
Mujahidah
Ummu Dardah, Pinjaman Dua Kebun Kurma Berbuah Surga
Ummu Dardah meletakkan Allah dan Rasulullah di atas diri dan keluarga.
Ummu Dahdah al-Anshariah dikenal sebagai perempuan yang mengutamakan kenikmatan kekal di akhirat daripada kenikmatan fana di dunia. Ia memiliki peran penting dalam sejarah Islam.
Ummu Dahdah masuk Islam sewaktu Mush'ab bin Umair RA datang ke Madinah. Mush'ab datang sebagai utusan Rasulullah SAW yang menyeru penduduk Madinah untuk memeluk agama Islam. Ummu Dahdah dan keluarganya mendapat kemuliaan berupa iman dan masuk agama Islam.
Suaminya, Abu Dahdah bin Tsabit bin Dahdah atau Dahdah bin Na'im bin Ghanam bin Iyas, adalah pemimpin kaum Anshar. Ia adalah sahabat yang mulia. Abu Dahdah merupakan pejuang Islam dan pengikut Rasulullah SAW. Ia menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan.
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.QS AL-BAQARAH:245
Abu Dahdah memiliki sebidang tanah yang airnya dan buahnya melimpah. Ketika turun ayat Alquran, "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak" (QS Al-Baqarah: 245). Ia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Aku jadikan ayah dan ibuku tebusan untukmu, ya Rasulullah. Apakah Allah meminta pinjaman kepada kita, sedangkan Allah tidak membutuhkan sama sekali?" Rasulullah menjawab, "Ya dan akan memasukkan kalian ke dalam surga dengan pinjaman tersebut."
Dia kembali bertanya, "Apakah jika aku memberikan pinjaman kepada Allah SWT, Dia akan menjamin aku dan putriku, Dahdah, masuk surga?" Rasulullah menjawab lagi, "Ya, benar."

Abu Dahdah lalu meminta Rasulullah SAW mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku mempunyai dua buah kebun yang berada di tempat yang rendah dan satu lagi berada di tempat yang tinggi. Aku tidak memiliki harta lain selain dua buah kebun itu, aku menjadikannya pinjaman untuk Allah SWT."
Rasulullah bersabda, "Jadikan satu kebun saja untuk Allah, satu kebun lagi sebagai sumber hidup bagi anak-anakmu."
Abu Dahdah menyanggah, "Aku bersaksi kepadamu, wahai Rasulullah. Aku menjadikan kebaikan dua buah kebun ini untuk Allah. Dan pagar kebun ini sepanjang enam ratus pohon kurma."
Rasulullah akhirnya menjawab, "Baiklah. Allah akan membalasmu dengan surga."
Abu Dahdah berlalu dari hadapan Rasulullah SAW. Ia bertemu dengan Ummu Dahdah dan anak-anaknya yang sedang berkeliling kebun kurma.
Seperti tercantum dalam buku 150 Perempuan Shalihah, Abu Dahdah menyampaikan apa yang baru saja ia alami bersama Rasulullah SAW melalui sebuah syair.
Ummu Dahdah adalah sosok istri yang sangat paham tentang meletakkan agama Allah di atas kepentingan diri dan keluarga. Maka, ia tak banyak protes kala Abu Dahdah menyedekahkan dua kebunnya. Ummu Dahdah RA berkata, "Semoga perniagaanmu mendatangkan keuntungan. Dan mudah-mudahan Allah memberkati apa yang engkau belanjakan di jalan-Nya."

Menyadari hasil kebun itu telah dijadikan pinjaman kepada Allah SWT, Ummu Dahdan menghampiri anaknya yang tengah makan kurma. Ia mengeluarkan kurma-kurma itu dari mulut mereka, lalu menuntun anak-anaknya keluar dari kebun itu.
Melihat kejadian itu, Rasulullah SAW bersabda, "Betapa banyak pohon kurma yang besar-besar di surga untuk Abu Dahdah."
Abu Dahdah adalah orang yang rela mengorbankan jiwa, raga, dan harta benda di jalan Allah SWT. Ketika ia dan kaum Muslimin mendapatkan harta yang disebar pihak musuh dari kaum Quraisy dalam Perang Uhud, Abu Dahdah berteriak.
"Wahai kaum Anshar, lihatlah padaku, Tsabit bin Abu Dahdah. Berperanglah kalian karena Islam. Sesungguhnya Allahlah yang menolong dan memberikan kalian kemenangan," kata dia.

Beberapa orang dari golongan Anshar bangkit menuju Abu Dahdah. Ia memimpin mereka melawan satu batalion tentara yang ganas. Para panglima mereka ialah Khalid bin Walid, Amru bin Ash, Ikramah bin Abi Jahal, dan Dharrar bin Khaththab.
Pasukan musuh rupanya menguji kekuatan kaum Muslimin. Pasukan Quraisy mengarahkan panah ke Abu Dahdah, dan panah itu tepat mengenai dia. Abu Dahdah syahid saat itu juga.
Sekali lagi, Ummu Dahdah menunjukkan betapa pemahaman yang benar soal agama ini. Ummu Dahdah meletakkan Allah dan Rasul-Nya sebagai tujuan utama. Ummu Dahdah paham, seseorang yang syahid di jalan Allah justru akan mendapatkan kemuliaan yang kekal di akhirat kelak.
Maka, ia pun hanya lirih, menyampaikan kehilangan suaminya dari dunia yang sementara ini. Saat mendengar suaminya syahid, ia hanya berkata, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Ia bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang tidak menyia-nyiakan ganjaran orang yang berbuat kebaikan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Shalawat Badar, Jalan Jihad Ulama Jawa Melawan PKI
Habib Ali Kwitang mengajak agar Shalawat Badar dipopulerkan sehingga dapat menyaingi lagu “Genjer-Genjer”.
SELENGKAPNYARihlah Sejarah Masjid Cut Meutia
Bangunan Masjid Cut Meutia berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.
SELENGKAPNYAPeristiwa Istimewa pada Hari Lahir Baginda
Bagi Nabi Muhammad SAW hari kelahirannya memiliki nilai tambah dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
SELENGKAPNYA