Petugas melakukan sosialisasi tentang virus Korona kepada penumpang di Stasiun Tanah Abang, Jakarta | Republika

Internasional

Korona dan Kisah Diskriminasi Ras di AS

Ada kebutuhan mendesak akan informasi yang utuh untuk memisahkan fakta dan hoaks tentang virus korona.

Sebuah selebaran di daerah Carson Los Angeles, Amerika Serikat (AS), memberi tahu penduduk untuk menghin dari bisnis Asia-Amerika karena wa bah virus korona. Dengan berbekal lo go Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selebaran palsu ini menebarkan ketakutan.

Rasa takut akan terserang virus yang bermula dari Wuhan, Cina, ini membuat seorang siswa sekolah menengah Los Angeles dipukuli hingga harus dirawat di rumah sakit. Dia mendapatkan perlakuan kasar setelah siswa lain mengatakan dia adalah ke turunan Asia yang terkena virus korona.

Peristiwa lainnya terjadi dengan lebih dari 14 ribu orang menandatangani petisi yang mendesak sekolah-sekolah di daerah Alhambra untuk libur sementara. Padahal, Los Angeles terkonfirmasi hanya memiliki satu kasus virus dengan jumlah penduduk 10,1 juta jiwa.

Penindasan dan serangan orang keturunan Asia dilaporkan mulai dari New York ke New Mexico. Hal ini dipicu oleh ketakutan yang tidak berdasar mengaitkan mereka dengan virus yang berasal dari Cina yang sudah teridentifikasi 15 kasus di seluruh AS. Dengan populasi Asia-Amerika terbesar di negara bagian AS, pejabat di Kalifornia secara agresif berusaha untuk mengatasi kebencian ras menyebar. "Kita tidak akan membela kebencian," kata Pengawas Wilayah Los Angeles Hilda Solis.

Perlakuan terhadap orang-orang Asia tersebut karena dikaitkan dengan gambar-gambar media dari Cina yang menciptakan kekhawatiran. Berita-berita tersebut seakan menunjukkan orang dengan ras Asia cenderung menyebarkan virus kepada penduduk lainnya.

Kepala Kebijakan dan Perencanaan Asia Pasifik Manjusha Kulkarni melihat, ada kebutuhan mendesak akan informasi yang utuh untuk memisahkan fakta dan hoaks tentang virus korona. "Bisnis dan pemilik restoran telah melihat penurunan tajam dalam perlindungan mereka. Kami hanya memiliki satu kasus virus korona di sini, di LA," kata Kulkarni tentang tempat bisnis dengan pemilik Asia.

Sentimen anti-Asia muncul di wilayah itu pada 2003 ketika wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) menyebar. Wabah ini pun berasal dari Cina dan membuat banyak warga di AS ketakutan. Tapi, saat itu, media sosial bukan sesuatu yang umum, berbeda dengan saat ini.

Media sosial kini memberi pengaruh besar terhadap informasi yang diterima masyarakat, termasuk hoaks yang akhirnya memperkuat rasisme, terlebih lagi ketika wabah virus korona menyebar luas. Rasisme ini bahkan menguat ketika warga Ame rika keturunan Asia yang meng gunakan masker di tempat umum.

Peristiwa ini dialami oleh Yiheng Yu yang bekerja sebagai desainer di Kota New York. Banyak rekan kerja di kan tor tempat Yu berkerja baru kembali dari Cina. Sebagai pencegahan, dia dan banyak orang di sekelilingnya mengenakan masker.

Pada suatu kesempatan, ketika dia mengenakan masker di luar kantor nya, Yu didatangi seorang wanita. "Dia mulai berteriak, 'Kamu sudah gila? Keluar dari sini.' Saya sadar itu ka rena saya memakai masker," ujar Yu.

Anggota parlemen daerah bagian New York yang mewakili distrik Queens Ron Kim menyatakan, bahkan batuk dapat memicu rasa takut untuk orang lain. Padahal, wilayah itu memiliki populasi besar warga Asia dan keturunan Asia. "Saya punya anggota staf yang berada di stasiun kereta Albany dan dia batuk sedikit, kemudian seseorang mendekati dan bertanya apakah dia terkena virus," kata Kim.

Kim bahkan memutuskan mendi ri kan Dewan Penasihat Kesehatan Asia- Amerika pada awal Februari. Lem baga itu dibuat untuk memberi kan edukasi pada warga New York tentang virus korona. "Kita hidup da lam masyarakat yang sangat dihantui oleh rasa takut. Jadi, jika kita menam bahkan lapisan tambahan, itu pasti akan terjadi. Orang akan menjadi buruk," kata Kim.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat