
Khazanah
Mufti Menk: Kebahagiaan tidak Datang dengan Angka
Mufti Menk mengungkapkan pandangannya mengenai rasa bahagia.
Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI
Sebagai makhluk sosial yang punya beragam keinginan, ada kalanya manusia merasa tidak pernah puas dengan apa yang sedang dimiliki. Tidak jarang, ada manusia yang merasa ingin memiliki barang yang dimiliki orang lain. Dengan begitu, dia baru bisa merasa bahagia.
Cendekiawan Muslim asal Zimbabwe, Mufti Ismail Ibnu Mussa Menk atau akrab disapa Mufti Menk, mengungkapkan pandangannya mengenai rasa bahagia dan upaya memuaskan diri sendiri. Cendekiawan Islam itu mengaitkan keinginan manusia tersebut dengan ajaran Islam.
Dalam artikelnya di laman About Islam, ia bercerita tentang kisah seorang pria dan keinginannya yang tak pernah usai. Pada satu ketika, ada seorang pria yang mendapatkan bisikan seperti ini: "Kamu akan mendapatkan apa pun yang kamu minta, dan musuhmu akan diberikan dua kali lipat dari apa yang kamu minta."
Pria itu pun berpikir, jika ia mengatakan tidak akan mengambil kesempatan itu karena akan iri dengan apa yang temannya dapatkan, ia akan merugi. "Saya terjebak dalam sebuah situasi sulit. Biarkan saya mulai meminta sesuatu dan lihat apa yang terjadi!" ucap dia kemudian.
Ia pun mulai menyampaikan keinginannya atas sebuah rumah besar yang diisi dengan segala sesuatu yang terbaru. Bak sebuah sihir, apa yang ia inginkan pun ada di sana.
Kemudian, ia mulai melihat ke seberang jalan dan musuhnya ternyata memiliki rumah berukuran ganda tepat di depannya. Pria itu pun berkata, "Oke, saya ingin segunung emas," dan ia mendapatkannya. Tak lama, temannya itu juga mendapatkan dua gunung emas lainnya.
Tidak berhenti di situ, ia pun mulai serakah dan berkata, "Oke, kamu akan memberi musuhku dua kali lipat. Aku ingin kamu menakutiku setengah mati!" Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada musuhnya.
Dari kisah ini, Mufti Menk berkata, pria itu telah mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi masih merasa khawatir tentang apa yang orang lain punya. Hal itu hanya akan menimbulkan rasa depresi.
"Anda menjadi depresi bukan karena Anda tidak memiliki kecukupan, melainkan karena Anda melihat apa yang orang lain dapatkan! Namun, kamu sudah cukup memiliki semuanya," kata dia.
View this post on Instagram
Begitulah buruknya manusia. Di dalam Islam, ketika seseorang mengatakan ia mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri, maka itu merupakan hal yang serius. Ia akan berdoa untuk orang yang dicintai, meminta Allah untuk memberkati mereka dan memberi mereka kepuasan.
"Ingat, kebahagiaan tidak datang dengan angka, kebahagiaan datang dengan kepuasan. Puaslah dengan apa yang telah Allah limpahkan kepadamu," ujar pria yang dinobatkan sebagai salah satu dari "500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia" sejak 2010 ini.
Ingat, kebahagiaan tidak datang dengan angka, kebahagiaan datang dengan kepuasan. Puaslah dengan apa yang telah Allah limpahkan kepadamu.MUFTI MENK
Dengan rasa syukur, tidak berarti seseorang itu tidak bekerja untuk memburu rezeki. Dalam batas-batas yang diizinkan Allah SWT, ia akan bekerja lebih banyak. Mufti Menk pun menyebut bahwa memiliki banyak kekayaan bukanlah hal yang buruk. Namun, membiarkan hal itu merusak sikap dan karakter seseorang adalah hal yang buruk.
"Sebaik-baik manusia adalah mereka yang memiliki kekuasaan dan kekayaan, serta mereka lebih rendah hati daripada mereka yang tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan. Itu yang terbaik," ucap peraih gelar doktor bimbingan sosial dari Universitas Aldersgate itu.
Konsumsi Makan tak Tepat dan Terganggunya Kesehatan Mental
Makanan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
SELENGKAPNYASukses Promosi Digital Dagangan Elektronik
Sebelum membuat konten video, kita harus menguasai dulu produk dan fungsinya.
SELENGKAPNYA