FILE - In this May 12, 2018, file photo, director Christopher Nolan poses during a photo call at the 71st international film festival, Cannes, southern France. The only post-shutdown films to crack the top 10 in 2020 are Nolan | Arthur Mola/Invision/AP

Geni

Efek Praktis ala Christopher Nolan

Trik tanpa CGI terbukti tetap mampu menghadirkan tontonan yang sukses.

Sutradara Christopher Nolan dikenal sebagai sutradara yang lebih banyak menggunakan efek praktis dibanding computer-generated imagery (CGI) dan dia pun berkomitmen dengan hal itu. Pendekatan ini tertangkap di film besutan Nolan, the Prestige.

Dilansir dari Collider, Kamis (20/7/2023), konflik utama antara pesulap Alfred Borden (Christian Bale) dan Robert Angier (Hugh Jackman) dalam the Prestige terletak pada rahasia trik Transported Man. Meskipun Borden memulai tindakan tersebut, Angier memutuskan untuk mencurinya setelah menyaksikannya sendiri.

Pelajaran dari aksi the Transported Man dari the Prestige adalah bahwa tontonan yang paling sederhana dan paling praktis sekalipun dapat mengesankan penonton. Jika seseorang yakin bahwa lebih besar lebih baik atau bahwa teknologi baru yang paling mencolok adalah yang akan menyenangkan audiens, mereka pasti akan mengalami masalah. Mungkin studio dan pembuat film bisa belajar dari the Prestige.

Musim panas ini secara khusus telah menunjukkan bagaimana film dengan anggaran terbesar tidak serta-merta menarik banyak perhatian dari penonton. Film DC yang telah lama dikembangkan untuk memulai kembali dunia warabala the Flash disebut-sebut oleh banyak orang, seperti DC Studious Co-Chair James Gunn, sebagai salah satu film buku komik terbaik sepanjang masa.

Namun, bahkan dengan dukungan Tom Cruise, the Flash akan dianggap sebagai kegagalan finansial bagi Warner Bros. Kembalinya Harrison Ford di Indiana Jones dan Dial of Destiny juga mengecewakan Disney dan Lucasfilm.

Kedua film ini sangat mengandalkan CGI dan efek khusus, dengan anggaran yang sangat besar. Tetapi, bahkan nostalgia yang mencolok sekalipun, tidak dapat menarik cukup banyak penonton bioskop untuk menonton film-film ini di bioskop.

Di sisi lain, Nolan memiliki karier yang sukses memperjuangkan efek praktis dalam blockbuster-nya. Batman Begins, The Dark Knight, dan The Dark Knight Rises adalah produk yang memprioritaskan pembuatan film di lokasi, properti dan teknologi fungsional, serta aksi yang difilmkan secara real-time daripada dihasilkan dalam pascaproduksi atau di layar hijau.

 

Di The Dark Knight, sutradara berusia 53 tahun benar-benar membalik sebuah truk di tengah pusat kota Chicago. Selanjutnya, masih di The Dark Knight pesawat sungguhan ribuan kaki di udara difilmkan untuk adegan pembuka yang melibatkan pengenalan Bane.

Nolan terus menggunakan efek praktis dalam filmnya sebanyak mungkin, termasuk menabrakkan pesawat lain di Tenet. Perlu dicatat bahwa meskipun Tenet tidak bisa dibandingkan dengan box office film-film Nolan lainnya. Film ini dirilis selama pandemi ketika bioskop tidak buka atau sangat terbatas.

Dengan film terbarunya, Oppenheimer, Nolan terus berpegang teguh pada komitmennya pada efek praktis. Oppenheimer tidak memiliki bidikan CGI. Nolan memilih kehidupan nyata dan ledakan terkoordinasi untuk film tersebut.

Ledakan dapat dengan mudah dibuat menggunakan CGI, tetapi dengan audiens yang baru-baru ini menunjukkan bahwa efek yang dihasilkan komputer tidak cukup menarik saat ini, efek praktis mungkin lebih menarik. Mission Impossible- Dead Reckoning Part One tentu saja mengungguli blockbuster sebelumnya, the Flash dan Indiana Jones 5 dalam hal angka pekan pembukaan, yang sangat berkaitan dengan aksi nyata menantang maut Tom Cruise.

Nolan dan Cruise mencapai tontonan yang mengesankan tanpa CGI yang meluap-luap. Sama seperti Alfred Borden dari The Prestige, mereka tahu bahwa terkadang sederhana dan praktis bekerja dengan baik, atau bahkan lebih baik daripada, efek khusus yang paling mencolok.

 

Hidup tanpa Smartphone 

photo
Salah satu adegan dalam film Oppenheimer. - (Dok Universal Pictures)

Tak hanya berpaling dari penggunaan CGI yang kini umum dilakukan, Nolan juga dikenal menjauhi teknologi dalam kesehariannya. Dalam sebuah sesi wawancara dengan HollywoodReporter, sutradara Oppenheimer tersebut mengungkapkan bahwa dia tak menggunakan e-mail, ponsel pintar, dan internet.

Saat menulis naskah, Nolan hanya melakukannya di sebuah komputer yang tak terhubung dengan internet. Nolan sebenarnya tidak merasa benci atau antipati terhadap teknologi. Sebaliknya, Nolan melihat teknologi sebagai hal yang luar biasa.

Pria asal Inggris tersebut juga meyakini bahwa teknologi mampu menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. "Keputusan pribadi saya adalah terkait keterlibatan saya (dalam menggunakan teknologi)," ujar Nolan, seperti dilansir GadgetsNow pada Kamis (20/7).

Menurutnya, teknologi seperti internet dan ponsel pintar bisa sangat mendistraksi. Saat dia sedang menulis sebuah naskah misalnya, penggunaan ponsel pintar hanya akan membuatnya membuang-buang waktu.

Nolan juga lebih suka mengirimkan naskah filmnya secara langsung kepada para aktor dan aktris, alih-alih mengirimkannya secara digital melalui e-mail. Kebiasaan inilah yang membuat Nolan kerap dijuluki sebagai sutradara yang gemar bekerja dalam kerahasiaan. "Ini bukan kerahasiaan, ini privasi," kata Nolan.

Ia juga lebih suka mengirimkan naskah secara langsung karena dia bisa duduk bersama dengan aktor atau aktris yang membaca tulisannya. Dengan begitu, Nolan bisa mendapatkan komentar dan masukan dari mereka secara langsung. "Bisa melihat bagaimana mereka terhubung dengan naskah itu melalui cara yang sangat manusiawi, secara bertatap muka," ujar Nolan.

 

Tiket Ludes

photo
Pengunjung duduk menjaga jarak pada hari pertama pembukaan kembali bioskop Cinepolis Cinemas, di Mal Living World, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (31/3/2021). Satuan Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Riau mengizinkan bisnis bioskop untuk buka kembali setelah ditutup selama setahun akibat pandemi dengan syarat menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat. - (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Musim panas ini dimulai dengan rilisnya dua film yang ditunggu banyak orang, Barbie dan Oppenheimer. Bahkan, warganet menyebut fenomena tersebut sebagai Barbenheimer.

Oppenheimer merupakan karya terbaru Christopher Nolan yang bersiap untuk mendapat kesuksesan awal hingga 49 juta dolar AS. Film yang berdurasi tiga jam ini, mengisahkan tentang J Robert Oppenheimer yang dianggap sebagai bapak bom atom. Deretan aktor yang membintangi ada Cillian Murphy, Emily Blunt, dan Matt Damon.

Oppenheimer akan tersedia ditonton di layar bioskop IMAX. Bahkan, Nolan menyarankan untuk menonton di IMAX. “Saya menyamakan IMAX dengan semacam 3D tanpa kacamata. Kamera film IMAX dan proyektor film IMAX itu memberi Anda format yang paling mirip dengan cara mata melihat dunia yang pernah kita buat,” kata Nolan, dikutip Ladbible, Rabu (19/9/2023).

Di Indonesia, antusias penonton terlihat cukup tinggi untuk menikmati IMAX. Berdasarkan pantauan Republika, untuk hari ini, tiket IMAX di Gandaria City ludes terjual. Hanya menyisakan beberapa kursi kosong barisan M dan N pojok kanan dan kiri untuk jadwal pukul 20.30 WIB.

Bahkan, untuk beberapa hari ke depan, kursi yang kosong di barisan depan. Untuk jadwal pukul 13.30 WIB pada 23 Juli, tiket yang tersisa hanya ada di barisan L pojok kanan kiri, M, dan N.

Hal serupa juga terjadi di bioskop IMAX lain, misalnya di Kelapa Gading. Di hari pertama penayangan, dengan jadwal pukul 13.30 WIB, kursi yang tersisa di barisan paling depan S. Sementara untuk tanggal 23 Juli, pukul 13.30 WIB, kursi yang kosong sedikit lebih banyak. Barisan atas, seperti B hingga J masih ada walaupun lokasinya di ujung kiri layar. Sedangkan barisan depan, P hingga S masih kosong. 

 

 
Di The Dark Knight, Nolan benar-benar membalik sebuah truk di tengah pusat kota Chicago. 
 
 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat