Mobil kepolisian menyemprotkan air di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Penyemprotan di sekitar jalan protokol tersebut sebagai upaya untuk membersihkan debu-debu yang bertebaran di jalanan akibat polusi udara. | Republika/Putra M. Akbar

Sains

Efektifkah Modifikasi Cuaca untuk Tekan Dampak Polusi?

Hujan buatan bekerja melalui proses yang disebut penyemaian awan.

Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) kini tengah digencarkan dalam upaya mengatasi polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Seperti apa cara kerja teknologi tersebut dan benarkah TMC efektif dalam mengatasi polusi?


Dikutip dari laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia, Rabu (30/8/2023), TMC yang lebih dikenal dengan nama hujan buatan sudah dimulai di Indonesia sejak 1977. Namun, fokusnya untuk mendukung sektor pertanian.


Seiring waktu, penerapan TMC berkembang untuk berbagai hal, termasuk mitigasi bencana seperti kebakaran hutan dan lahan. Bisa juga untuk membasahi lahan gambut, mengurangi curah hujan ekstrem, hingga mengamankan infrastruktur dan acara-acara besar kenegaraan.

photo
Warga memperlihatkan laman situs IQAir dengan latar belakang kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Raya Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/8/2023). Penerapan kebijakan work from home bagi aparatur sipil negara dinilai belum berpengaruh karena masih terjadinya kemacetan di ruas jalan protokol Ibu Kota dan polusi udara yang masih dalam kategori tidak sehat berdasarkan situa IQAir. - (Republika/Putra M. Akbar)


Operasi TMC bisa dilakukan untuk meredam curah hujan, sekaligus bisa pula bertujuan untuk membuat kejadian hujan "prematur" yang seharusnya turun secara alami di daerah sasaran. Dengan intervensi ini, potensi awan hujan diarahkan dan dijatuhkan ke luar sasaran sehingga dapat mengurangi intensitas hujan di daerah sasaran. 


Hal ini dilakukan dengan memicu potensi terjadinya awan hujan di atmosfer dengan cara menyebarkan garam ke dalam awan hujan. Diharapkan, dapat turun menjadi hujan di tempat yang diinginkan sesuai kebutuhan dan tujuan.


Walaupun masyarakat sudah familier dengan istilah hujan buatan, BRIN menegaskan bahwa TMC tidak bisa serta-merta membuat hujan. Apabila operasi TMC dilakukan pada musim kemarau atau di tempat tanpa potensi awan, tidak akan bisa menghasilkan hujan.

photo
Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (11/8/2023). Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut, selain akibat polusi udara yang memburuk di Jakarta, penyakit ISPA dipengaruhi juga oleh perubahan iklim, di mana berdasarkan data dua bulan terakhir terdapat peningkatan kasus dari 99.130 kasus di bulan Mei 2023 menjadi 102.475 kasus di bulan Juni. - (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)


Dalam melaksanakan pengoperasian TMC, BRIN bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). BMKG berperan besar dalam penyediaan data dan informasi cuaca, awan, dan arah angin.


Sementara, TNI AU menyediakan pesawat untuk operasional TMC, khususnya yang bertujuan untuk mitigasi bencana. Biasanya radar cuaca BMKG menginformasikan kepada pilot tentang keberadaan awan sasaran serta arah dan kekuatan angin. Kemudian, pesawat yang membawa muatan garam akan menyemai target awan hujan. Posisi pesawat selalu berada di antara arah angin dan target awan hujan. 


Lantas, bagaimana efektivitas TMC mengatasi polusi udara? Dilansir laman Pollution Solutions, hujan buatan bekerja melalui proses yang disebut penyemaian awan. Dengan metode itu, bahan kimia disuntikkan ke atmosfer bumi untuk meniru komposisi awan. 

Upaya Mitigasi Polusi - (Republika)

  ​

 


Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya presipitasi atau mencairnya awan dalam bentuk hujan atau salju sehingga membersihkan udara dan menghilangkan tingkat kontaminasi yang berlebihan di udara. Negara lain yang sudah mengupayakan hujan buatan untuk mengurangi dampak kontaminasi udara adalah India.


Situs resmi Massachusetts Institute of Technology memuat studi mengenai efektivitas hujan dalam "membersihkan" atmosfer. Penelitian yang sebagian didanai oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (AS) itu menjelaskan bagaimana tetesan hujan menarik aerosol keluar dari atmosfer.


Saat jatuh melalui atmosfer, tetesan air hujan dapat menarik puluhan hingga ratusan partikel kecil aerosol ke permukaannya sebelum mengenai tanah.  Proses ini disebut koagulasi, yang dapat membersihkan udara dari polutan, seperti jelaga, sulfat, dan partikel organik.


Ahli kimia atmosfer di MIT juga dapat menentukan seberapa efektif hujan dalam membersihkan atmosfer. Dengan mencermati ketinggian awan, ukuran tetesannya, serta diameter dan konsentrasi aerosol, tim dapat memprediksi kemungkinan tetesan hujan akan menyapu partikel keluar dari atmosfer.

 

 
Negara lain yang sudah mengupayakan hujan buatan untuk mengurangi dampak kontaminasi udara adalah India.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jangan Lupakan Kesehatan Mata di Tengah Deraan Polusi Udara

Asap merupakan bahan pengiritasi yang ketika bersentuhan dengan mata, partikel kecilnya dapat meleleh ke dalam air mata Anda,

SELENGKAPNYA

Urgensi Mitigasi Dampak Polusi Terhadap Anak

Stunting tidak hanya menurunkan imunitas anak, tetapi akan menurunkan kognitifnya juga.

SELENGKAPNYA

Studi: Masyarakat tidak Berencana Melindungi Diri dari Polusi

Mengonsumsi antioksidan yang merupakan senjata untuk melawan radikal bebas

SELENGKAPNYA

Polusi Udara Berdampak pada Perekonomian

Banyak studi menunjukkan tingginya polusi udara berkorelasi dengan sering absennya pekerja.

SELENGKAPNYA