
Gaya Hidup
Mengenali Jebakan Penipu yang Menawarkan Pekerjaan
Kita harus benar-benar berhati-hati ketika kita tidak dapat menemukan profil perekrut kerja kita di LinkedIn.
Saat membutuhkan pekerjaan, seseorang akan sangat mudah ditipu. Alih-alih ingin mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, jangan sampai kita justru menjadi korban penipuan.
Sering kali penipuan pekerjaan ini dimulai pada tahap perekrutan saat Anda melamar atau berbicara dengan perekrut. Agar kita tidak sampai terperosok pada jebakan penipuan ketika sedang mencari kerja, ada beberapa hal yang perlu sangat diperhatikan, antara lain:
1. Perekrut tidak membangun jaringan di situs papan kerja seperti LinkedIn
Bagian dari menjadi perekrut adalah membuat koneksi. Hati-hati terhadap perekrut yang tidak memiliki pengikut di situs jejaring profesional. Menurut Gabrielle Woody, seorang perekrut universitas untuk perusahaan perangkat lunak keuangan Intuit, kita harus benar-benar berhati-hati ketika tidak dapat menemukan profil perekrut kerja kita di LinkedIn.
Termasuk juga, ketika tidak ada yang muncul saat kita mengetikkan nama mereka dan perusahaan dalam pencarian Google. Senada, Bonnie Dilber, seorang perekrut di perusahaan otomasi aplikasi Zapier mengatakan, jika Anda memiliki kecurigaan, tidak apa-apa meminta seseorang di perusahaan untuk memeriksa ulang identitasnya. Sebagian besar perusahaan akan mencantumkan posisi terbuka mereka di situs web mereka dan sangat mencurigakan jika pekerjaan yang Anda lamar juga tidak ada di sana.
Direktur Hubungan Masyarakat dan Media Sosial untuk Better Business Bureau, Melanie McGovern mengatakan, sebagian besar perusahaan akan mengunggah pekerjaan mereka di banyak tempat. "Pastikan pekerjaan itu benar-benar ada sebelum Anda melamarnya atau mulai berbicara dengan orang tersebut," ujarnya.
View this post on Instagram
2. Perekrut minta uang atau informasi sensitif
Perekrut yang sah tidak membuat wawancara kerja atau penawaran Anda bersyarat pada suatu bentuk pembayaran atau pertukaran informasi pribadi yang sangat sensitif. Seperti yang diperingatkan oleh Federal Trade Commission di situs penipuan pekerjaannya. "Tidak ada calon pemberi kerja yang jujur yang akan mengirimi Anda cek untuk disimpan dan kemudian meminta Anda untuk mengirimkan sebagian dari uang itu atau membeli kartu hadiah dengannya."
Perekrut yang meminta informasi pribadi juga harus dicurigai. “Bendera merah terbesar yang saya lihat adalah jika kontak tersebut meminta informasi pribadi seperti nomor social security atau akta kelahiran Anda,” kata Woody.
3. Perekrut meminta Anda untuk melakukan wawancara melalui teks atau surel
“Jika mereka menggunakan semacam platform yang tidak tradisional seperti mencoba membawa Anda ke Whatsapp atau Telegram, itu adalah tanda bahaya besar,” kata Dilber. Tidak ada perusahaan, kta Dilber, terutama perusahaan yang berbasis di AS, yang akan menggunakan salah satu dari itu, situs apa pun seperti itu, interaksi berbasis teks apa pun.
Bagi McGovern, perekrut yang melakukan wawancara kerja melalui surel dan teks adalah salah satu tanda peringatan terbesar bahwa perekrut itu palsu.

4. Perekrut akan mempekerjakan Anda saat itu juga
Dipekerjakan untuk suatu pekerjaan biasanya membutuhkan waktu lebih dari satu percakapan. Butuh waktu beberapa pekan, bahkan berbulan-bulan, sebelum Anda sampai ke tahap tawaran pekerjaan. Berhati-hatilah dengan proses perekrutan yang terburu-buru.
Dilber mengatakan, meskipun tawaran itu ternyata sah, itu pertanda bahwa pekerjaan itu akan buruk karena menandakan bahwa perusahaan tidak memiliki standar perekrutan.

5. Perekrut menjanjikan pekerjaan yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan
Dilber juga menambahkan, jika tanggung jawab pekerjaan tidak jelas dalam daftar dan keuntungannya terlalu luar biasa untuk pekerjaan yang tidak memerlukan pengalaman sebelumnya, kemungkinan itu juga penipuan.
Perekrut yang meminta informasi pribadi juga harus dicurigai.
Digitalisasi dan Toko Buku yang Mati
Orang tua harus kreatif memperkenalkan buku fisik ke buku jenis digital.
SELENGKAPNYAPermata Biru di Shah Alam
Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz di Malaysia berjulukan ‘Masjid Biru.’
SELENGKAPNYAKetika Ali ‘Kalah’ Lawan Yahudi di Pengadilan
Di muka pengadilan, Khalifah Ali bin Abi Thalib diperlakukan seperti halnya warga biasa.
SELENGKAPNYA