ILUSTRASI Jamaah membaca Alquran. Qiraat berkaitan dengan keahlian membaca Alquran. | Republika/Thoudy Badai

Dunia Islam

Mengenal Qira’at Sab’ah yang Melegenda

Qiraat sab'ah merupakan jenis qiraah yang muncul pertama kali.

Dalam disertasinya untuk kelulusan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Ita Rahmania Kusumawati menjelaskan, pertumbuhan kajian qiraah di Indonesia dimulai dari penemuan beberapa mushaf kuno. Salah satunya bertuliskan Qira`at Nafi` riwayat Qalun.

Tentunya, studi qiraah pun digiatkan oleh para pionir, yakni mereka yang memegang sanad disiplin keilmuan tersebut. Dari segi jumlah, terdapat tiga macam qiraat yang terkenal di seluruh dunia, yaitu qiraat sab'ah, 'asyrah, dan syadzah. Menurut Ita, thariq al-qira`at yang digunakan di Indonesia adalah tharaq al-Syathibiyyah untuk qiraat sab'ah, berdasarkan pada jalur periwayatan dalam kitab Hirzul-Amaani.

Qiraat sab'ah merupakan jenis qiraah yang muncul pertama kali. Karakter qiraah ini telah akrab di dunia akademisi Muslim sejak abad kedua Hijriyah. Bagaimanapun, hal itu diakrabi masih di lingkungan para pengkajinya, belum benar-benar populer di tengah kebanyakan umat Islam.

Yang membuat tidak atau belum memasyarakatnya qiraat tersebut pada masa itu adalah kecenderungan ulama-ulama. Mereka condong melakukan sosialisasi tentang satu jenis qiraat saja. Adapun jenis qiraat yang lain menjadi terabaikan, baik yang tidak benar maupun dianggap benar.

Abu Bakar Ahmad adalah penyusun buku ensiklopedis, Kitab Sab’ah. Sosok yang lebih dikenal sebagai Ibnu Mujahid itu bukan tanpa tantangan dalam menyusun karyanya. Sebab, berbagai pihak pada masanya mengecam penulisan tersebut. Mereka menganggap, buku tersebut telah memicu kerancuan pemahaman banyak orang tentang pengertian 'tujuh kata' yang dengannya Alquran diturunkan.

photo
ILUSTRASI Membaca Alquran. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Kitab Sab'ah disusun Ibnu Mujahid dengan dengan cara mengumpulkan tujuh jenis qiraat yang mempunyai sanad bersambung hingga kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkemuka. Karena itulah, inilah buku paling awal yang memopulerkan jenis qiraat sab’ah.

Adapun para sandaran qiraah itu adalah Abdullah bin Katsir al-Dariy dari Makkah; Nafi' bin Abd al-Rahman bin Abu Nu'aim dari Madinah; Abdullah al-Yashibiyn atau Abu Amir al-Dimasyqi dari Syam; serta Zabban bin al-Ala bin Ammar atau Abu Amr dari Bashrah. Kemudian, ada Ibnu Ishaq al-Hadrami atau Ya'qub dari Bashrah; Ibnu Habib al-Zayyat atau Hamzah dari Kufah; dan Ibnu Abi al-Najud al-Asadly atau Ashim dari Kufah.

Meskipun di luar ketujuh imam tersebut masih banyak nama lainnya, kemasyhuran mereka kian meluas. Itu lantaran Ibnu Mujahid cenderung secara khusus membukukan qiraat-qiraat mereka.

Sekilas sejarah

Mangun Budiyanto dalam makalah yang ditulisnya “Qiraat dalam Alquran” menyatakan, asal usul munculnya macam-macam qiraat adalah karena adanya sekelompok orang, para sahabat Nabi Muhammad SAW, yang berbeda di zaman beliau menekuni bacaan (qiraat) Alquran, mengajarkan, dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin mengetahui ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad, kemudian menghafalkannya. Terkadang, mereka juga membacakan ayat-ayat itu di hadapan Rasulullah SAW agar disimak.

Sebagian dari para sahabat ini menjadi guru. Orang-orang yang belajar qiraat kepada mereka meriwayatkannya dengan menyebutkan sanadnya dan mereka sering menghafalkan qiraat yang diriwayatkan dari seorang guru. Penghafalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan kufi.

 
Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara.

Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, cara pembelajarannya harus belajar langsung kepada guru, kemudian menghafalkan, dan meneruskannya pada muridnya.

Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf, tidak bisa tulis baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghafal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.

Kelompok pertama para qori adalah dari kalangan sahabat Nabi yang tekun mengajar dan belajar pada masa hidupnya. Mereka itu, antara lain, Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asy'ari. Para sahabat ini kemudian meneruskan ilmu qiraat ini kepada seluruh kaum Muslimin untuk sama-sama menjaga keaslian Alquran.

Karena yang menghafalkannya bukan satu orang saja, sering terjadi perbedaan-perbedaan dalam lantunan nada dan cara membacanya. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran Islam masing-masing.

Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas dan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka'ab menyatakan, memang kemudian qiraat ini muncul menjadi banyak ragamnya. Tapi, dengan adanya qiraat Alquran yang bermacam-macam tersebut (Sab'atu Ahruf), sebenarnya Allah bermaksud memberikan kemudahan bagi umat Islam yang tidak seluruhnya dapat membaca Alquran dengan sempurna. Kemudahan tersebut menunjukkan Islam tidak memberikan beban yang berat bagi umatnya.

 

Surplus Dagang Melonjak

Penurunan impor bahan baku perlu diwaspadai.

SELENGKAPNYA

Hudzaifah bin al-Yaman, Penjaga Rahasia Nabi

Hudzaifah bin al-Yaman diberi tahu oleh Nabi Muhammad SAW tentang siapa saja di sekitar beliau yang tergolong munafik.

SELENGKAPNYA

Lonjakan Kasus ISPA dan Kekhawatiran Ekonomi Terganggu

Buruknya kualitas diyakini menjadi penyebab utama meningkatnya kasus ISPA.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya