Siswa mengikuti simulasi rutin kebencanaan di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta, Jumat (26/5/2023). | Republika/Wihdan Hidayat
Sebanyak 400 peserta guru, murid, dan wali murid mengikuti simulasi rutin menghadapi kebencanaan puting beliung. | Republika/Wihdan Hidayat
Pelatihan ini untuk memberikan wawasan, pengetahuan, dan meningkatkan kesiapsiagaan siswa menghadapi sebuah bencana. | Republika/Wihdan Hidayat
Kegiatan ini melatih bagaimana cara penyelamatan, evakuasi, dan penyelamatan korban akibat bencana puting beliung. | Republika/Wihdan Hidayat
Pelatihan ini rutin dilaksanakan tiap semester dengan arahan dengan tema berbeda dari Tim Siaga Bencana satuan pendidikan aman bencana (SPAB). | Republika/Wihdan Hidayat
Proses evakuasi siswa tuna netra yang terluka saat simulasi rutin kebencanaan di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta, Jumat (26/5/2023). Kegiatan ini juga dalam rangka memperingati Gempa Bantul 2006 silam. | Republika/Wihdan Hidayat
Proses evakuasi siswa saat simulasi rutin kebencanaan di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta, Jumat (26/5/2023). | Republika/Wihdan Hidayat

Peristiwa

Simulasi Penanganan Bencana di SLBN 1 Bantul

Sebanyak 400 peserta guru, murid, dan wali murid mengikuti simulasi rutin menghadapi kebencanaan puting beliung.

BANTUL -- Siswa-siswa di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta, mengikuti simulasi rutin kebencanaan, Jumat (26/5/2023). Sebanyak 400 peserta yang terdiri dari guru, murid, dan wali murid turut ambil bagian dalam simulasi menghadapi kebencanaan puting beliung. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan, pengetahuan, dan meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi situasi darurat dan bencana.

Dalam simulasi ini, peserta dilatih tentang cara penyelamatan, evakuasi, dan penanganan korban saat terjadi bencana puting beliung. Pelatihan tersebut dilakukan secara rutin setiap semester dengan arahan dan tema yang berbeda oleh Tim Siaga Bencana satuan pendidikan aman bencana (SPAB). Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan dapat memahami langkah-langkah yang harus diambil saat menghadapi bencana dan menjadi lebih siap dalam menghadapi situasi darurat.

Selain sebagai pelatihan kesiapsiagaan, kegiatan ini juga merupakan bagian dari peringatan terhadap Gempa Bantul yang terjadi pada tahun 2006. Dengan mengadakan simulasi rutin kebencanaan, sekolah dan masyarakat setempat terus mengingat dan belajar dari pengalaman masa lalu, sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan dan penanganan saat terjadi bencana.

Simulasi rutin kebencanaan di SLBN 1 Bantul tidak hanya memberikan pengetahuan praktis kepada siswa, tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya kebersamaan, kerja tim, dan tanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain. Diharapkan bahwa melalui kegiatan ini, siswa dapat menjadi agen perubahan yang siap dan mampu menghadapi tantangan bencana dengan lebih baik di masa depan. ';