Warga berswafoto dengan latar belakang Tugu Monas yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). | Republika/Putra M. Akbar

Nasional

Kualitas Udara Bakal Semakin Buruk pada Musim Kemarau

Pada akhir Mei hingga awal Juni, kualitas udara di DKI Jakarta berada dalam kategori sedang hingga tidak sehat.

JAKARTA -- Kualitas udara di DKI Jakarta dan sejumlah daerah belakangan berada dalam kategori tidak sehat. Masyarakat diminta waspada karena musim kemarau bisa menyebabkan kualitas udara semakin memburuk.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, dengan adanya tren memburuknya kualitas udara, Pemprov Jakarta akan memperketat upaya-upaya untuk mengurangi sumber polusi di Jakarta. "Memasuki musim kemarau hingga Agustus, akan terjadi penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi PM2.5," kata Asep dalam keterangannya, Jumat (16/6/2023).

Hal tersebut terjadi karena curah hujan dan kecepatan angin rendah mengakibatkan PM2.5 terakumulasi dan melayang di udara dalam waktu yang lama. Hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) DLH DKI Jakarta menunjukkan adanya perbedaan pola antara siang dan malam hari.

"Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari," ujar Asep.

photo
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Berdasarkan situs IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Selasa (6/6/2023) pukul 16.52 WIB berada di angka 151 atau menempati posisi ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia. - (Republika/Putra M. Akbar)

Asep menjelaskan, pada periode akhir Mei-awal Juni konsentrasi rata-rata harian PM2.5 berada pada level 47,33-49,34 µg/m3. Selama periode 21 Mei-7 Juni 2023, konsentrasi PM2.5 di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan kualitas udara dan berada dalam kategori sedang hingga kategori tidak sehat.

Ia menjelaskan, polusi udara di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi yang menyebabkan polusi baik. Sumber polusi itu ada yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial maupun dari sumber regional dari kawasan industri yang dekat dengan Jakarta.

Saat ini, Pemprov Jakarta mempunyai Pergub No. 66 Tahun 2020 tentang Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Pergub No. 76 Tahun 2020 tentang Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem Ganjil Genap, dan Instruksi Gubernur No. 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara sebagai upaya pengurangan sumber emisi polusi udara.

"Beberapa kebijakan yang diperketat untuk menghadapi menurunnya kualitas udara antara lain adalah meningkatkan kegiatan uji emisi, pengawasan emisi dari sektor industri, dan berkoordinasi untuk pengetatan kebijakan ganjil-genap di Jakarta," kata Asep.

Kualitas udara di Indonesia terutama kawasan Jabodetabek sedang tidak sehat pada pekan ini. Aplikasi pemantau kualitas udara, Nafas Indonesia, merekam skala kualitas udara yang dihirup setiap jamnya di beberapa wilayah di Indonesia.

photo
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). - (Republika/Putra M. Akbar)

Pada Senin (12/6/2023), misalnya, dari pukul 12.00-23.59 WIB, kualitas udara di Jabodetabek masuk kategori tidak sehat. Wilayah Tangerang Selatan, Tangerang, dan Kota Bekasi mengalami udara yang tidak sehat setiap jamnya seharian kemarin.

Pada Selasa (13/6/2023), hingga jam delapan pagi dari semalam, Kabupaten Bekasi masuk zona merah sebagai wilayah dengan kualitas udara yang bahaya untuk dihirup. Kemudian disusul Kota Depok yang setiap jamnya memiliki kualitas udara yang buruk.

PM 2.5 adalah partikel padat polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36x lebih kecil dari diameter sebutir pasir. Ukuran PM 2.5 yang sangat kecil membuat partikel polusi ini tidak dapat disaring oleh tubuh kita.

Sayangnya, kualitas udara yang buruk itu direspons dengan candaan oleh Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Heru terkesan tidak serius merespons pertanyaan wartawan dengan jawaban sekadarnya. "Ya saya tiup saja," katanya sambil memeragakan mulutnya yang sedang meniup kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan pada awal pekan. Menurut Heru, solusi permasalahan polusi udara yang diakibatkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor adalah dengan mempercepat kendaraan listrik.

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi pergerakan angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. "Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5,” kata Ardhasena.

Menurut Ardhasena, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.

“Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring,” kata Ardhasena.

photo
Warga beraktivitas dengan latar belakang gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). - (Republika/Putra M. Akbar)

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwandari menyampaikan, berdasarkan Peraturan Menteri LHK 14 Tahun 2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) bahwa kualitas udara diklasifikasikan menjadi lima. Yaitu baik, sedang/moderate, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya.

Luckmi mengungkapkan, perhitungan ISPU hasil pemantauan kualitas udara di stasiun pemantau Gelora Bung Karno Jakarta selama tahun 2020-Juni 2023 menunjukkan kondisi udara Jakarta cenderung masuk dalam klasifikasi sedang/moderat. Kondisi baik-buruknya kualitas udara dalam bentuk nilai ISPU. termasuk petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat di 56 lokasi stasiun pemantau kualitas udara di Indonesia, dapat diketahui melalui publikasi resmi pemerintah oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Namun, kata Luckmi, pada waktu-waktu tertentu pada musim kemarau berada dalam klasifikasi tidak sehat, yaitu pada Agustus 2020, Mei-Juli 2021, dan Juni-Agustus 2022 dan Juni 2023. Kondisi udara tidak sehat adalah kondisi udara dengan nilai ISPU pada rentang 101-200. Artinya, tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat