Muhammadiyah | Dok Muhammadiyah

Liputan Khusus

Ketimpangan Masih Lebar Muhammadiyah Perkuat Basis Ekonomi Umat

Muhammadiyah melalui para tokohnya, sejak dari Kiai Dahlan banyak yang lahir dari basis kekuatan-kekuatan lokal wirausaha.

Oleh Silvy Dian Setiawan

Perjalanan bangsa Indonesia be­be­rapa hari kedepan akan melewati usia ke 78 tahun. Berbagai torehan pencapaian telah kita lihat dan rasakan, namun demikian sejumlah persoalan yang belum tuntas seperti di bidang ekonomi masih menjadi pekerjaan rumah. Apalagi jika menilik jumlah rasio wirausaha atau entrepreneur yang tumbuh dalam beberapa waktu terakhir baru sekitar 3,47 persen atau sekitar 9 juta dari total jumlah penduduk menurut data BPS.

Kemudian jika angka tersebut kita bedah dalam perspektif berapa prosentase jumlah pengusaha muslim, tentu angkanya makin kecil lagi. Masih kecilnya jumlah entrepreneur muslim menjadi pemikiran yang serius bagi Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

Menurutnya, saat ini umat Islam di Indonesia paling tertinggal di bidang ekonomi. Bahkan, masih sedikit entrepreneur atau wirausaha dari kalangan muslim yang menonjol dari segi kualitas.

"Pak Jusuf Kalla punya rumus kalau ada 100 pengusaha yang menonjol, dari 1-100 itu hanya sekitar 10 persen yang muslim. Tapi kalau ada 100 orang miskin, 90 orang muslim, kan kontras sekali," kata Haedar di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul, DIY, Selasa (15/8/2023).

 

 

"Berangkat dari real­itas itu, kemudian Muhammadiyah ingin mulai bikin tongkat baru bergerak di bidang ekonomi".

 

Prof Haedar Nashir
 

Menurut Haedar, selama ini masih banyak dari kalangan muslim maupun organisasi muslim yang tidak fokus mengurus ekonomi. Hal ini menjadikan umat Islam dikatakan masih menjadi mayoritas buih, bukan mayoritas kualitas di bidang ekonomi.

Untuk itu, Haedar menekankan bahwa harus ada lompatan dan harus ada yang menekuni bidang ekonomi ini dengan serius. Disini, Muhammadiyah semakin menguatkan basis ekonomi untuk umat, bangsa dan negara.

"Berangkat dari real­itas itu, kemudian Muhammadiyah ingin mulai bikin tongkat baru bergerak di bidang ekonomi," ucap Haedar.

Berbagai gerakan dalam mengembangkan per­eko­no­mian terus dilakukan Muhammadiyah. Tidak hanya di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial, namun Muhammadiyah juga melebarkan sayapnya ke bidang perhotelan pariwisata.

 

photo
SM Tower and Convention menjadi tambahan lini baru amal usaha Muhammadiyah di bawah naungan Suara Muhammadiyah. Bangunan dengan tinggi delapan lantai ini menjadi pilar dakwah di bidang ekonomi dan pariwisata di jantung Kota Yogyakarta. Tempat ini juga menjadi hotel pertama yang dibangun oleh Muhammadiyah. - (Dok Muhammadiyah)


Ekonomi umat

Salah satunya dengan baru berdirinya Suara Muhammadiyah (SM) Tower and Convention, yang menjadi penanda bahwa Muhammadiyah serius memikirkan kemajuan ekonomi umat, bangsa dan negara. Bahkan, Muhammadiyah juga memiliki modal besar untuk memperkuat dan mengembangkan ekonomi umat semakin luas.

"Secara kesejarahan, Muhammadiyah mela­lui para tokohnya, sejak dari Kiai Dahlan banyak yang lahir dari basis kekuatan-kekuatan local wirausaha. Dulu ada istilah saudagar, etos saudagar itu harus dibangkitkan Kembali," ungkapnya.

Memasuki abad kedua pergerakan Muhammadiyah, Haedar mengungkapkan, pi­hak­­­­­nya juga memiliki target untuk masuk ke sektor riil yang bisa mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat luas. Upaya ini juga dalam rangka menekan adanya konglomerasi bisnis. "Karena kalau ke konglomerasi, akhirnya nanti jauh dari kepentingan memberdayakan dan membebaskan umat maupun masyarakat," jelas Haedar.

Ditegaskan, gerakan Muhammadiyah dalam usahanya membangun kekuatan ekonomi tidak lepas dari umat dan masyarakat. Memang, lanjut Haedar, Muhammadiyah lahir dan hidup dengan umat dan masyarakat secara luas.

"Maka kalau kita gerak ekonomi itu ya akhirnya juga untuk mem­berdayakan, ­mem­be­bas­­kan dan me­majukan ke­hidupan rakyat kecil," kata Haedar.

Lebih lanjut, Haedar menuturkan bahwa Muhammadiyah dalam lima tahun ter­akhir berupaya men­ciptakan prakondisi me­nyiapkan entrepreneur Muhammadiyah. Di abad kedua ini, Muhammadiyah juga menciptakan lemba­ga-lembaga jenis usaha ekonomi dan bisnis, termasuk UMKM yang akhirnya para kader Muhammadiyah maupun umat langsung terlibat dalam ­aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis.

Muhammadiyah juga memiliki target untuk memperbanyak aktivitas-aktivitas ekonomi, bis­­nis dan kewirausahaan di daerah-daerah. Hal ini dilakukan agar kader Muhammadiyah maupun masyarakat tanpa pan­dang bulu, terutama generasi muda me­miliki lapangan pekerjaan dan memiliki tempat untuk belajar berwirausaha secara langsung.

"Itu yang harus kita lakukan persis dulu kita mempelopori mendirikan sekolah, klinik, balai kesehatan, yang dari situ kemudian lahir rumah sakit. Saya yakin itu bisa kita lakukan," tambah Haedar.

Saat ini pihaknya masih melakukan pemetaan daerah-daerah yang potensial untuk memperbanyak aktivitas-aktivitas ekonomi, bisnis dan kewirausahaan ini. l Yusuf Assidiq

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat