
Gaya Hidup
Tertarik Mencoba Berkemah? Begini Persiapan Lengkapnya
Bersihkan area sekitar tenda supaya apabila ada binatang bisa terlihat.
Berkemah di alam bebas menjadi salah satu pilihan aktivitas yang bisa dilakukan untuk refreshing dan menghilangkan penat. Tak sedikit orang yang melakukan healing dengan menikmati suasana alam di tempat perkemahan.
Kepala Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (PTNW) Gunung Salak 1, Ugur Gursala, menyampaikan aktivitas berkemah masih sangat diminati. Pengunjung di bumi perkemahan yang dia kelola di Gunung Salak cukup antusias melakukan kegiatan berkemah, terutama pada hari libur. "Kebanyakan anak muda, dan camping keluarga," kata Ugur saat dihubungi Republika, Selasa (13/6/2023).
Dia menyampaikan, beberapa tempat wisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sudah menambah fasilitas. Kini, tersedia layanan glamour camping alias glamping, juga terdapat shelter dan pelayanan kios warung. Namun, di bumi perkemahan Suaka Elang masih menerapkan wisata terbatas karena menjaga situasi rehabilitasi elang.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di tempat perkemahan Gunung Salak, seperti berkemah bersama keluarga, family gathering, perusahaan, menyalakan api unggun, dan memasang hammock untuk sekadar bersantai. Tak sedikit pula organisasi yang menggelar kegiatan diklat, atau kegiatan Persami Pramuka.

"Bisa jalan-jalan ke air terjun, bermain fun game, herping (pengamatan) satwa malam hari, atau flying fox. Ada juga tubing di Sungai Cikaniki, tetapi masih uji coba," kata Ugur.
Sebagian orang mungkin sudah tidak asing dengan aktivitas berkemah, tetapi ada juga pemula yang sama sekali belum pernah berkemah atau baru beberapa kali melakoninya. Ugur pun membagikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkemah.
Persiapan paling utama sebelum bekemah, menurut dia, adalah kondisi badan harus dalam keadaan sehat. Menyiapkan berbagai kelengkapan berkemah juga jadi hal yang krusial, seperti tenda, kantong tidur, kompor, dan barang-barang pribadi.
Saat sudah berada di bumi perkemahan, pastikan memilih posisi berkemah yang ada di tempat aman. Dalam artian, tidak terlalu dekat ke sungai atau tidak di pinggir jurang.

Saran lain dari Ugur adalah membersihkan area sekitar tenda supaya apabila ada binatang bisa terlihat. Untuk mencegah kehadiran ular, pastikan tenda dalam keadaan tertutup walaupun ditinggal sebentar, serta jangan meninggalkan sisa makanan di luar tenda.
"Atau, bisa juga ditaburi garam di sekeliling tenda, dibuat juga saluran parit kecil sekeliling tenda sebagai antisipasi agar genangan air tidak masuk ke tenda saat hujan," ucap Ugur. Bagi pemula, dia menyarankan memilih tempat camping yang punya fasilitas kamar mandi.
Terkait apa saja yang tidak boleh dilakukan wisatawan saat berkemah, Ugur menyebut, hal yang paling utama, yakni tidak meninggalkan sisa api unggun. Pastikan api unggun benar-benar sudah tidak menyala, juga tidak masih dalam keadaan berasap. Tujuannya, untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan.
Menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Apabila menginap di kawasan TNGHS, pengunjung selalu diingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Pihak pengelola juga sudah disediakan tong sampah di berbagai tempat supaya memastikan sampah atau sisa makanan wisatawan tidak dibuang sembarangan.
Ugur pun mengingatkan wisatawan yang berkemah untuk selalu menjaga ucapan dan perilaku selama berkemah. Dianjurkan tidak terlalu gaduh meski menikmati waktu berkemah, supaya tidak mengganggu pengunjung lain. "Hormati adanya kearifan lokal," ia mengingatkan.
Pastikan api unggun benar-benar sudah tidak menyala, untuk menghindari kebakaran hutan.
UGUR GURSALA, Kepala Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (PTNW) Gunung Salak 1.
Ciptakan Kenangan Bukan Sampah Kemasan

Setelah pandemi Covid-19, aktivitas berkemah atau camping masih ngetren di kalangan masyarakat. Berkemah dinilai menjadi solusi praktis bagi mereka yang ingin menikmati suasana alam bebas tanpa harus mendaki gunung.
Seperti halnya mendaki gunung, berkemah juga mempunyai beberapa etika yang harus ditaati. Entah itu etika pada lingkungan, flora dan fauna, bahkan pada pengunjung lainnya. Hal itu juga ditegaskan oleh praktisi Zero Waste Adventure, Siska Nirmala.
“Di alam bebas itu ada etikanya, jangan merusak lingkungan, enggak mengganggu ekosistem alam, tanaman sama binatang. Juga jangan ganggu orang lain, apalagi kan ini camping ya, yang biasanya jarak tenda itu pada berdekatan,” kata Siska saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/6/2023).
Siska mengatakan bahwa di beberapa lokasi camping dan lokasi pendakian gunung, pengelola bahkan melarang penggunaan drone karena bisa mengganggu burung-burung. Selain itu, ada juga melarang speaker portable karena bisa mengganggu orang lain yang sedang berkemah.
“Apalagi karaoke, itu enggak boleh, karena pasti akan mengganggu temen-temen lain yang berkemah. Kalau lagi di alam bebas, cukup nikmatin, dengerin suara alam aja,” kata dia.
Selain itu, Siska juga menekankan pentingnya meminimalisasi sampah saat berkemah. Sampah, menurut Siska, menjadi salah satu masalah krusial yang bisa merusak lingkungan dan ekosistem.

Salah satu cara yang bisa diterapkan, misalnya dengan tidak membawa botol minum dalam kemasan. Bisa juga dengan membawa botol sendiri, galon, atau jika di area kemah disediakan sumber air bisa memasaknya sendiri.
“Sampah yang paling banyak itu botol minuman kemasan, kita jangan bawa itu, bisa dengan bawa galon refill. Kalau kemah kan biasanya gak jauh jalannya dari parkiran. Biasanya juga di tempat camping fasilitasnya udah enak, tinggal cari tahu di situ ada sumber mata air atau enggak,” kata Siska.
Selain itu, sampah bisa diminimalisasi dengan cara tidak membawa bekal makanan dalam kemasan. Ia menyarankan untuk membeli sayuran dari pasar dengan wadah sendiri, begitu pun saat beli daging untuk barbeque bisa membawanya dalam wadah sendiri.
“Itu akan terasa gampang pas kita udah praktikan. Atau kalaupun jajan, pilih jajanan yang enggak ada kemasan plastik, biasanya lebih mudah camping karena suka ada yang buka warung kan,” kata Siska.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.