Pendatang dari Cina mulai diadang | Antara

Opini

Mewaspadai Batuk Ekonomi Cina

Dampak ekonomi korona bagi Indonesia, bisa lebih besar daripada SARS apabila skala wabah korona menyamai atau bahkan melebihi SARS.

Oleh Rusli Abdulah

Peneliti Institute for Development Economics and Finance (Indef)

Pekan lalu, penulis mendapat kabar, pengiriman lemari baju dari salah satu //vendor// terkemuka di Indonesia ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Alasannya satu, adanya wabah virus korona yang belum mereda.

Mendengar kabar tersebut, pikiran penulis menerawang ke depan, dampak ekonomi telah sampai di Indonesia. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran para pelaku ekonomi dunia juga Indonesia akan dampak wabah yang dikhawatirkan semakin meluas.

Kekhawatiran ini sangat beralasan, mengingat Cina merupakan salah satu mesin utama penggerak ekonomi dunia, tak terkecuali Indonesia. Ibarat Cina sedang batuk maka Indonesia akan langsung meriang. Karena itu, Indonesia harus bersiap.

 

Dampak ekonomi

Bagi Indonesia, wabah korona bisa dibagi ke dalam dua kelompok utama, yakni dampak secara langsung dan tidak langsung. Dampak langsung, artinya langsung bisa dirasakan dalam hitungan minggu, bahkan hari.

Sedangkan dampak tidak langsung, baru dirasakan dalam waktu tiga bulan ke atas melalui jalur transmisi perdagangan. Dampak langsung wabah korona terhadap perekonomian Indonesia dirasakan oleh sektor pariwisata.

Secara lebih spesifik adalah pariwisata di Bali. Berdasarkan data dari Bali Liang (Komite Cina Asita Daerah Bali) disebutkan bahwa per tanggal 29 Januari 2020, sudah terdapat kurang lebih 15 ribu pembatalan kunjungan wisatawan ke Bali.

Angka tersebut bisa dipastikan bertambah, mengingat wabah korona yang sudah semakin meluas ke berbagai negara. Terlebih Pemerintah Cina telah melarang warga negaranya untuk bepergian ke luar Cina terhitung 27 Januari 2020.

Pembatalan kunjungan tersebut, berdampak pada besaran kerugian sekitar 4,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 63 miliar. Perhitungan ini didasari pada asumsi rata-rata pengeluaran turis mancanegara di Bali dan lama rata-rata tinggal.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, rata-rata lama tinggal turis asing di hotel berbintang di Bali per November 2019 sebesar 3,02 hari. Sedangkan rata-rata lama menginap di hotel nonbintang selama 3,11 hari.

Dengan rata-rata pengeluaran 100 dolar AS per hari, total pengeluaran turis sebanyak 300 dolar AS. Pengeluaran 300 dolar tersebut baru untuk keperluan hotel, belum termasuk transportasi lokal dan makan di luar hotel.

Melihat perkembangan wabah yang terus menunjukkan gejala incremental, pembatalan turis ke Bali yang berasal dari Cina akan meningkat. Seperti diketahui, jumlah wisman dari Cina yang berkunjung ke Bali per November 2019 sebesar 1,1 juta orang atau 19 persen.

Dampak ekonomi kedua adalah dampak tidak langsung melalui jalur transmisi perdagangan Indonesia-Cina. Sebagai gambaran, wabah SARS pada 2003 silam yang melanda Hong Kong dan Cina daratan telah mengguncang ekonomi dunia.

Lee dan Mc Kibbin dalam Estimating The Global Economic Cost of SARS (2004) menyatakan, dampak SARS 2003 bagi ekonomi Cina secara temporer adalah hilangnya PDB sebesar -1,05 persen dan Hong Kong sebesar -2,63 persen.

Bagi Indoensia, dampak terhadap PDB adalah -0,08 persen. Dalam jangka panjang, 10 tahun pasca-SARS, total dampak hilangnya PDB Cina, Hong Kong dan Indonesia masing-masing adalah -2,34 persen, -3,21 persen dan -0,07 persen.

Dampak ekonomi korona bagi Indonesia, bisa lebih besar daripada SARS apabila skala wabah korona menyamai atau bahkan melebihi SARS. Alasan yang mendasarinya adalah hubungan ekonomi Indonesia-Cina saat ini lebih besar dibandingkan pada 2003 silam.

Hal ini setidaknya terlihat dari total perdagangan yang meningkat hampir 13 kali lipat apabila dibandingkan perdagangan hingga November 2019. Pada 2003, total perdagangan nonmigas Indonesia-Cina hanya sebesar 4,95 miliar dolar AS.

Angka tersebut terdiri atas ekspor nonmigas sebesar 2,6 miliar dolar AS dan impor nonmigas sebesar 2,25 miliar dolar AS. 

Pada 2019 (data Januari-November 2019), total perdagangannya meningkat menjadi 64,04 miliar dolar AS dengan komposisi ekspornya sebesar 23,5 miliar dolar AS dan impornya sebesar 40,5 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, impor Indonesia dari Cina didominasi oleh barang-barang modal. Periode Januari-November 2019, lima kelompok terbesar barang impor dari Cina mencakup mesin-mesin/pesawat mekanik (HS 84) sebesar 23,73 persen atau 9,86 miliar dolar AS, mesin/peralatan listrik (HS 85) sebesar 20,57 persen ata 8,39 miliar dolar AS, besi dan baja (HS 72) sebesar 4,75 persen atau 1,94 miliar dolar AS, plastik dan barang dari plastik (HS 39) sebesar 4,08 persen atau 1,67 miliar US dan benda-benda dari besi dan baja (HS 73) sebesar 3,32 persen atau 1,35 miliar US dolar.

Di sisi ekspor, 50 persen ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu didominasi oleh bahan baku. Barang tersebut adalah bahan bakar mineral (HS 27) sebesar 30,04 persen atau 7,62 miliar dolar AS, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar 12,85 persen atau 3,26 miliar dolar AS, dan besi serta baja (HS 72) sebesar 10,97 persen atau 2,78 miliar dolar AS.

Semakin besarnya hubungan perdagangan tersebut, berdampak pada  ekonomi yang dirasakan, setidaknya 13 kali lipat dari dampak pada 2003. Apabila wabah korona ini memiliki besaran yang sama dengan SARS 2003, wabah korona akan mengganggu aktivitas ekonomi di Cina.

Produksi barang bisa berhenti sementara, yang berujung pada terhambatnya ekspor Indonesia ke Cina. Pun sebaliknya, impor barang dari Cina bisa terganggu yang bisa menaikkan harga barang-barang impor yang diskontinu.

 

Mitigasi

Pemerintah harus sigap menanggapi wabah yang semakin tidak terkendali ini. Melarang sementara kedatangan turis Cina ke Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Pertimbangan utamanya menghindari mudharat yang lebih besar.

Apabila turis dari Cina masih diperbolehkan masuk ke Indonesia dan berujung pada outbreak di Bali misalnya, bisa dipastikan Bali akan ditutup untuk semua wisatawan asing. Indonesia akan menanggung kerugian lebih besar.

Pelarangan sementara masuknya warga Cina ke sebuah negara sudah banyak diterapkan oleh beberapa negara, misalnya Australia. Mitigasi berikutnya adalah terkait dengan aktivitas perdagangan dengan Cina.

Pemerintah harus mengidentifikasi kelompok barang, baik ekspor maupun impor, yang terdampak jika aktivitas ekonomi Cina terganggu. Untuk barang ekspor, setidaknya pemerintah bisa mencari pasar lain meski hal ini agak sulit dilakukan dalam waktu singkat.

Untuk barang impor, pemerintah harus mencari substitusinya, baik dari negara lain maupun domestik. Pemerintah bisa memberikan stimulus fiskal bagi produsen-produsen barang domestik yang memenuhi kriteria substitusi barang-barang impor dari Cina.

Terakhir, yang tidak kalah penting adalah pemerintah harus menjaga agar wabah korona ini tidak berujung pada xenophobia atau sentimen anti-Cina. Semoga korona tidak masuk ke Indonesia dan lemari penulis yang dipesan sejak akhir Desember tahun lalu segera bisa terkirim. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat