Masjid Huaisheng di Guangzhou, Provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Syiar Islam di Negeri Tirai Bambu konon sudah berlangsung sejak era Nabi SAW. | DOK WIKIPEDIA

Dunia Islam

Sejarah Mula Dakwah Islam di China

Konon, syiar agama Islam di China sudah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

Islam datang ke Negeri Tirai Bambu tak berjarak lama dari era Nabi Muhammad SAW, yakni sekitar abad ketujuh. Sejarah mencatatnya, tapi banyak legenda yang diyakini Muslim China mengenai siapa pembawa bendera Islam kali pertama ke negeri mereka.

Ada yang percaya, dia adalah Sa'ad bin Abi Waqqash, yakni salah seorang paman Rasulullah SAW. Bagi yang meyakini hipotesis ini, biasanya juga yakin bahwa makam sang sahabat Nabi berada di Kanton.

Hipotesis yang lain, yakni percaya bahwa penyebar dakwah Islam ke China merupakan empat utusan Rasulullah SAW. Mereka datang pada saat era Dinasti Tang. Para duta ini membagi tugas dakwah di Guang Zhou, Yang Zhou, dan Quan Zhou. Ada pula empat makam yang diyakini sebagai makam mereka. Hingga kini, makam-makam tersebut pun sangat dihormati Muslim China.

Namun, legenda-legenda tersebut hanya menjadi narasi belaka, mengingat tak adanya bukti kuat yang membenarkannya. Para cendekiawan China mencatat, Islam datang ke China saat era kekhalifahan Utsman bin Affan. Tak jelas siapa yang diutus ke Negeri Panda tersebut. Tapi, beberapa menyebutkan, sahabat Rasulullah Sa'ad bin Abi Waqqash yang diutus khalifah untuk berdakwah di sana. Saat itu, Dinasti Tang (618-905 M) yang tengah berkuasa di daratan China.

Mengenai kapan tahun pengutusan Usman tersebut, menurut Chen Yuen dalam A Brief Study of the Introduction of Islam to China, Islam masuk pada 30 Hijriyah atau 651 Masehi. Kaisar yang memimpin dari Dinasti Tang saat itu ialah Kaisar Yung Wei atau Yong Hui. Tapi, menurut Thomas Arnold dalam The Spread of Islam in the World, dalam riwayat Dinasti Tang Tua disebutkan bahwa negara Da Si, yakni penyebutan kekhalifahan Islam oleh China, mengirim utusan kehormatan ke istana Tang pada 651 M saat keemimpinan Kaisar Gao Zong.

photo
Laksamana Cheng Ho - (DOK Wikipedia)

Menurut Thomas, hubungan antara Arab dan China saat itu sebatas hubungan diplomatik. Sejak saat itu, keduanya saling mengirimkan utusan diplomatik, sehingga terjalin hubungan persahabatan yang erat. Setuju dengan pendapat Thomas, Tan Ta Sen dalam bukunya Cheng Ho: Penyebar Islam dari China ke Nusantara menuturkan, Kedatangan Islam ke China merupakan produk sampingan dari perdagangan dan ikatan diplomatik China-Arab semasa Dinasti Tang dan Dinasti Song.

Kontak China dengan bangsa Arab sejak abad ketujuh memang berbeda atau bertolak belakang dengan pendekatan proaktif dan agresif di dunia Arab dan Asia Tengah. “Tidak ada upaya yang dikerahkan oleh para pendakwah dan penguasa Arab, seperti halnya khalifah,” ujar Tan.

Dalam perkembangannya, banyak saudagar Arab yang singgah, bahkan bermukin di China. Mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas Muslim di pusat-pusat perdagangan. Perkembangan Islam makin menjadi ketika era kekhalifahan Abbasiyyah. Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, kala itu perdagangan mulai dikuasai Muslimin. Para pedagang Muslim di bagian Timur pun telah banyak yang berhasil menjelajah China. Bahkan, menurut Hitti, hubungan perdagangan Arab-China telah terbentuk sejak abad ketiga Hijriyah.

Menurut Tan, sejak abad ketujuh hingga abad ke-13, komunitas Muslim tumbuh sangat pesat. Mereka kemudian tersebar di berbagai wilayah China, seperti Chang-An (Xi-An), Yangzhou, Ningpo, dan kota-kota pelabuhan Guangzhou dan Quanzhou di China hingga Champa di semenanjung IndoChina. Bahkan, di Kota Guang Zhow, menurut Farnce Wood dalam Hugh Kennedy dalam The Great Arab Conquests, terdapat sebuah masjid tertua China yang setiap Jumat jamaahnya mencapai dua ribu orang Muslim.

Mi shou Jiang dalam bukunya, Islam in China menyebutkan, pada periode abad ketujuh hingga abad ke-13, jumlah Muslimin China mencapai 20 juta jiwa. Angka tersebut pun terus mengalami perkembangan signifikan. Dakwah Islam pun mencapai Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Periode tersebut, yakni pada era Dinasti Tang dan Dinasti Song, dianggap sebagai periode pertama dan periode pesatnya Islam di negeri tembok raksasa.

photo
Muslimin dari kelompok etnis Uighur di RRC - (dok wikipedia)

Saat periode tersebut, menurut Jiang, banyak pedagang, utusan militer, maupun utusan diplomatik yang membaur dengan warga setempat. Kemudian, banyak terjadi pernikahan silang. Kehadiran Muslimin tersebut pun tak dianggap ancaman. Warga China menganggap mereka datang karena urusan bisnis dan negara, bukan untuk kepentingan dakwah. Alhasil, kedatangan mereka dihormati, penguasa China juga memberi izin untuk mereka tinggal dan menetap di China.

Vaksinasi MR dan HPV bagi Siswa SD di Banda Aceh

Pemberian vaksin bagi siswa kelas 5 ini untuk mencegah kanker leher rahim yang kerap diderita wanita.

SELENGKAPNYA

Naik LRT Cuman Goceng Sampai Akhir September

Selama dua pekan mendatang, LRT hanya beropasi sampai pukul 20.00 WIB

SELENGKAPNYA

Ayo Beralih ke LRT Jabodebek

Beroperasinya LRT diharapkan bisa membantu mengurangi kemacetan dan polusi udara

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya