Bryant Reginald Moss alias Preacher Moss, komika Muslim asal Amerika Serikat | DOK TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE

Oase

Preacher Moss, Autokritik Seorang Komedian

Sejak berislam, Preacher Moss berdakwah melalui panggung stand up comedy.

Bagi seorang komedian, ditertawakan karena lucu atau satirnya konten yang dibawakan merupakan kehormatan tersendiri. Itu pula yang dirasakan seorang komika stand up comedy, Preacher Moss. Bukan hanya pengalaman menulis materi bagi para komedian terkenal yang membuat konten yang dibawakannya berbobot.

Lebih dari itu, lelaki yang lahir dengan nama Bryant Reginald Moss ini pernah mengalami masa-masa hidup di jalanan Washington DC. Dari sana, dirinya mengamati pergerakan pemuda Islam black America, seperti Nation of Islam yang ketika itu digawangi Malcolm X. Dengan bahan-bahan pengamatannya atas fenomena itu, materi lawakan Preacher lebih berbobot.

Memori-memori masa lalunya itu memengaruhi Preacher. Ia belajar tentang kekuatan dan keindahan apa yang ia sebut protest Islam dan regular Islam. Istilah itu untuk menyebut penafsiran Islam yang lahir dari gerakan Nation of Islam. Tambahan pula, kebanggaan kelompok kulit hitam Amerika terhadap agama ini yang dipraktikkan ribuan komunitas imigran generasi pertama.

Sayangnya, Preacher merasakan ada kesenjangan antara pengetahuan tentang Alquran berikut sunah dan aplikasi keduanya di kalangan umat Islam. Menurutnya, umat Islam pandai membicarakan kultur ratusan tahun silam, tapi belum tentu bisa mempraktikkannya.

“Ada ketidakseimbangan antara pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai itu,'' tutur pria yang kini lebih dikenal sebagai stand up comedian (komika) ini seperti dikutip onislam.net.

Di matanya, Muslim masih berkutat di lingkaran mereka saja dan hidup dengan menumbuhkan nilainya sendiri. Misalnya saat seorang Muslim yang menonton penampilan komedinya dan ia mengatakan Preacher melakukan bid'ah karena komedi tak ada pada zaman Rasulullah.

 
Usai pertunjukkan, Preacher sengaja ikut dan naik mobil si pria. Ia menanyakan jika komedi adalah bid'ah, lalu bagaimana dengan kendaraan yang dikemudikan si pria?
   

Preacher berupaya mengejar mimpinya menjadi komedian. Pernah bekerja sebagai penulis bagi aktor dan komedian George Lopez, Damon Wayans, dan Saturday Night Live's Darryl Hammond, Preacher dengan cepat bisa membangun kariernya.

Menjadi Muslim di panggung Hollywood bukan perkara mudah. Preacher sempat mengalami tekanan yang sangat kuat saat ia menolak menyampaikan komedi tentang wanita atau topik lain yang berbau anti-Islam.

Meski materi komedinya bagus, meski ia dielu-elukan komedian sekaliber George Lopez dan Darryl Hammond, Preacher tetap memutuskan meninggalkan Hollywood dan memilih tampil di panggung stand up comedy.

photo
Di atas panggung, komika Preacher Moss kerap menyelipkan kritik terhadap rasialisme dan Islamofobia di Amerika - (DOK TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE)

Bersama dua temannya, Preacher lalu membentuk kelompok 'Allah Made Me Funny' pada 2004. Diakuinya, kelompok ini memang 'terusan' dari protest Islam yang selama ini ia kagumi. Ia menginginkan Muslim bisa mengekspresikan dirinya. “Bukan Muslim yang hanya berkutat dan berputar di tempat yang selalu sama,'' ungkap Preacher.

Tekanan

Saat membentuk 'Allah Made Me Funny', Preacher dan kedua kawannya berkomitmen minimal mereka harus bisa tampil sama baiknya dengan kompetitor mereka lainnya, lebih baik dari itu maka lebih bagus. "Sehingga setiap kali seorang Muslim mendengarkan kami, mereka akan berkata, 'Hei, mereka punya nilai'," kata dia.

Dikenal publik sebagai komedian Muslim ternyata tak menjadi tiket VIP baginya untuk bisa tampil di negara-negara kelahiran Islam, seperti Arab Saudi dan Dubai. Preacher mengaku, apa yang ia tampilkan bersama teman-temannya memang berbeda dari narasi Muslim yang terbentuk di negara-negara tempat Islam bermula.

Itulah yang dihadapi Preacher selama ini. Dikenal publik dengan agamanya dan menciptakan kanal bagi ekspresi nilai-nilai Islam. Dengan begitu, citra agama ini, yang tanpa dilapisi stigma-stigma atau stereotipe negatif, bisa masuk dalam kultur masyarakat Amerika. Meski sudah menjadi Muslim selama lebih dari 20 tahun, Preacher mengaku masih terus belajar tentang Islam.

 

 
Preacher mengaku masih terus belajar tentang Islam.
   

 

Menjadi Muslim adalah proses perlahan yang dijalani Preacher semasa kehidupannya, terutama sejak menjadi mahasiswa jurusan jurnalistik dan film di Marquette University di Wisconsin. "Selama masa kuliah, mempelajari Islam merupakan perjuangan," ungkap suami dari Yasmin Moss ini.

Ia sempat mengalami pergulatan batin, menjadi Muslim atau tetap dengan kondisinya semula. Namun, semua itu tetap ia jalani. Ia belajar Islam dari berbagai sumber dan akhirnya menyatakan diri menjadi Muslim pada 1988.

Ia lalu menjadi pengajar untuk anak-anak gangguan emosional, di sisi lain, ia juga memulai jalannya menjadi komedian. Perjalanan yang sesungguhnya dimulai setelah ia menjadi Muslim.

Ia mengingat kembali kisah saat ia pertama kali bersyahadat. Saat itu, ada seorang yang menghampirinya dan berkata-kata merendahkan. Pria itu bertanya apakah Preacher seorang Muslim. Preacher berusaha menghindari pria itu.

Namun, pria itu mulai mengejek Nabi Muhammad SAW dan ibunya. Preacher akhirnya memukul pria itu. "Dia kaget saya memukulnya. Ia bertanya, 'Muslim macam apa kamu?' Saya hanya bilang, 'Saya masih baru. Belum jadi Muslim yang baik'," tutur Preacher mengenang.

Preacher masih menganggap dirinya belum menjadi Muslim yang baik. Ia berencana pensiun dari dunia komedi beberapa tahun lagi dan fokus pada keluarga serta mendalami Islam. "Saya ingin belajar bahasa Arab. Banyak buku juga yang ingin saya baca. Ya, meski saat ini saya masih suka mengkritisi Muslim," kata dia.

Cesar Esteban Grillon, Bahagia Saat Bersujud

Mantan Dubes Paraguay untuk Indonesia ini tersentuh dengan ikatan ukhuwah Islamiyah.

SELENGKAPNYA

Kepedulian Masyarakat Menengah ke Bawah Terhadap Kehalalan Makanan

Label halal akan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap status kehalalan suatu produk.

SELENGKAPNYA

Pemprov DKI Hapus Denda dan Bunga Pajak Kendaraan Bermotor

Sambut HUT ke-496 DKI, Bapenda DKI juga menghapus bea balik nama kendaraan bermotor.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya