Seorang petani menunjukkan padi yang rusak akibat gagal panen, di areal pesawahan Gunung Sarik, Padang, Sumatra Barat, Kamis (18/2/2021). | Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO

Nusantara

Krisis Air Bersih Mulai Dirasakan Warga Semarang

Hampir sepekan terakhir warga mulai kesulitan untuk mengakses air bersih.

SEMARANG — Ratusan jiwa warga Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, hampir sepekan terakhir mulai kesulitan untuk mengakses air bersih, akibat dampak musim kemarau kali ini. Mereka tersebar di lingkungan RT 02 dan RT 03 wilayah RW 03.

Sejumlah warga menuturkan, untuk bisa mendapatkan air bersih bagi kebutuhan dapur seperti memasak dan membuat air minum, mereka kini hanya mengandalkan sumber mata air di Bukit Penggung. Karena sumur-sumur yang ada di rumah warga mulai mengering, sementara kualitas air dari instalasi Pamsimas juga semakin menurun, yang ditandai dengan warna air yang keruh dan cenderung bercampur lumpur.

Selain harus mengantre, warga terpaksa juga harus berjalan kaki lebih jauh untuk mengangkut air bersih dari sumber air di Bukit Penggung hingga ke rumah mereka masing-masing.

“Sudah empat hari harus seperti ini, mengambil air dari sumber Penggung untuk diangkut ke rumah,” ujar Sudirman (45 tahun), salah seorang warga RT 02/RW 03 Kelurahan Jabungan yang dikonfirmasi, Rabu (7/6/2023).

photo
Polisi dan TNI mendistribusikan air bersih untuk warga yang terdampak kekeringan di Kampung Neglasari, Desa Cijulang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya. - (Dok. Polsek Cineam)

Ia mengatakan, sumur-sumur warga mulai mengering sudah beberapa pekan terakhir akibat dampak musim kemarau. Untuk kebutuhan memasak dan air minum, sebelumnya masih bisa mengandalkan air dari instalasi Pamsimas.

Namun, sudah empat hari terakhir air dari instalasi Pamsimas debitnya juga terus menurun, demikian pula dengan kualitasnya. Karena warna airnya mulai keruh dan jika didiamkan akan muncul endapan seperti lumpur.

“Sehingga warga sudah tidak bisa lagi menggunakan air dari instalasi Pamsimas tersebut untuk kebutuhan dapur, kecuali untuk kebutuhan mandi maupun untuk mencuci pakaian,” kata Sudirman.

Warga lain, Sukirah (58), menyampaikan, agar bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan memasak dan membuat air minum, warga terpaksa harus mengantre, agar semua bisa mendapatkan. Karena hanya sumber air di Bukit Penggung ini yang masih dapat dimanfaatkan oleh warga di lingkungan RT 02 dan RT 03.

“Kalau menggunakan air dari instalasi Pamsimas sudah tidak mungkin, karena kualitasnya semakin menurun,” katanya.

photo
Warga berdoa seusai melaksanakan shalat meminta hujan (Istisqa) di area ujung landasan pesawat Poin A Desa Ampeh, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, Aceh, Jumat (13/1/2023). Shalat Istisqa tersebut untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan hujan di lahan pertanian mereka yang sudah ditanami padi berumur 90-120 hari mengalami retak-retak akibat kekeringan. - ( ANTARA FOTO/Rahmad)

Ia sendiri mengaku, untuk mengambil air dari Bukit Penggung ini harus berjalan kaki sekitar 250 meter dari rumahnya. Untuk mengangkut air dengan wadah jeriken atau galon air mineral kosong dengan cara digendong.

Agar antreannya tidak terlalu panjang Sukirah memilih mengambil air bersih di Bukit Penggung ini pada siang hari. Sebab kalau sore hari atau pagi hari akan semakin banyak jumlah warga yang mengambil air. Karena warga lain yang pada siang hari harus bekerja biasanya baru akan mengambil air di sumber ini pada sore hari atau pagi hari sebelum mereka beraktivitas.

"Selain itu, warga yang terdampak musim kemarau dan mulai kesulitan mendapatkan air bersih ini ada di dua RT sehingga jumlahnya juga akan semakin banyak,” ujarnya.

photo
Petani memompa air ke lahan persawahan di Desa Keumere, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (2/3/2021). Untuk mengatasi ancaman kekeringan dan gagal panen padi, kelompok tani di daerah itu memompa air sungai ke lahan persawahan menggunakan mesin dan jaringan pipa sepanjang satu kilometer. - (AMPELSA/ANTARA FOTO)

Sejumlah warga yang mulai kesulitan untuk mengakses air bersih di Kabupaten Semarang telah mengajukan permohonan bantuan air bersih kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Salah satunya adalah akses air bersih bagi kegiatan belajar di SDN 1 Rembes, Desa Rembes, Kecamatan Bringin.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang Juwair Suntara mengungkapkan, BPBD Kabupaten Semarang telah melakukan dropping air permohonan bantuan di SDN 1 Rembes kemarin. “Kami mengirimkan satu tangki air bersih berkapasitas 5.000 liter ke SD Rembes,” katanya, kemarin.

Menurut Juwair, dampak musim kemarau telah mengakibatkan sejumlah warga di beberapa dusun dan desa di Kabupaten Semarang membutuhkan dukungan suplai air bersih. Ia mengakui, dalam beberapa pekan terakhir BPBD Kabupaten Semarang sudah melayani permintaan dropping air bersih dari warga. “Walaupun belum dalam kapasitas yang cukup banyak, karena satu tangki saja,” ujarnya.

photo
Petugas BPBD mendistribusikan air bersih di Desa Jatisari, Arjasa, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (25/8/2022). BPBD setempat mulai mendistribusikan air bersih ke 200 kepala keluarga di Desa Jatisari yang kesulitan air bersih saat musim kemarau. - (ANTARA FOTO/Seno)

Juwair juga menyampaikan, ada sejumlah kecamatan di daerahnya yang rawan terhadap bencana kekeringan, misalnya di Kecamatan Bancak, Bringin, sebagian Kecamatan Suruh, Tengaran, dan Kaliwungu.

Selain itu, juga di sebagian Kecamatan Jambu, Sumowono, Getasan yang dekat dengan Kecamatan Tengaran, Susukan, Bawen serta Kecamatan Ungaran Timur. “Seperti di Desa Kawengen dan Penawangan,” katanya.

Terkait dengan antisipasi menghadapi bencana kekeringan, dia melanjutkan, BPBD Kabupaten Semarang telah menyiagakan bantuan air bersih untuk warga terdampak. Anggaran untuk ini sudah dialokasikan BPBD Kabupaten Semarang pada waktu pengajuan anggaran tahun 2022. Selain itu, BPBD Kabupaten Semarang juga menyiagakan empat mobil tangki air bersih untuk melakukan dropping.

BPBD juga menyiapkan 16 orang satgas untuk mengantisipasi bencana kekeringan ini. Tiga orang anggota satgas ini siaga di kantor BPBD Kabupaten Semarang dan lainnya petugas piket 24 jam.

Sampai dengan hari ini, memang belum ada desa yang mengalami krisis air bersih parah terkait musim kemarau tahun ini. “Tetapi, permintaan dukungan air bersih sudah datang dari masyarakat,” ujarnya.

Waspada, Indonesia Dikepung Dua Fenomena Pemicu Kekeringan

Selain El Nino, terdapat fenomena IOD yang berpotensi terjadi pada semester II

SELENGKAPNYA

Daerah Waspadai Kekeringan Ekstrem

Warga juga diminta mengantisipasi cuaca panas.

SELENGKAPNYA

Krisis Air Bersih Lebih dari Dua Dasawarsa di Ibu Kota

Warga berharap agar ada aliran air PAM yang telah dijanjikan sejak tahun 2001.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya