Bangunan pengolahan sampah di Copenhill, Denmark. | Ehrhornhummerston/Copenhill

Kisah Mancanegara

Belajar Mengolah Sampah dari Denmark

Denmark berhasil mengubah sampahnya menjadi energi murah bagi warga.

Oleh FITRIYAN ZAMZAMI

Persoalan sampah di Tanah Air kian menjadi-jadi. Lahan-lahan yang tak lagi boleh digunakan menampung sampah membuat pengelolaan sisa-sisa aktivitas manusia itu menumpuk. Di Yogyakarta, penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan baru-baru ini membuat kelabakan. Kebakaran hutan dilaporkan terjadi akibat warga membakar sampah sekenanya. Asap sampah bakaran warga juga mengganggu landasan pacu bandara.

Bagaimana sebaiknya sampah-sampah tersebut dikelola? Tentu semua tempat punya masalahnya sendiri, tapi mari menengok yang dilakukan di Denmark.

Musim panas baru saja tiba di Denmark, Juni lalu. Selepas musim dingin yang menggigit orang-orang memilih menghabiskan waktu di luar ruangan, menikmati hangatnya mentari. 

Di bawah hangat mentari itu, anak-anak sekolah di Denmark juga biasanya menghabiskan waktu di luar kelas. Salah satu tujuannya, ke Copenhill di Amager yang terletak sekitar 11 menit perjalanan alias 5 kilometer saja dari pusat kota Kopenhagen.

photo
Warga berwisata di sekitar bangunan pengolahan sampah di Copenhill, Denmark. - (Ehrhornhummerston/Copenhill)

Pada musim salju, Bukit Amager di lokasi itu adalah arena berseluncur. Sementara di bawah bukit yang menghijau pada musim panas, adalah salah satu fasilitas pengolahan sampah paling canggih di dunia.

Anak-anak sekolah dibawa ke lokasi itu untuk memelajari sejak dini bagaimana sampah-sampah di Denmark diolah. Ia adalah upaya mewariskan ambisi Denmark terus jadi negara terdepan soal teknologi hijau.

Sunne Martin Scheibye, bagian kehumasan Amager Ressourcecenter yang mengelola Copenhill menuturkan bahwa bangunan itu mulanya adalah investasi patungan dari warga di sekitar. Uang itu, dibantu pendanaan pemerintah dan sumber lainnya, kemudian diwujudkan dalam bentuk kompleks pengolahan sampah menjadi energi. 

"Proyek ini didanai pinjaman pendanaan dari lima municipality dengan bunga murah," ujar Scheibye saat menerima rombongan wartawan Indonesia di Copenhill, Juni lalu. "Selain itu ada pendanaan dari donor tapi harus seminimal mungkin supaya bisa melayani masyarakat." Pada 2017, pusat pengolahan itu mulai beroperasi.

Proses pengolahan sampah di Copenhill, Denmark. - (Fitriyan Zamzami/Republika)  ​

Setiap harinya, sedikitnya 300 truk sampah datang ke lokasi pengolahan itu. Sampah yang datang, sudah dipilha hanya yang tak bisa didaur ulang saja. Setahun, sekitar 560.000 ton sampah diolah di pembangkit tersebut.

Dari truk, sampah langsung diangkut dengan mekanisme robotik raksasa ke pusat penimbunan. Dari situ, diangkut lagi ke tungku pembakaran sampah. Bagaimana dengan asap pembakaran yang beracun tersebut? Di sini Copenhill punya perbedaan mencolok dengan tempat pemusnahan sampah lainnya.

Di gedung terpisah dari arena pengelolaan sampah, ada yang jauh lebih akbar. Ketinggiannya setara gedung lima lantai seluas lapangan sepakbola. Di dalam bangunan itu, tabung-tabung besar menyaring seluruh residu berbahaya dari sampah yang dibakar. 

"Kami menaruh banyak penyaring dan membersihkan banyak elemen berbahaya dari emisi besar yang keluar dari pembangkit sampah," kata Scheibye. Ketimbang fasilitas pembakaran sampah, proses penyaringan residu ini lebih mahal dan lebih kompleks. 

photo
Warga berwisata di sekitar bangunan pengolahan sampah di Copenhill, Denmark. - (Ehrhornhummerston/Copenhill)

"Kami menggunakan banyak insinyur untuk mengkalkulasi bagaimana pembuangan sampah tak memengaruhi publik," dia melanjutkan. Dengan mekanisme penyaringan yang kompleks itu, asap-asap yang keluar dari cerobong di Copenhill sangat minim emisi karbon. Gas CO2 yang ditangkap oleh mesin-mesin penyaring itu, juga tengah diupayakan bisa didayagunakan, untuk pupuk bagi petani misalnya.

Investasi yang dulu ditanamkan warga di proyek tersebut, saat ini sudah mulai terbayarkan. Pengolahan mendapatkan dana dari sejumlah sumber. Pertama, perusahaan pengumpul sampah membayar biaya manajemen sampah ke Copenhill. Kemudian, energi listrik yang dihasilkan juga bisa dijual. Selain itu, Copenhill juga mengalirkan listrik dan energi untuk pemanas ke 80 ribu rumah di sekitar pengolahan. 

"Kami tak perlu mendatangkan keuntungan, hanya perlu menyeimbangkan. Misalnya, listrik yang kami hasilkan mendatangkan banyak uang, tapi kami harus mengembalikan dengan menyediakan air panas yang murah untuk warga sekitar," kata Scheibye.

Dengan manajemen pengolahan sampah itu, rumah-rumah di Denmark selamat dari terhambatnya pasokan gas untuk penghangat air akibat perang Rusia-Ukraina. "Sebanyak 30 persen pemanas distrik di denmark dari pembangkit tenaga sampah," kata Scheibye.

Yang tak kalah krusial adalah juga proses pemilahan sampah di Denmark. Negara itu menargetkan, sebanyak 70 persen sampah di negara itu harus di daur ulang. Artinya, hanya 30 persen yang dibuang ke pengolahan seperti di Copenhill. Ini membuka peluang keuntungan baru lagi bagi pengolahan itu. "Karena lebih sedikit sampah yang masuk, kami bisa impor sampah dari luar negeri. Kami impor sampah dari Inggris misalnya. Demikian juga dari Jerman, Belanda, Italia, sampai Skotlandia," kata dia. Sampah yang datang itu tentu dibersamai biaya pengolahan.

Lain ladang, tentu lain belalang. Namun di tengah sengkarut pengelolaan sampah di berbagai wilayah di Indonesia, ada pelajaran penting yang bisa diambil dari Denmark soal hal tersebut. Bahwa partisipasi warga, pemanfaatan teknologi, dan visi soal tata kelola energi dan lingkungan hidup jadi elemen penting dari masalah persampahan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Krisis Iklim Berdampak Pada Mayoritas Manusia

Gelombang panas pada Juli disebut dampak langsung perubahan iklim.

SELENGKAPNYA

Panas Ekstrem, Tanda Bahaya Krisis Iklim

Tahun ini jadi tahun terpanas selama ratusan tahun.

SELENGKAPNYA

Perubahan Iklim Bisa Menggerus Ekonomi

Langkah antisipasi terhadap perubahan iklim harus dilakukan sejak dini.

SELENGKAPNYA