ILUSTRASI Seseorang berdoa di dekat Kubah Hijau tempat makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi. Rasulullah SAW berasal dari Bani Hasyim, salah satu kelompok nasab sangat terhormat di Hijaz | Saptono/Antara

Kisah

Dhuba'ah dan Keluhuran Keluarga Bani Hasyim

Hasyim merupakan ayah dari kakek Nabi Muhammad SAW.

Status sosial dan peran Bani Hasyim, bahkan sejak prakedatangan Islam, tak lagi diragukan. Keluarga besar ini memiliki pengaruh dalam proses pembangunan peradaban Arab. Hal ini menjadi modal bagi akselerasi penyebaran Islam kelak. Bani yang nasabnya bertalian hingga Ismail tersebut terkenal dengan keluhuran budi pekerti.

Salah satu keluarga Rasulullah SAW yang tersohor dengan pekerti dan keilmuannya ialah az-Zubair bin Abdul Muthalib, paman kandung Nabi. Keistimewaan tersebut diwarisi pula sejumlah anaknya.

Az-Zubair tercatat menikah dengan Atika binti Abi Wahb, yakni seorang wanita terhormat dari Bani Makhzum. Pasangan ini kemudian dikaruniai empat orang anak perempuan dan seorang putra. Para buah hati itu ialah Abdullah, Umm al-Zubair, Safiyah, Ummul Hakam (menikah dengan Rabi'ah bin al-Harits), serta Dhuba'ah.

photo
ILUSTRASI Dhuba'ah binti az-Zubair merupakan anak paman Nabi SAW. Wanita ini tercatat sejarah sebagai seorang sahabat Rasulullah SAW dari kalangan perempuan (shahabiyah) - (Pixabay)

 

Sang shahabiyah

Lahir dari keluarga terkemuka saat itu, Dhuba'ah binti az-Zubair bin Abdul Muthallib bin Hasyim tumbuh menjadi sosok dengan tingkat kedewasaan yang tinggi. Istri dari al-Miqdad bin al-Aswad ini dikenal pula dengan daya dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Ini menempatkannya ke dalam deretan para sahabat perempuan (shahabiyah), perawi hadis.

Ia menjadi salah satu kiblat periwayatan hadis. Tak sedikit generasi salaf dari sahabat dan taibiin yang mengambil hadis darinya. Sebut saja dari kalangan sahabat, ada Ibn Abbas, Jabir bin Abdullah, Anas bin Malik, Aisyah RA. Sementara, pengambil riwayat yang berasal dari golongan tabiin, antara lain, Sa'id bin al-Musayyib, termasuk Karimah binti al-Miqdad, putri kandungnya.

Ibunda dari Abdullah dan Karimah tersebut, merupakan pribadi yang haus ilmu. Ia tak segan bertanya langsung kepada Rasulullah perihal persoalan yang ia hadapi. Ini membuat riwayatnya semakin istimewa.

Namanya melambung melalui hadis tentang diperbolehkannya menetapkan syarat dalam niat haji atau umrah. Dhuba'ah meminta petuang dan syarat itu langsung di hadapan Rasulullah. Peristiwa ini membuat ia terkenal dengan julukan al-musytarithah, yang berarti 'sang peminta syarat.'

 
Peristiwa ini membuat ia terkenal dengan julukan al-musytarithah, yang berarti 'sang peminta syarat.'
   

'Aisyah RA menuturkan, saat itu, Nabi Muhammad SAW bertandang ke rumah Dhuba'ah binti Zubair bin Abdul Muthalib. Lalu, Dhuba'ah pun berkata, "Ya Rasulullah, aku bermaksud hendak menunaikan ibadah haji, tetapi aku sakit, bagaimana itu?" Maka, Nabi SAW menjawab, "Hajilah dan syaratkan dalam niatmu bahwa tempat tahalulku di mana saya tertahan (karena sakit).”

Riwayat lain menambahkan, Rasulullah SAW mengajari Dhuba'ah tata cara berniat dengan keberadaan syarat di dalamnya, seperti berikut, ”Ya Allah, saya menjawab panggilan-Mu dengan melakukan ihram untuk umrah, jika saya terhalang sesuatu di tengah jalan, maka tahalulku di tempat saya tertahan tersebut.“

Dhuba'ah, bersama saudarinya, Ummu Hakim, adalah pemberi keturunan bagi az-Zubair. Selain dari keduanya, az-Zubair tak memiliki cucu. Walaupun, putra kesayangan Dhuba'ah, Abdullah, lebih dahulu menghadap Sang Khalik, saat Perang Jamal.

Az-Zubair sangat mencintai Dhuba'ah. Perasaan yang sama juga dicurahkan az-Zubair, kepada keponakannya, Muhammad. Sewaktu Nabi masih kecil dan berada di Makkah, paman tertuanya itu menyayangi Muhammad kecil dan mengasihinya.

Sang paman yang berjuluk Abu Thahir tersebut kerap mengajak Muhammad bermain. Dhuba'ah melakukan hal yang sama kepada Muhammad, sekalipun telah diutus sebagai nabi dan rasul. Dhuba'ah memberi sering memasak menu makanan dan diberikan kepada Rasulullah.

Inilah adalah contoh kemuliaan Bani Hasyim. Kehidupan sehari-hari keluarga besar itu penuh dengan kasih sayang satu sama lain. Dhuba'ah mengisahkan, ayahnya, tak bosan-bosan mendendangkan lagu dan membacakan cerita pendek. Kesemuanya berisi petuah bijak dan kebajikan.

 
Aku senang sekali wahai Dhuba'ah yang baik dan taat.
(Bila) engkau tidak mencuri barang, seperti engkau tidak tahu moral.
   

Doktrin dan ajaran ini membekas dalam diri Dhuba'ah. Ini mengantarkannya tumbuh dan berkembang sebagai pribadi mulia. Atas dasar inilah, ia mendapat penghormatan Rasulullah.

Terlebih, ia termasuk sahabat yang pertama kali menerima dakwah Islam. Ia juga ikut berhijrah ke Madinah pada gelombang pertama.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jelang Idul Adha, Penumpang Kereta Meningkat

PT KAI Daop 1 Jakarta mencatat sekitar 175.000 tiket keberangkatan Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Gambir

SELENGKAPNYA

Preacher Moss, Autokritik Seorang Komedian

Sejak berislam, Preacher Moss berdakwah melalui panggung stand up comedy.

SELENGKAPNYA

Industri Telekomunikasi, Perannya Besar Cuannya Pas-pasan

Industri telekomunikasi di Indonesia telah menjadi pendukung kemajuan industri lain.

SELENGKAPNYA