Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi | Prayogi/Republika

Bincang Bisnis

M Feriadi, Presiden Direktur JNE: Mengejar Predikat Billion Dollar Company

JNE saat ini sedang membangun megahub.

Bicara mengenai industri logistik maka tak akan pernah lepas dari nama JNE. Ini merupakan salah satu perusahaan pionir di sektor pengiriman barang di Tanah Air. Berdiri sejak 26 November 1990, perusahaan yang pernah berjalan bersama Tiki ini menjadi saksi perubahan bisnis dari manual menuju berbasis teknologi. Presiden Direktur JNE M Feriadi bercerita bahwa teknologi membentuk perilaku manusia. Misalnya saja dari perilaku berbelanja yang menjadi ekosistem tempat JNE berada.

"Kami terus tumbuh bersama dengan perubahan perilaku masyarakat. Industri logistik tumbuh dengan sangat luar biasa. Hingga 2020 ini pun masih sangat relevan dengan bisnis proses kekinian," kata dia kepada wartawan Republika Lida Puspaningtyas di kantornya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Beberapa perubahan yang dilakukan, antara lain, dari sisi pembayaran yang sudah mulai cashless bekerja sama dengan perbankan dan dompet digital. Dari sisi sistem pengiriman perusahaan juga melakukan inovasi seperti trucking yang bisa menjangkau kota-kota lain.

JNE, menurut dia, saat ini juga sedang membangun megahub yang diperkirakan bisa dijalankan di dua lokasi, yaitu di Jakarta dan Bandung. Megahub ini dilengkapi dengan teknologi yang relevan sehingga bisa meningkatkan kecepatan dan efisiensi. Selama ini proses sortir dan penerimaan dilakukan secara manual. Sementara dengan megahub, sistem yang dipakai adalah robotik sehingga proses menjadi lebih akurat.

"Kecepatan mesin kalau sudah siap bisa melakukan sortasi hingga 48 ribu kiriman. Bisa membaca barcode dengan lebih cepat. Kalau proses ini cepat dan akurat, bisa menambah kecepatan kerja, bisa menambah kepercayaan pelanggan. Per hari kita biasanya bisa proses hingga 1,3 juta kiriman. Dengan ini akan bisa meningkat," ujar dia.

Feriadi mengatakan, JNE juga sudah memanfaatkan cloud, big data, hingga internet of things untuk memantau transaksi dan memonitor perkembangan di outlet.

"Inovasi juga supaya layanan kita tetap terjaga agar menambah kapasitas. Ini yang sedang kita dorong. Sesuai dengan target kami tahun ini jadi billion dollar company. Harapannya bisa jadi perusahaan yang bernilai," kata Feriadi. Berikut wawancaranya.


JNE merupakan salah satu pionir lo gistik Indonesia yang ikut berkon tribusi pada pertumbuhan industri, bagaimana awal mula JNE berdiri, berproses, dan mencapai posisi saat ini?


JNE berdiri pada 26 November 1990. Saat itu kami bersama dengan Tiki. Kami memiliki dua fokus bisnis yang berbeda, JNE saat itu memiliki modal bisnis logistik inbound dari luar negeri. Seiring waktu, logistik dalam negeri perlu kecepatan lebih. JNE pun perlu lebih mandiri dalam pengi riman di dalam negeri. Hingga akhirnya, JNE diresmikan jadi satu entitas sendiri. Tiki tetap berjalan, kami pun demikian. Na mun, Tiki tetap punya kepemilikan di JNE bersama dengan lima shareholders lainnya.

Saya sendiri bergabung pada 1996 se ba gai manager Pengembangan Bisnis. Saat itu, untuk bisa berkembang maka kami harus melakukan pembukaan jaringan di daerah. Yang awalnya menangani internasional, kemudian juga menangani domestik, terma suk outbond. Saat ini, porsi pengiriman do mestik sudah lebih tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis JNE tumbuh di atas 30 persen. Ini indikasi ekonomi indonesia te rus tumbuh. Penetrasi e-commerce, inter net, juga mendorong penetrasi bisnis logistik hingga daerah.

Ini menjadi bukti bahwa teknologi itu mem bentuk perilaku manusia. Cara berbe lanja mereka jadi berubah. JNE ada di ekosistem itu sehingga kami terus tumbuh ber sama dengan perubahan perilaku masya ra kat. Industri logistik tumbuh dengan sangat luar biasa. Hingga 2020 ini pun ma sih sangat relevan dengan bisnis proses ke kinian. Tahun lalu, kita lihat ada kesempatan berinovasi dari sisi pembayaran. Payment juga merupakan instrumen penting dalam ekosistem sehingga kita melakukan inovasi.

Seperti kami sudah mulai cashless, kami kerja sama dengan perbankan dan dompet digital. Dari sisi sistem pengiriman juga kami melakukan inovasi seperti trucking yang bisa menjangkau kota-kota lain.

Dari sisi edukasi juga terus kami laku kan, karena masih banyak pelaku pedagang daring yang perlu dukungan dan bantuan. Mereka perlu edukasi teknologi dan lainnya. Tim kami ada khusus yang melakukan itu, keliling untuk sosialisasi terkait ekosistem ini. Ini sengaja kami lakukan untuk me ngembangkan friendly logistic. Kami laku kan juga layanan penyimpanan barang. Jadi pedagang bisa simpan barang di gudang kami. Jadi ongkos logistik akan lebih murah.

Apalagi jaringan JNE sekarang sudah me liputi seluruh Indonesia, jadi lebih efi sien. Pada prinsipnya, kami sebagai penyedia layanan logistik harus terus berinovasi un tuk menciptakan efektivi tas dan efisiensi kerja. Sesuai dengan tagline kami, yakni connecting hap piness, saya ingin pa ra karyawan juga mema hami itu. Kita harus mem berikan pengalaman yang baik pada pelang gan. Setiap pelanggan jadi perhatian kita dan setiap harinya harus lebih baik dari sebelumnya. Dulu mungkin orang sudah cukup dengan in for masi saja, tapi seka rang juga harus dipadu kan dengan kecepatan. Ini sangat penting sehing ga kami kembangkan sistem teknologi yang selalu ditingkatkan.

photo
Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi - (Prayogi/Republika)


Apa inovasi terbaru yang dikem bangkan JNE untuk menghadapi era seperti saat ini?
Kami sedang bangun megahub. Tahun ini bisa selesai dua, di Jakarta dan Bandung. Megahub ini dilengkapi dengan teknologi yang relevan sehingga bisa meningkatkan kecepatan dan efisiensi. Selama ini proses sortir dan penerimaan dilakukan secara manual. Di megahub, sistem yang dipakai adalah robotik. Jadi proses ini akan lebih akurat. Kecepatan mesin kalau sudah siap bisa melakukan sortasi hingga 48 ribu kirim an. Bisa membaca barcode dengan lebih ce pat. Kalau proses ini cepat dan akurat maka bisa menambah kecepatan kerja, bisa me nambah kepercayaan pelanggan. Per hari kita biasanya bisa proses hingga 1,3 juta kiriman. Dengan ini akan bisa meningkat. Dalam hal teknologi kita sudah gunakan cloud. Kita juga kembangkan big data, inter net of things agar bisa memantau transaksi. Monitor perkembangannya di outlet-outlet. Investasi untuk teknologi juga cukup signi fikan. Ta pi itu kan di awal, kita tidak harus belanja setiap tahun.

Kita menargetkan bis nis bisa tumbuh 30 persen jadi kita memang perlu improvement. Inovasi ju ga supaya layanan kita te tap terjaga agar menam bah ka pasitas. Ini yang se dang kita dorong. Sesuai de ngan target kami tahun ini jadi billion dollar com pa ny. Ha rapannya bisa ja di per usahaan yang bernilai.

Bagaimana Anda melihat per kem bang an bisnis ekspedisi saat ini? Se be rapa be sar potensi pasar di sektor ini?
Industri logistik sudah banyak berubah. Kami merasakan perubahan nya, misal dari model bisnis. Perubahan ini terjadi karena teknologi. Mungkin dulu pengiriman hanya segelintir yang bermain internet, dari Kaskus, lalu ada situs jual beli barang bekas, dan lain-lain. Muncul niaga daring. Orangorang mulai mencoba belanja online (daring). Seiring waktu, mereka belajar ada cara lain untuk mendapatkan barang, cara lain untuk membeli.

Ini bisa terjadi karena adanya teknologi. Selain karena tren, pemicu terbesarnya juga karena pelakunya anak-anak muda. Berkat anak-anak muda milenial ini punya cara pikir yang berbeda. Jadi semuanya berubah. Maka dari itu kita pun melakukan beberapa penyesuaian. Cara bisnis mengalami bebera pa perubahan, banyak mengandalkan apli kasi, situs web yang interaktif, dan lainnya. Kita sesuaikan dengan gaya anak muda.

Selain itu, Indonesia membuat industri logistik punya ruang luas untuk berkem bang. Logistik Indonesia bisa tumbuh subur karena geografis kita, karena kita kepulauan. Di beberapa tempat mau beli sesuatu itu sulit. Maka diperlukan jasa pengiriman. Kita lihat banyak masyarakat merasakan man faat nya belanja daring. Pengiriman cepat, tidak perlu susah. Pelanggan merasakan keuntungannya jadi terus dilakukan. Lo gistik menjadi middle man yang memang kas proses sehingga terjadi efisiensi.

Kita lihat juga pemerintah terus men dukung pertumbuhan industri logistik. Pemerintah bangun infrastruktur, jalan-jalan tol, jalan baru, bandara baru. Semua nya dibuat untuk kita gunakan dan manfaat kan dalam berbisnis. Jalan tol, bandara, itu bisa memangkas biaya logistik yang tadinya tinggi. Biaya logistik memang dari waktu ke waktu jadi lebih rendah. Saya lihat peme rintah sudah melakukan banyak hal. Meski tentu masih banyak yang bisa dilakukan. Seperti kalau nanti BBM bisa satu harga. Tapi saya percaya kita sedang mengarah ke satu zaman saat industri logistik jadi lebih baik.

Bagaimana JNE memandang per saingan yang terjadi saat ini? Apa yang membedakan JNE dengan eks pedisi lain?
Kita selalu lihat kompetitor sebagai pelengkap sistem, kita bersaing secara sehat. Adanya persaingan membuat kita terus berinovasi. Sebagai pemain lama, kita dulu melakukan pekerjaan secara manual. Tapi sekarang terpikir digital. Marketing dulu dan sekarang juga beda. Ada media sosial, marketing kita jadi digital. Sama halnya dengan memberi pelayanan pada pelanggan, interaksi itu harus baik. Status kiriman harus cepat. Pelanggan diberikan pelayanan yang baik. Kita terbuka pada perubahan agar bisa tetap adaptif.

Bagaimana Anda melihat bisnis ekspedisi pada masa yang akan da tang?
Tren industri pengiriman jasa pos (express & courier) pada 2020 tidak terlepas dari tren global yang terjadi. Secara global, di pi cu oleh naiknya transansaksi perdagang an dunia melalui elektronik (e-commerce), maka telah terjadi pertumbuhan berkelan jut an di industri ini.

Salah satu pusaran pertumbuhan yang cepat di negara-negara ASEAN adalah Indo nesia. Indonesia sebagai negara destinasi, origin, sebagai hublogistik regional dan sebagai negara kepulauan yang sangat luas ber peluang meningkatkan volume pengir iman barang domestik ataupun internasio nal pada 2020.

Pemicu utama yang menyebabkan ke naikan volume pengiriman barang tetap ber lanjut. Seperti masih berlanjutnya penam bahan penggunaan smartphone dan sema kin terkoneksinya seluruh wilayah Indonesia dengan internet. Selain itu, meningkatnya kelas menengah dan usia produktif di In donesia, pembangunan infrastruktur baru, seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sebagainya yang memungkinkan terjadinya percepatan dalam proses pengiriman.

***
Harus Meninggalkan Jejak Kebaikan


Connecting happiness adalah upaya besar yang terus diupayakan oleh JNE dari waktu ke waktu. Presiden Direktur JNE, M Feriadi meyakini hidupnya tidak serta-merta sebagai di rektur atau pemimpin saja. Dalam setiap kesem patan, apa pun yang dilakukan harus punya bekas dan makna. "Di mana pun, kita harus meninggal kan jejak kebaikan," kata dia saat berbincang dengan Republika di kantor pusat JNE, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, keberhasilan tidak boleh diukur dari sisi keuangan, revenue, atau omzet saja. Itu hanya bonus. Keberhasilan sesungguhnya adalah saat kita sudah berusaha sekuat tenaga menjadi solusi untuk masyarakat.

Jika punya keuntungan, seberapa manfaat itu untuk karyawan. Apakah bisnis yang dilakukan sudah memberikan manfaat bagi masyarakat. Maka dari itu, inti utama dari semangat JNE adalah berbagi.

Feri ingin, di mana pun tempatnya berada, bisa memberikan manfaat bagi orang sekitar. Ia pernah menjadi ketua Club Motor Harley Davidson Jakarta selama dua periode. Di sana pun, ia berupaya meninggalkan jejak kebaikan.

Saat banyak orang memandang sebelah mata klub motor, kelompoknya menunjukkan sesuatu yang berbeda. Ia ingin menyingkirkan stigma buruk. Mereka banyak melakukan santunan kepada orang yang membutuhkan, keakraban bersama keluarga, meningkatkan spiritualitas, tetap profesional, dan menjaga aman. "Kita ingatkan bahwa ini hobi yang penuh risiko, bahaya, jadi ya harus siapkan tabungan akhirat," katanya.

Feri mengaku hobi otak atik motor. Ia tidak bisa jika berdiam diri saja. Maka dari itu, ia sering mengadakan aktivitas bersama orang lain, baik dengan perusahaan, keluarga, maupun klub yang diikutinya.

Selama di klub motor, ia pun berpesan pada rekan-rekannya bahwa misi mereka tidak hanya motoran, tetapi juga menyebarkan kebaikan. "Kita jangan jadi orang yang mendustakan agama, harus membantu anak yatim, dan selalu berbuat kebaikan," katanya. ed: mansyur faqih

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat