Karpet dan ancaman kesehatan yang mungkin ditimbulkan (ilustrasi) | Unsplash/Erfan Banaei

Gaya Hidup

Percantik Ruangan Namun Berpotensi Menyimpan Penyakit

Karpet dapat memerangkap debu, kotoran, bulu hewan peliharaan, dan alergen.

Karpet kerap dipilih untuk menjadi pelengkap sentuhan desain yang kian mempercantik sebuah ruangan. Selain itu, karpet juga banyak dipilih untuk berbagai kegiatan berkumpul atau silaturahim di rumah. 

Para ahli mengatakan, sebelum memasang karpet di rumah, Anda harus mempertimbangkan tidak hanya nilai estetika dan finansialnya, tetapi juga bagaimana jenis lantai tersebut dapat berdampak pada kesehatan Anda.

Mereka memperingatkan, karpet dapat menyebabkan serangkaian gejala serius, yang dapat memengaruhi, bahkan mereka yang berada dalam kondisi kesehatan terbaik. Beberapa penyakit yang dapat muncul akibat kurang tepat memilih karpet, antara lain: 

 

photo
Memilih dan merawat karpet dengan tepat (ilustrasi) - (Unsplash/Ryan Christodoulou)

1. Membuat Anda terpapar asap rokok

Dilansir dari laman Best Life Online, Sabtu (9/9/2023), jika karpet di rumah Anda masih ada saat Anda pindah, karpet tersebut dapat menimbulkan risiko karena Anda terkena asap rokok dari penyewa atau pemilik sebelumnya. “Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa karpet dapat menyerap dan menahan bahan kimia berbahaya, seperti yang ditemukan dalam asap tembakau. Bahkan setelah merokok berhenti, bahan kimia ini tetap bertahan,” kata Phil Green, MD, seorang dokter umum swasta di Tower Health di Inggris. 

Asap tersebut dapat dilepaskan ke udara sekitar, sehingga menimbulkan risiko kesehatan bagi orang-orang di sekitar. Paparan asap rokok telah dikaitkan dengan masalah pernapasan dan masalah kesehatan lainnya, sehingga temuan terbaru ini benar-benar mengkhawatirkan.

 

photo
Warga mencuci karpet masjid di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwidey, Desa Sadu, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2023). Gotong royong membersihkan karpet dan tikar masjid tersebut merupakan tradisi masyarakat yang diselenggarakan setiap sebulan menjelang bulan suci Ramadhan. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

2. Memerangkap alergen dan kontaminan

"Karpet yang sudah tua atau tidak dirawat dengan baik juga dapat memerangkap alergen dan kontaminan, sehingga dapat menurunkan kualitas udara di rumah Anda," kata Naheed Ali, MD, PhD, seorang dokter dan penulis medis.

Ia mengatakan, karpet dapat memerangkap debu, kotoran, bulu hewan peliharaan, dan alergen sehingga menciptakan lingkungan yang dapat memperburuk kondisi pernafasan seperti asma dan alergi. 

Partikel-partikel ini dapat terbawa ke udara jika terganggu, menyebabkan kesulitan bernapas dan ketidaknyamanan, terutama bagi individu yang sensitif. Ali mengatakan dengan menyedot debu secara teratur dan membersihkan karpet secara profesional secara berkala, Anda dapat membantu mengurangi masalah ini. “Sangat penting untuk menjaga rutinitas pembersihan yang tepat untuk mencegah akumulasi partikel yang berpotensi berbahaya pada serat karpet,” katanya.

 

photo
Sejumlah warga menjemur karpet masjid usai dicuci di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwidey, Desa Sadu, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2023). Gotong royong membersihkan karpet dan tikar masjid tersebut merupakan tradisi masyarakat yang diselenggarakan setiap sebulan menjelang bulan suci Ramadhan. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

3. Menampung jamur

Pertumbuhan jamur dan lumut adalah masalah kesehatan lain yang terkait dengan karpet. “Jika kelembapan tidak dikelola secara efektif, kelembapan dapat meresap ke dalam karpet, sehingga menjadi tempat berkembang biaknya jamur dan lumut. Jamur ini melepaskan spora ke udara, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan reaksi alergi jika terhirup,” kata Ali.

Dokter mengatakan, tingkat kelembapan yang tinggi dan tumpahan yang tidak segera dibersihkan dapat menyebabkan masalah ini. “Untuk meminimalkan risiko pertumbuhan jamur, pastikan ventilasi yang baik di area berkarpet, segera atasi masalah kelembapan dan pertimbangkan untuk menggunakan penurun kelembapan jika perlu,” ujarnya.

 

photo
Seorang anak mencuci karpet masjid di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwidey, Desa Sadu, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2023). Gotong royong membersihkan karpet dan tikar masjid tersebut merupakan tradisi masyarakat yang diselenggarakan setiap sebulan menjelang bulan suci Ramadhan. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

4. Mengandung bahan kimia berbahaya

Bahkan karpet yang dirawat dengan sempurna pun dapat menyebabkan masalah kesehatan karena bahan kimia yang digunakan selama pembuatan dan pemasangan. Secara khusus, para ahli memperingatkan bahwa mereka dapat melepaskan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) ke udara. “VOC adalah gas yang dikeluarkan oleh berbagai produk, termasuk karpet, perekat, dan pelapis, dan dapat berkontribusi terhadap polusi udara dalam ruangan,” kata Ali.

 

Paparan VOC tingkat tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari iritasi mata dan tenggorokan hingga gejala yang lebih parah seperti sakit kepala, pusing, bahkan kerusakan organ dalam kasus yang ekstrem. Memilih karpet yang telah bersertifikat rendah VOC atau mencari bahan karpet alami dan ramah lingkungan dapat membantu mengurangi kekhawatiran ini.

 

5. Menyebarkan kuman dan bakteri

Cara lain karpet membuat Anda sakit adalah dengan menjebak dan menyebarkan kuman dan bakteri. Kuman-kuman ini dapat masuk ke rumah Anda melalui sepatu, hewan peliharaan, anak-anak, dan berbagai sumber lainnya, dan lebih sulit dihilangkan dari karpet dibandingkan dengan permukaan padat. “Kesulitan dalam karpet adalah mudahnya benda-benda hidup, tumbuh, dan menyebar,” ujar Nabil Salib MD, dokter umum di MyDoc Urgent Care. 

 
 
 
Karpet dapat dengan cepat menjadi tempat pembuangan kuman dan bakteri dan, sayangnya, orang kurang membersihkannya.
 
 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat