Sehat | Republika

Sehat

Lengkapi Asupan Anak dengan Serat

Serat memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit pada anak-anak.

Banyak anak yang tidak suka dengan buah-buahan ataupun sayur-sayuran. Mereka lebih menyu kai makanan yang manis dan gurih serta berbasis tepung-tepu ngan dan aneka sumber gula lainnya. Padahal, sayur-sayuran dan buah-buahan meru pakan sumber serat yang penting bagi kesehatan pencernaannya.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2019 menunjukkan, sekitar 95,5 persen penduduk Indonesia berusia lima tahun ke atas kurang mengonsumsi sayur dan buah. Penelitian terbaru di Jakarta terhadap 103 orang anak berusia 2 sampai 3 tahun juga menunjukkan hal serupa. Penelitian ini mengungkapkan sembilan dari 10 anak berusia dini keku rangan serat dengan rata-rata asupannya hanya 4,7 gram per hari.

"Konsumsi protein dan lemaknya yang justru lebih tinggi," ungkap konsultan gas trohepatologi anak Dr Frieda Handayani SpA(K)dalam perbincangan membahas ma salah asupan serat, di Jakarta, belum lama ini.

Serat pada dasarnya merupakan suatu bahan makanan dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna secara utuh di dalam saluran pencernaan. Serat terdiri atas dua jenis, yaitu serat larut air (soluble) dan serat tidak larut air (insoluble). Keduanya punya dua fungsi yang berbeda. Serat solublemampu me nyerap air dan membentuk gel di pencernaan.

Gel ini mampu mengikat kolesterol maupun glukosa darah dan memberi rasa kenyang yang lebih lama karena dapat mengembang di saluran pencernaan.

Serat insolublesebaliknya, kata Frieda, tidak dapat dicerna utuh di dalam tubuh dan bentuknya utuh ketika masuk ke dalam usus besar. Di usus besar inilah serat insoluble baru bisa dipecah, dibantu dengan fer mentasi oleh bakteri baik usus. Serat insoluble dapat mendorong terjadinya pola buang air besar yang lebih baik.

Bagi saluran pencernaan, konsumsi serat membuat tinja melunak dan pola buang air besar (BAB) lebih teratur. Serat juga mence gah dan mengatasi sembelit maupun hemoroid atau wasir. Secara sistemis, kon sumsi serat juga menurunkan risiko penyakit jantung koroner, strok, hingga diabetes melitus (DM) tipe 2. Tak hanya itu, serat juga membantu menurunkan kadar kolesterol dan mem bantu kontrol kadar gula darah.

Temuan mengenai kurangnya asupan serat pada anak tentu memprihatinkan. Pasal nya, kata Frieda, kekurangan serat dapat berpengaruh pada kesehatan fisik hingga kemampuan kognitif anak. Dalam jangka pendek, tanda paling mudahnya adalah konstipasi atau sembelit. Sementara itu, untuk jangka panjang, anak kekurangan asupan serat dapat memicu timbulnya masalah kese hatan yang lebih serius pada kemudian hari, seperti kanker usus besar, penyakit jantung koroner, diabetes melitus (DM) tipe 2, hingga obesitas.

Kekurangan asupan serat juga dapat memengaruhi suasana hati (mood) anak sehingga mudah marah. Kekurangan asupan serat juga dinilai berkaitan dengan kece masan, kesulitan fokus, hingga kemampuan kog nitif yang lebih lambat pada anak. "Usus itu kanotak kedua kita karena banyak sel saraf. Bisa 100 juta sel saraf ada di usus kita.Dia bisa mengirim sinyal ke otak," kata Frieda.

Berdasarkan beberapa penelitian, asupan makanan yang sehat dan proporsional dengan pemenuhan serat yang baik dapat mem perbaiki keluhan-keluhan ini. Dengan asupan serat yang lebih baik, suasana hati anak membaik, Anak pun akan merasa lebih bahagia dan tenang sehingga dapat diajak ber komunikasi dengan lebih baik. "Ada perbaikan juga dari segi kognitif," ucap Frieda.

Perkenalkan serat
Orang tua sebaiknya memperkenalkan anak kepada serat sedini mungkin, mulai dari masa pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Pada saat MPASI, asupan nya ditekankan protein. Namun, serat mulai diperkenalkan dalam bentuk buah dan sayur.

Pada usia 7-12 bulan, kebutuhan seratnya sekitar 7 sampai 10 gram per hari. Kebu tuhan seratnya belum banyak karena ukuran lambungnya masih kecil dan saluran pencerna annya belum benar-benar sempurna.

Menjauhkan asupan serat pada usia ini dapat memunculkan konstipasi pada anak. "Serat tetap harus diberikan, tapi jumlahnya harus hati-hati," kata Frieda.

Semakin usia bertambah, kebutuhan seratnya juga meninggi. Jenisnya pun se makin bervariasi; dari buah, sayur, hingga gandum. Jenis serat sebenarnya banyak. Jenis- jenis itu perlu diperkenalkan pada anak. Serat soluble, misalnya, ada di kacang po long, oat, jeruk, apel, aprikot, wortel, bawang, dan pisang. Sementara itu, serat insolublebisa ditemukan pada biji-bijian, kulit buah-buahan, beras merah, gandum utuh, brokoli, sayu ran hijau, dan bawang.

Frieda mengatakan, hal terpenting bagi oranga tua untuk memperkenalkan serat dengan cara menarik dan disukai anak. Orang tua tidak boleh memaksa atau memarahi anak saat mereka menolak mengon sum sinya. Namun, orang tua tak perlu putus asa dan terus mencoba pada hari berikutnya.

Berdasarkan teori, perlu waktu hingga 15 hari sampai anak terbiasa untuk me makan sesuatu yang baru. Orang tua juga sebaiknya tidak lupa untuk memberikan pujian. "Misal anak tidak suka brokoli, jangan besoknya dikasih bayam. Coba terus (membe rikan brokoli) sampai 10 hingga 15 hari berturut-turut dalam jumlah kecil," kata Frieda.

Para ibu juga perlu mendorong dirinya berkreasi dengan makanan agar tampak lebih lezat. "Banyak sekarang resep yang menyisipkan sayuran. Misalnya, nugget sayur, burger sayur," kata chefYuda Bustara.

"Anak jangan suka dibohongin," kata Yuda menambahkan. Karena itu, penting agar anak dikenalkan serat dalam bentuk apa adanya dan biasakan diberi contoh mengonsumsi berbagai serat di rumah secara seimbang.

Pengetahuan cara mengolah makanan yang baik juga perlu dikuasai orang tua. Cara terbaik mengonsumsi buah adalah dalam keadaan segar. Selain itu, bisa juga mengonsum sinya dalam bentuk smoothie, tetapi bukan bentuk cold pressyang hanya mengan dung sari buah.

Cara terbaik mengonsumsi sayur juga dalam keadaan mentah. Namun, tidak banyak anak yang menyukainya. Karena itu, me nurut Yuda, sayur dapat diolah dengan cara merebus singkat dan mendinginkannya (blansir) atau blancing. "Supaya nutrisinya tertap terkunci dan warnanya tetap cantik,"kata Yuda. Boleh juga sayuran dikukus, asal jangan terlalu lama. (ed:dewi mardiani)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat