berdasarkan pantauan dan laporan jaringan P2G, Permendikbud PPKSP tak banyak diketahui guru, siswa, dan orang tua.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kekerasan Pemukim Yahudi Picu Eksodus di Tepi Barat

Seribu warga Palestina mengungsi diserang pemukim.

SELENGKAPNYA