
Mujahidah
Al-Shifa, Sang Pengendali Pasar
Reputasi Al-Shifa yang dikenal bijak membuat Khalifah Umar menunjuknya sebagai inspektur di Madinah.
Sejarah peradaban Islam melahirkan tokoh-tokoh penting dalam kemajuan agama Islam. Baik mereka yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad SAW maupun setelahnya. Ketokohan mereka pun bermacam-macam sesuai keahliannya. Salah satunya Al-Shifa binti Abdullah, perempuan pertama yang memiliki kemampuan menulis di Makkah pada zaman Nabi Muhammad SAW. Itu sebabnya, perannya pada awal sejarah Islam di Makkah sangat besar dalam mengajarkan membaca dan menulis kepada kaum Muslimin, termasuk kepada Hafsah binti Umar.
Pada masa itu, tidak banyak perempuan yang memiliki kemampuan menulis dan membaca. Pasalnya, mayoritas orang Arab tidak berpendidikan. Apalagi, dalam masyarakat pra-Islam, pendidikan adalah cita-cita yang umumnya tidak terpikirkan oleh perempuan. Al-Shifa merupakan putri dari pasangan Abdullah bin Abd Shams dan Fatima binti Wahb. Ia menikah dengan Abu Hatma ibn Hudhaifa dan dikaruniai dua anak, yaitu Sulaiman dan Masruq. Sulaiman tumbuh sebagai anak yang religius.

Al-Shifa merupakan perempuan dengan reputasi baik pada masa itu. Rasulullah sering berkonsultasi dengan Al-Shifa terkait bisnis. Reputasi Al-Shifa yang dikenal bijak membuat Khalifah Umar menunjuknya sebagai inspektur di Madinah. Keahlian lainnya yang dimiliki oleh Al-Shifa adalah kemampuannya dalam dunia intelijen. Ia dihormati dan disegani karena semangat belajarnya yang tinggi.
Reputasi Al-Shifa yang dikenal bijak membuat Khalifah Umar menunjuknya sebagai inspektur di Madinah.
Selain itu, Al-Shifa juga memiliki keahlian dalam hal medis. Rasulullah memintanya mengajari Hafsah tentang ilmu pengobatan, khususnya mengatasi penyakit kulit. Saat itu, keahlian Al-Shifa dalam dunia medis masih jarang dimiliki oleh banyak orang. Sebab, kedokteran merupakan disiplin ilmu yang belum berkembang waktu itu.
Dalam sebuah artikel yang dimuat Arabnews, disebutkan bahwa keahlian Al-Shifa dalam pengobatan sudah dimilikinya sebelum masuk Islam. Setelah memeluk Islam, Al-Shifa bertanya kepada Rasulullah apakah dirinya masih diperbolehkan melanjutkan keahliannya dalam dunia medis. Rasulullah meminta agar Al-Shifa melanjutkannya, bahkan mendukung penuh. Sikap Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendorong dan memastikan bahwa praktik yang dilakukannya sejalan dengan ajaran Islam.
Al-Shifa termasuk orang yang ikut hijrah bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Di Madinah, ia memiliki rumah yang letaknya berada di antara masjid dan pasar dan Nabi sering kali mengunjunginya. Al-Shifa banyak bertanya tentang agama kepada Nabi Muhammad SAW.

Masyarakat Madinah terus berkembang pesat. Transaksi jual beli di pasar juga terus menunjukkan geliatnya. Karena itu, pasar sebagai simbol pergerakan ekonomi membuat sahabat Umar merasa perlu ada yang mengawasi.
Umar kemudian menunjuk Al-Shifa sebagai pengendali pasar di Madinah. Al-Shifa diberikan tugas oleh Umar untuk memastikan praktik jual beli di pasar sesuai dan konsisten dengan ajaran Islam. Dia diminta berkeliling pasar untuk memastikan tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual. Dalam menjalankan tugasnya, Al-Shifa harus siap-siap mendapatkan banyak pertanyaan dari pembeli ataupun penjual tentang transaksi di pasar. Umar meminta kepada pemilik toko apabila mendapatkan keraguan tentang legalitas transaksi tertentu agar bertanya kepada Al-Shifa.
Dalam menjalankan tugasnya, Al-Shifa harus siap-siap mendapatkan banyak pertanyaan dari pembeli ataupun penjual tentang transaksi di pasar.
Tugas yang diberikan kepada Al-Shifa karena Umar percaya akan keilmuannya tentang Islam. Pilihan Umar ternyata sangat tepat. Al-Shifa mampu mengembang tugasnya dengan baik. Ia mampu mengontrol pasar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Keberhasilan Al-Shifa mengontrol pasari di Madinah menjadi rujukan Umar untuk juga menunjuk seorang perempuan mengontrol pasar di Makkah. Umar menunjuk Samra' binti Nuhaik sebagai pengontrol pasar di Makkah.
Penunjukan seorang perempuan sebagai pengontrol pasar di Madinah dan Makkah disebutkan bahwa pada awal Islam aktivitas pasar didominasi oleh perempuan baik pembeli maupun pemilik toko. Itu sebabnya, Al-Shifa maupun Samra' tak menemukan kesulitan berarti dalam menjalankan tugasnya.
Disadur dari Harian Republika Edisi 10 November 2017
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Jelang Maulid Nabi, 2 Perangkat Gamelan Keraton Dimainkan
Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo dikeluarkan dan dimainkan di halaman Masjid Gedhe Kauman sebagai bentuk syiar.
SELENGKAPNYABenarkah Muslimah Harus Melepas Cadar Saat Shalat?
Setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup sebagian anggota badannya ketika shalat
SELENGKAPNYA