Petugas SAR memantau pencarian korban di Sungai Sembor, Sleman, Yogyakarta, Jumat (21/2). Siswa-siswi SMP Negeri 1 Turi Kabupaten Sleman, DIY hanyut terbawa banjir sungai Sembor, Jumat (21/02). | Wihdan/Republika

Kabar Utama

Arus Deras Sapu Ratusan Siswa

Setidaknya enam siswa meninggal akibat luapan sungai di Sleman.

 

 

SLEMAN -- Kabar duka datang dari Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY. Sejumlah siswa dari 200 lebih siswa-siswa Kelas VII dan VIII SMPN 1 Turi yang sedang melaksanakan susur sungai hanyut terbawa arus deras sungai saat melakukan kegiatan susur sungai.

 

Bencana tersebut bermula dari kegiatan yang dilakukan para siswa-siswi sekira pukul 14.30 WIB di Sungai Sempor, Padukuhan Donokerto, Kecamatan Turi. Dukuh Donokerto, Tartono, mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan ratusan siswa-siswi itu merupakan kegiatan pramuka. 

 

"Belum pasti (berapa yang ditemukan)," kata Tartono, Jumat (21/2) sore. Menurut Tartono, ratusan siswa-siswi SMPN 1 Turi itu memulai kegiatan susur sungai sekira pukul 15.20 WIB. Saat itu belum turun hujan sehingga para siswa melanjutkan kegiatan mereka.

 

Mereka tak menyadari bahwa di hulu sungai turun hujan deras yang kemudian membuat sungai meluap. Sekitar sepuluh menit setelah kegiatan dimulai, luapan air tiba di lokasi para siswa dan menerjang mereka. Sebagian siswa-siswi kemudian hanyut dan tenggelam. Sementara, siswa-siswi lainnya berhasil naik ke permukaan dan langsung pulang ke rumah masing-masing. Akibatnya, pendataan korban kejadian itu sempat simpang-siur, bahkan seratusan siswa-siswi sempat dikira hilang, padahal kebanyakan sudah tiba di rumah masing-masing.

 

Sekira pukul 15.45 WIB, warga kemudian menyampaikan informasi kejadian itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman. BPBD kemudian menurunkan tim pencari sekitar 15 menit setelah kejadian tersebut.

 

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kota Yogyakarta, Wahyu Efendi, mengatakan, dari laporan awal, ada 256 siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Dari jumlah siswa tersebut, hingga kemarin petang sebanyak 27 siswa telah dirawat di puskesmas setempat setelah menyelamatkan diri.

 

Sementara itu, sebanyak 200 siswa lainnya telah melaporkan keberadaan mereka setelah kejadian tersebut ke pihak sekolah sehingga tersisa 17 siswa yang masih belum melapor.

Setelah itu, informasi yang dikumpulkan Basarnas, dari 17 orang itu, satu berada di RS Puri Husada. Sisa 16 siswa lainnya, 10 di antaranya sudah melaporkan keberadaan mereka ke sekolah. "Jadi, sisa enam orang, tapi kita belum tahu apakah hanyut atau sudah pulang ke rumah masing-masing," ujar Wahyu.

 

Sedangkan, dari enam siswa lainnya, lima di antaranya, menurut Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yulianto, meninggal dunia. Ia menerangkan, empat siswa ditemukan dan dibawa ke Klinik Pratama SWA. Di antaranya, siswa berinisial SA (kelas VIII) asal Sumber Rejo; kemudian A, siswa kelas VII asal Ngentak Tepan; NA, siswa kelas VIII asal Kembang Arum, dan L asal Kembang Arum.

 

"Belum diketahui identitasnya korban di RS Puri Husada, jadi dalam peristiwa ini yang data sementara masuk korban meninggal lima siswa," kata Yulianto, Jumat (21/2). Ia menekankan, informasi itu merupakan perkembangan situasi sampai 19.00 WIB. Yulianto menambahkan, polisi turut mengerahkan Tim SAR Sabhara Polda DIY, Polres, Polsek, dan SAR Polair guna mencari korban lainnya.

 

Tak lama kemudian, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto, mengatakan, jumlah korban meninggal bertambah menjadi enam korban meninggal dunia di Sungai Sempor. Artinya, masih ada lima korban yang masih dicari. "Meninggal enam orang, kemudian lima orang masih dicari," ujar Joko, Jumat (21/2).

 

Enam korban meninggal ditemukan di tiga lokasi. Ia menekankan, BPBD Kabupaten Sleman juga telah meminta wali-wali kelas terkait melapor. Sejauh ini, kata Joko, para wali kelas sudah melaporkan nama-nama siswa mereka masing-masing.

 

Pencarian siswa SMPN 1 Turi Sleman tersebut terkendala lokasi yang gelap. "Kondisi sudah malam dan gelap, kami harus menggunakan lampu penerangan untuk mencari para korban lainnya," kata Joko Supriyanto. Selain kondisi gelap, proses evakuasi juga terkendala kondisi hujan yang masih mengguyur lokasi kejadian. Akhirnya, proses pencarian ditunda untuk sementara. “Kami membutuhkan lampu sorot untuk penerangan di area DAM Sungai Sempor," kata Joko. 

 

Bupati Kabupaten Sleman, Sri Purnomo, menyayangkan pihak sekolah yang menyelenggarakan kegiatan pramuka dengan menyusuri Sungai Sempor. "Kami menyayangkan musim hujan, mengapa diajak susur sungai," ujarnya di lokasi kejadian, Jumat (21/02). 

 

Ia mengatakan, akan meminta kejelasan kepada pihak sekolah terkait dilakukannya kegiatan tersebut saat hujan. Bahkan, ia pun akan memberikan peringatan kepada sekolah. 

 

Sementara itu, dari Dinas Pendidikan Sleman nantinya juga akan diminta untuk melarang sekolah melakukan susur sungai saat hujan agar kejadian serupa tidak terjadi kembali. "Kami akan beri peringatan sekolah. Dinas pendidikan akan kami larang lakukan susur sungai. Dalam keadaan normal, Sungai Sempor biasa digunakan untuk out bond, tapi biasanya dipandu," ujarnya. Hingga semalam, pihak sekolah belum bersedia memberikan pernyataan terkait peristiwa tersebut. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat