Presiden Joko Widodo memperhatikan turbin kincir angin usai meresmikan Pembangkit Listirk Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Senin (2/7/2018).). | ANTARA FOTO

Ekonomi

Agar Ekonomi Indonesia Lebih Kebal Terhadap Gejolak Global

Indonesia perlu terus menggencarkan program pelarihan ke energi terbarukan.

JAKARTA -- Ekonomi global sedang mengalami ketidakpastian akibat pengaruh kebijakan suku bunga the Fed, kenaikan harga minyak dunia, efek perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Sejumlah kebijakan strategis harus diperkuat agar ekonomi Indonesia lebih kebal dari gejolak global.

Salah satu upaya yang perlu terus digencarkan adalah dengan beralih ke energi terbarukan. Ini penting mengingat Indonesia saat ini merupakan negara net importir minyak. Dengan demikian, kenaikan harga minyak dunia dapat berimbas ke perekonomian dalam negeri.

Harga minyak dunia saat ini sedang mengalami kenaikan. Minyak mentah berjangka Brent, misalnya, naik menjadi 92,06 dolar AS per barel atau meningkat sekitar 1,42 dolar AS. Dari sisi moneter, the Fed diproyeksikan tetap mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25 persen-5,50 persen.

photo
Produksi hulu migas berlangsung di Anjungan Central Plant dan Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Peneliti dari Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF Abdul Manap Pulungan mengatakan, gejolak ekonomi dunia memberikan pengaruh yang berbeda di setiap negara. Dampak kenaikan harga minyak dunia juga berbeda-beda bagi setiap negara.

“Amerika hanya bermasalah di inflasi, sementara di sisi tingkat pengangguran, Amerika terbilang cukup bagus sehingga tekanan dari harga minyak global ini akan relatif minor bagi Amerika," kata Abdul dalam Talkshow Tumbuh Makna yang mengangkat tema “Outlook Ekonomi Dunia dan Pengaruhnya Bagi Indonesia” di Jakarta, pada pertengahan pekan.

Abdul mengatakan, dampak kenaikan harga minyak akan lebih terasa bagi negara-negara memiliki masalah inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Meski begitu, Abdul menambahkan, kenaikan harga minyak tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang mendorong terjadinya gejolak ekonomi global. Terdapat faktor lain yang menyertainya, yakni perang Rusia-Ukraina.

“Saya melihat kenaikan harga minyak ini sebetulnya temporer saja, tidak akan signifikan seperti tahun 2022,” ujarnya.

Sementara terkait kebijakan suku bunga the Fed, Abdul mengungkapkan bahwa bank sentral AS itu memiliki pengaruh yang kuat untuk mengubah situasi ekonomi global. Ketika The Fed mengubah suku bunganya, tentu akan diikuti oleh negara lain.

"Karena the Fed menjadi benchmark bagi negara-negara lain untuk suku bunganya. Oleh karena itu, ada istilah ketika the Fed 'bersin', negara-negara lain akan 'mabuk',” katanya.

Transisi Energi Melalui EBT - (Republika)

Lalu, bagaimana dampak gejolak ekonomi dunia bagi Indonesia? Abdul meyakini Indonesia akan mampu melewati situasi dari gejolak tersebut, mengingat Indonesia pernah melewati situasi tekanan ekonomi yang lebih sulit.

Hanya saja, Indonesia perlu melakukan penyesuaian secara mendalam dan melakukan langkah-langkah strategis agar turbulensi ekonomi dunia tidak mendorong hal terburuk terjadi di tingkat domestik.

“Tinggal bagaimana kita melakukan penyesuaian internal dari kenaikan harga minyak itu. Sebenarnya sudah banyak wacana-wacana yang berkembang terkait bagaimana meningkatkan diversifikasi produksi yang tidak hanya terbatas pada bahan-bahan mentah, seperti minyak, tetapi bisa shifting ke energi terbarukan,” ujarnya.

Abdul menekankan bahwa mesti ada kebijakan strategis untuk menekan negara-negara produsen minyak, agar ke depan pembatasan produksi minyak dunia dapat dikontrol sebagaimana mestinya. Terlebih, di dalam negeri, kenaikan harga minyak dunia tersebut tentu dapat mendorong Pemerintah Indonesia dalam menaikkan harga BBM. Hal tersebut dapat dilakukan demi merawat fiskal agar angka defisit APBN tetap di bawah 3 persen.

photo
Target dan realisasi bauran EBT - (Kementerian ESDM)

Perkembangan IHSG

Sementara itu, Founder Tumbuh Makna, Muliadi San, menganalisis lebih jauh mengenai kekuatan ekonomi Indonesia. Ia menjelaskan bahwa dalam konteks pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya dalam perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG), masih dapat dikategorikan tergolong cukup stabil dalam merespons gejolak ekonomi dunia yang terjadi belakangan ini. 

Menurut dia, valuasi IHSG cenderung atraktif. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 2013 sampai 2022, pada September IHSG ada di zona merah sebanyak enam tahun dari 10 tahun.

"Artinya adalah di bulan September, IHSG itu kecenderungannya mengalami koreksi. Sementara di bulan Oktober, IHSG kita selama delapan tahun ada di zona hijau, dan hanya 2 tahun berada di zona merah. Jadi probabilitasnya di bulan Oktober IHSG itu mengalami kenaikan. Secara statistik hal ini cukup menarik untuk pasar saham kita di sisa bulan semester II 2023,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya, terdapat peluang yang baik di sisi ekonomi yang lain di Indonesia. Hal tersebut justru bisa dimanfaatkan dengan baik dan rasional oleh berbagai investor.

photo
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).- (Republika/Thoudy Badai)

Namun, ia menyampaikan bahwa para investor tentu harus memahami profil risiko masing-masing sebelum mengambil keputusan melakukan investasi. Contohnya dengan melakukan strategi pendekatan profil risiko agar dapat melakukan investasi secara kondusif dan aman. 

Menurut prediksinya, selama 12 bulan ke depan sentimen pasar akan lebih kondusif dan konstruktif. Sisi kondusif terlihat karena adanya faktor risiko perubahan moneter dan fiskal yang akan lebih minim. Dengan demikian, pertimbangan sektor dan kelas aset yang lebih diuntungkan untuk diterapkan di portofolio akan lebih mudah diprediksi.

Sementara untuk sisi konstruktif memiliki arti bahwa akan ada hal yang baik dan prospektif di dalam sektor IHSG. Ini terlihat karena pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia masih cukup positif.

"Itu yang membuat kami bertahan dengan pandangan bahwa IHSG masih berpotensi mencapai level 7.400, dengan pertimbangan EPS growth di angka 9%-10%,” katanya.

Ia menambahkan bahwa obligasi dengan durasi tenor menengah bisa menjadi pilihan yang tepat bagi para investor,  karena itu salah satu pilihan yang menarik di tahun 2024. “Jika melihat data-data yang ada, tentu saya sangat optimis dengan saat ini, khususnya dengan obligasi-obligasi yang tenornya menengah sehingga dapat menjadi satu pilihan menarik bagi para investor,” ujarnya.

Sementara untuk investor yang cenderung konservatif, kata dia, bisa melihat peluang pada sukuk ritel 019 yang telah diterbitkan Kementerian Keuangan yang dapat membantu progres kegiatan investasi dan mendorong pemerintah melakukan perkembangan ekonomi nasional. 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat