Putus cinta (ilustrasi) | Unsplash/Kelly Sikkema

Gaya Hidup

Cinta Berakhir, Revenge Porn Dimulai

Meningkatya penerimaan terhadap pornografi secara umum telah memainkan peran dalam pornografi balas dendam.

Putus cinta bisa jadi hal sulit, yang sering kali cukup menyakitkan. Namun, bayangkan orang yang Anda cintai dan percayai selama hubungan memutuskan untuk membalas dendam.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh kekasih yang sakit hati untuk mengungkapkan kebencian mereka. Namun, pada era dunia maya saat ini, revenge porn atau balas dendam pornografi menjadi alat balas dendam bagi banyak orang.

Revenge porn didefinisikan sebagai tindakan berbagi materi pribadi, seksual, baik foto atau video, dari orang lain tanpa persetujuan korban. Tindakan ini bertujuan menyebabkan rasa malu atau tertekan terhadap korban.

Sering kali ada informasi pribadi tambahan yang disertakan dengan gambar atau video yang dipublikasikan itu. Kombinasi ini dapat membuat korban merasa rentan dan mungkin dapat membahayakan mereka. Minimal, secara psikologis merugikan korban.

Jadi, mengapa orang melakukannya? Dilansir Psych Central pada Selasa (23/5/2023), keinginan untuk "membalas" seseorang yang telah menyakiti bukanlah hal yang aneh. Merasa sakit hati dapat menyebabkan kemarahan pada orang yang menyebabkannya. Mengontrol dorongan itu bisa jadi sulit bagi sebagian orang. Balas dendam pornografi dapat menawarkan “kemampuan tertinggi” untuk menyakiti dan mempermalukan seseorang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by HelpNona (@helpnona)

Dosen senior psikologi forensik di Kent University, Afroditi Pina, melakukan penelitian tentang pornografi balas dendam. Dia menemukan bahwa ada ciri-ciri umum tertentu yang terkait dengan mereka yang terlibat dalam jenis perilaku ini. Mereka sering menunjukkan kurangnya empati terhadap orang lain dan memiliki sedikit kekhawatiran tentang perilaku yang menyakitkan atau dipertanyakan pada orang lain.

Meningkatnya penerimaan terhadap pornografi secara umum telah memainkan peran dalam pornografi balas dendam. Menonton film porno secara teratur memiliki pengaruh terhadap perilaku. Mengenai rasa sakit dan perasaan dikhianati yang dapat dirasakan selama putus cinta, keinginan untuk menimbulkan rasa sakit pada orang yang menyebabkannya dengan mengeksposnya secara intim dan memalukan mungkin tampak lebih dapat diterima oleh mereka yang teratur menonton pornografi.

Penerimaan untuk melihat gambar-gambar seksual juga memungkinkan adanya materi yang dapat disalahgunakan dengan cara ini. Karena desensitisasi yang disebabkan oleh pornografi, banyak yang menganggap hal-hal seperti sexting atau merekam momen intim sebagai ekspresi kash sayang atau hasrat yang pantas.

Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman dan hubungan dengan rasa sakit dan kerugian yang ditimbulkan oleh penerbitan momen pribadi semacam itu. Pornografi juga dapat berkontribusi pada berkurangnya empati terhadap orang lain, yang dapat membuat seseorang melihat tindakan balas dendam porno sebagai hal yang dibenarkan daripada salah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Revenge Porn Helpline (@rphelpline)

Meskipun pria dan wanita bisa menjadi korban pornografi balas dendam, sering kali wanita yang menjadi sasarannya. Membuat batasan untuk menghindari membuat video atau foto menjadi pilihan paling bijak karena berbagai alasan. Jika korban menemukan bahwa gambar intimnya direkam tanpa izin, ada undang-undang yang dapat membantu korban.

Balas dendam pornografi sangat merugikan. Tidak hanya rasa sakit dan malu, korban juga akan mengalami keraguan dan ketidakpercayaan diri. Namun, korban harus memahami bahwa peristiwa yang menimpanya itu bukan salah mereka. 

 

 
Balas dendam pornografi dapat menawarkan “kemampuan tertinggi” untuk menyakiti. 
 
 

Warna Tembok Rumah dan Suasana Hati Penghuni

Warna pink yang pucat dapat memunculkan efek menenangkan.

SELENGKAPNYA

Mengenal El Nino dan El Nina

El Nino dan La Nina menyebabkan situasi yang berlawanan.

SELENGKAPNYA

Indonesia Darurat KDRT?

Sejumlah laporan kasus KDRT bermunculan belakangan

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya