ILUSTRASI Abdullah bin Jahsy adalah seorang sahabat Nabi SAW. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Heroisme Abdullah bin Jahsy

Abdullah bin Jahsy selalu siap membela Islam dan berjuang fii sabilillah.

Abdullah bin Jahsy sudah mengagumi sosok Muhammad sebelum masa kenabian. Lahir dan besar di permukiman sekitar Ka’bah, Makkah, dia masih berkerabat dengan Nabi Muhammad SAW. Saudara perempuannya Zainab binti Jahsy kelak merupakan istri Nabi SAW. Adapun ibunya, yakni Aminah binti Abdul Muththalib, merupakan saudara kandung kakek Nabi SAW.

Abdullah bin Jahsy dan keluarganya ikut dalam hijrah pertama ke Habasyah. Selama di Habasyah, ia dan para Muslim lainnya mendapatkan perlindungan dari sang raja. Mereka baru kembali ke Makkah setelah tiba berita bahwa situasi keamanan di kota asal mereka sudah membaik. Belakangan, berita ini tidak sepenuhnya benar. Kaum musyrik tetap mempraktikkan kesewenang-wenangan. Akhirnya, kaum Muslim Makkah hijrah ke Yastrib (Madinah), termasuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sempat direncanakan untuk dibunuh.

Kaum Muslim mulai mengembangkan kekuatan politik dan militer selama di Madinah. Dalam pada itu, sekitar 17 bulan sesudah hijrah, Rasulullah SAW mengumpulkan delapan orang Muhajirin dengan pimpinan Abdullah bin Jahsy.

“Pergilah engkau dengan nama Allah dan janganlah engkau membuka surat dariku ini sehingga engkau (dan rombongan) berjalan selama dua hari. Setelah menempuh jarak itu, barulah engkau buka dan bacakan keras-keras suratku ini kepada kawan-kawanmu. Setelah itu, lanjutkan perjalananmu sesuai perintahku,” kata Rasulullah SAW kepada Ibnu Jahsy sambil menyerahkan surat yang dimaksud.

Sesuai perintah Nabi SAW, berjalanlah delapan orang ini ke luar Madinah hingga dua hari kemudian Abdullah bin Jahsy pun membuka surat yang dipegangnya. Dengan perjalanan itu, ia dan rombongan mengarah ke sebuah kebun kurma yang letaknya berdekatan dengan rute yang biasa dilalui kaum Quraisy. Dalam suratnya, Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk mengintai pergerakan Quraisy dari sana. Abdullah dan kawan-kawannya melaksanakan ketentuan dari Nabi SAW tersebut.

photo
ILUSTRASI Bukit Uhud di dekat Madinah, Arab Saudi, menjadi saksi bisu banyaknya sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam medan jihad. Salah seorang di antaranya adalah Abdullah bin Jahsy. - (DOK ANTARA / Zarqoni)

Selang beberapa waktu kemudian, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Utbah bin Ghazwan—dua orang peserta rombongan ini—kehilangan untanya ketika di Bahran. Dua orang ini mencari unta yang hilang, sedangkan Abdullah bin Jahsy dan sisanya meneruskan perjalanan. Tiba-tiba, mereka mendapati kafilah Quraisy, yang terdiri atas Amru ibn Hadhrami, Utsman bin Mughirah, dan Naufal serta al-Hakam bin Kisan.

Salah seorang kawan Abdullah mengajukan gagasan untuk memerangi kafilah Quraisy tersebut. “Kalau kita membiarkan mereka berlalu malam ini, mereka akan memasuki Tanah Suci (Makkah) dan kita tak bisa berbuat apa pun. Namun, kalau kita memerangi mereka, kini kita ada di bulan haram?” Waktu itu jatuh pada akhir bulan Rajab, yang di dalamnya diharamkan peperangan.

Pada akhirnya, Abdullah dan kawan-kawannya memutuskan untuk angkat senjata. Salah seorang dari mereka berhasil menewaskan ibn Hadhrami dengan anak panahnya. Adapun Utsman bin Mughirah menjadi tawanan, sedangkan Naufal dan al-Hakam melarikan diri ke Makkah. Harta rampasan mereka bawa ke Madinah untuk ditunjukkan kepada Rasulullah SAW.

Sejak saat itu, beredar rumor dari Makkah bahwa Nabi Muhammad SAW melanggar ketentuan bulan suci. Kepada Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawan, Rasulullah SAW menyatakan kekecewaannya. “Aku tidak memerintahkan kalian mengadakan peperangan di bulan haram,” kata Nabi SAW seraya menolak mengambil bagian dari hasil kemenangan tersebut. Maka betapa sedih dan menyesalnya mereka karena telah bertindak di luar perintah.

Menurut para ahli tafsir, peristiwa inilah yang menjadi sebab turunnya ayat Alquran surat al-Baqarah ayat 217:

 
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan (haram) adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, itu lebih besar (dosanya) di sisi Allah.
QS al-Baqarah: 217
 

Memang, pada kala itu, kaum Muslim yang berhijrah ke Madinah dilarang ke Makkah oleh kaum musyrikin, sekalipun bila mereka hanya ingin menunaikan ibadah di Ka’bah. Dengan turunnya ayat tersebut, maka jelaslah bahwa apa yang dilakukan Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawan tidak sebanding dengan perlakuan kaum musyrik terhadap Muslim.

Kepahlawanan Abdullah mengemuka di medan Perang Uhud. Sebelum itu dimulai, ia mengajak sahabatnya, Sa’ad bin Abi Waqqash untuk saling berdoa secara bergantian. Sementara yang satu berdoa, maka yang lain mengaminkan.

Sa'ad mendapatkan giliran pertama. Doanya sebagai berikut.

“Ya Allah, ketika aku di tengah pertempuran esok, dengan kasih dan sayang-Mu, ya Allah, hadapkanlah aku dengan musuh yang kuat dan keras. Biarkanlah dia menyerangku terlebih dahulu sekuat tenaganya, sehingga aku akan mengadangnya sekuat tenaga, Setelah itu, ya Allah, izinkanlah aku memeroleh kemenangan dan membunuhnya karena Engkau. Biarkanlah aku memperoleh ghanimah atas karunia-Mu.”

Abdullah bin Jahsy mengucapkan amin dan Sa’ad menutup doanya.

Kini, giliran Ibnu Jahsy mengucapkan doa.

“Ya Allah, dalam pertempuran esok, hadapkanlah kepadaku musuh yang paling kuat. Biarkanlah dia menyerangku terlebih dahulu dengan kemarahannya. Dan berilah aku keberanian untuk mengadangnya dengan segala kekuatan yang ada padaku. Kemudian, ya Allah, biarkanlah musuhku itu membunuhku, dan biarkan musuhku itu memotong hidung dan telingaku.

Sehingga pada hari kiamat kelak, saat aku berdiri di hadapan-Mu untuk diadili, maka Engkau bertanya, 'Wahai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?' Aku akan menjawab Engkau, 'Hidung dan telinga hamba telah terpotong karena berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasul-Mu.' Maka Engkau akan berkata, 'Benar, semuanya terpotong karena berjuang di jalan-Ku.' Ya Allah, kabulkanlah doaku ini.”

 
Ya Allah, dalam pertempuran esok, hadapkanlah kepadaku musuh yang paling kuat.

“Amin,” ucap Sa'ad bin Abi Waqqash kemudian. Doa Abdullah bin Jahsy ternyata lebih cepat terwujud dibandingkan doa Sa’ad. Inilah yang terbukti seusai Perang Uhud.

Sang sahabat Nabi SAW ini menemui ajalnya dalam kondisi wajah yang hancur. Hidung dan daun telinganya dipotong musuh. Badannya juga tercincang, begitu mengenaskan. Kondisi yang sama juga dialami paman Rasul SAW, Hamzah bin Abdul Muththalib.

Melihat jasad Abdullah bin Jahsy, Sa'ad bergumam, “Doa Ibnu Jahsy ternyata lebih mulia daripada doaku.”

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Ketika Islam Dibayangkan tidak Pernah Ada

Buku ini mengajukan narasi hipotesis bilamana Islam tidak pernah ada dalam konteks hubungan Barat-Timur.

SELENGKAPNYA

Orientalisme Perspektif Edward Said

Edward Said menyuguhkan kritik atas wacana orientalisme.

SELENGKAPNYA

Orientalisme, Cara Barat 'Memandang' Timur

Kehadiran orientalisme amat berkaitan dengan imperialisme dan kolonialisme.

SELENGKAPNYA