Sebuah kapal Penjaga Pantai Cina menurunkan kru untuk menghadang kapal Penjaga Pantai Filipina BRP Malapascua di Laut Cina Selatan pada Ahad (23/4/2023). | AP Photo/Aaron Favila

Internasional

Cina Ngotot Usir Kapal Filipina

Cina mengeklaim 90 persen wilayah Laut Cina Selatan

BEIJING -- Republik Rakyat Cina tak ambil pusing atas gugatan Filipina soal aksi negara tersebut di Laut Cina Selatan. Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pasukan penjaga pantainya mengambil langkah yang diperlukan dalam menghalangi dan mengusir kapal Filipina dari Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin, pada Senin (25/9/2023) disampaikan setelah Filipina menuduh Cina memasang "pembatas mengapung" di Karang Scarborough. Manila mengatakan pembatas itu menghalangi nelayan Filipina memancing di daerah tersebut.

Pada Sabtu (23/9/2023) lalu juru bicara Pasukan Penjaga Pantai Filipina Komodor Jose Tarriela mengatakan Pasukan Penjaga Pantai dan Biro Sumber Daya Bahari dan Perikanan Filipina "mengecam keras" pemasangan pembatas yang dilakukan Cina di Karang Scarborough.

Ia mengatakan pembatas itu menghalangi nelayan Filipina untuk mendatangi karang tersebut. Sehingga membatasi aktivitas memancing mereka. "(Penjaga Pantai Filipina) terus bekerja sama dengan semua lembaga pemerintah terkait untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, menjunjung tinggi hak-hak maritim kami, dan melindungi wilayah maritim kami," kata Tarriela, di media sosial X.

photo
Sebuah kapal penjaga pantai Cina (kanan) berlayar dekat dengan kapal penjaga pantai Filipina BRP Cabra selama misi rotasi dan pasokan di Second Thomas Shoal, yang secara lokal dikenal sebagai Ayungin Shoal, di Laut Cina Selatan yang disengketakan pada Selasa, 22 Agustus 2023. - (AP Photo/Aaron Favila)

Cina mengeklaim 90 persen wilayah Laut Cina Selatan, yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Filipina. Pada 2021 lalu Beijing merebut Karang Scarborough dan memaksa nelayan dari Filipina untuk melaut lebih jauh demi mendapatkan hasil tangkapan yang lebih sedikit.

Beijing mengizinkan nelayan Filipina untuk kembali ke beting tak berpenghuni tersebut ketika hubungan bilateral membaik di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte. Namun, ketegangan kembali meningkat sejak penggantinya, Ferdinand Marcos Jr, menjabat tahun lalu.

Tarriela mengatakan personel penjaga pantai dan biro perikanan Filipina menemukan penghalang terapung tersebut, yang diperkirakan memiliki panjang 300 meter saat melakukan patroli rutin Jumat (22/9/2023) lalu. Pembatas itu dipasang di dekat karang yang secara di Filipina dikenal dengan nama Bajo de Masinloc.

Ia mengatakan tiga perahu karet lambung penjaga dan sebuah kapal dinas milisi maritim Cina memasang penghalang ketika kapal Filipina tiba. 

Kementerian Luar Negeri Filipina pada Senin (25/9/2023) mengatakan, hambatan tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional. "Filipina akan mengambil semua tindakan yang tepat untuk melindungi kedaulatan negara dan penghidupan para nelayan," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Filipina.

photo
Peta Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan - (Wikimedia Commons)

Ini bukan tuntutan pertama Filipina terhadap Cina. Awal bulan ini, Filipina kembali mengutuk tindakan kapal Penjaga Pantai Cina di Laut Cina Selatan. Kapal Negeri Tirai Bambu disebut melakukan intimidasi dan manuver berbahaya ketika kapal Penjaga Pantai Filipina melakukan pengawalan terhadap kapal-kapal pasokan yang hendak menyuplai logistik untuk tentara Filipina di Second Thomas Shoal di Kepulauan Spartly. 

Pada Jumat (8/9/2023) pagi, Penjaga Pantai Filipina mengawal kapal-kapal pasokan ke Second Thomas Shoal, tempat sejumlah tentara ditempatkan di sebuah kapal angkatan laut yang hancur. Misi pengiriman pasokan itu berhasil dilaksanakan. 

Namun Satgas Nasional untuk Laut Filipina Barat mengatakan, kapal pasokan dan Penjaga Pantai Filipina menghadapi intimidasi dan manuver berbahaya serta tindakan agresif dari kapal Penjaga Pantai Cina. Milisi Maritim Cina juga disebut terlibat dalam aksi tersebut. “Kami sangat menyesalkan dan mengutuk tindakan ilegal, agresif, dan mengganggu stabilitas,” kata Satgas Nasional untuk Laut Filipina Barat dalam sebuah pernyataan. 

Sementara itu seorang juru bicara Penjaga Pantai Cina menuduh kapal-kapal Filipina memasuki wilayah perairan negara tersebut tanpa izin. “Penjaga Pantai Cina mengeluarkan peringatan keras, mengikuti seluruh jalur mereka, dan secara aktif mengatur kapal-kapal Filipina sesuai dengan hukum,” ujarnya. 

Aksi manuver dan pencegahan yang dilakukan kapal Penjaga Pantai Cina terhadap kapal-kapal Filipina di Second Thomas Shoal sudah berulang kali terjadi. Pada 5 Agustus 2023 lalu, misalnya, kapal Angkatan Laut Filipina ditembak menggunakan meriam air oleh kapal Penjaga Pantai Cina. Peristiwa itu juga terjadi ketika kapal Angkatan Laut Filipina mengawal kapal yang hendak memasok perbekalan bagi personel marinir mereka yang ditempatkan di sebuah kapal perang rusak di Second Thomas Shoal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Gugatan Filipina Terhadap Cina Berlanjut 

Nelayan-nelayan Filipina tak bisa melaut akibat ekspansi Cina.

SELENGKAPNYA

Filipina Gugat Cina Soal Terumbu Karang

Cina menuding Filipina hendak memicu drama politik.

SELENGKAPNYA

Filipina Kembali Kecam Aksi Cina

Kapal Cina mengganggu kapal Filipina di Laut Cina Selatan.

SELENGKAPNYA