
Gaya Hidup
Urgensi Belajar Berenang di Negara Kepulauan
Data WHO pada 2020 menyebutkan setiap tahun 236 ribu jiwa kehilangan nyawa akibat tenggelam.
Berita mengenai anak yang tenggelam bukan sekali atau dua kali kita dengar. Baru-baru ini, tiga anak tenggelam di Sungai Cimandiri Leuwi Jujung Kampung Tegaldatar Desa Cibatu, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Satu di antaranya sudah ditemukan meninggal dunia, Sabtu (20/5/2023) sore.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan, Indonesia terdiri atas 17 ribu pulau atau dikenal dengan negara kepulauan tentu saja akrab dengan air. Di samping air laut, juga air sungai, termasuk sungai besar.
Tak heran bila Indonesia memiliki banyak sungai besar. "Oleh karena itu, sangat wajar bila kemampuan berenang harus dimiliki setiap orang Indonesia," ujarnya dalam Media Briefing dengan tema: "Pertolongan Pertama pada Anak Berenang: Apa yang Harus Diwaspadai saat Anak Berenang?" di Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Banyaknya perairan di Indonesia, menurut Piprim, sudah pasti akan banyak kecelakaan terkait tenggelam. Sayangnya, sebagai negara kepulauan, masih banyak orang yang tidak bisa berenang banyak kecelakaan tenggelam. "Tenggelam ini problem signifikan di negara kita, tapi tidak terlaporkan. Kita tidak tahu data pastinya berapa. Kalau mau dicari, mudah-mudahan bisa," ujarnya.
Kecelakaan tenggelam ini, Piprim melanjutkan, merupakan salah satu problem yang harus diantisipasi sebaik-baiknya. Senada, Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Rawat Intensif Anak (UKK ERIA) IDAI, Dr dr Ririe Fachrina Malisie SpA(K), kecelakaan air baik tenggelam maupun hampir tenggelam merupakan masalah yang harus kita hadapi.
#Drowning is the 3rd leading cause of death for children aged 5-14 years old. Drowning can be prevented https://t.co/DvAnCsHnOi pic.twitter.com/97TpQE5tuy — World Health Organization (WHO) (@WHO) May 2, 2017
"Angka kematian anak akibat tenggelam itu ternyata sangat tinggi. Artinya, dibanding dengan kasus kecelakaan lain, dia menempati nomor dua," ujarnya.
Data WHO pada 2020 menyebutkan, setiap tahun 236 ribu jiwa kehilangan nyawa akibat tenggelam dan setengahnya berada di bawah usia produktif di bawah 30 tahun. Dari korban jiwa tercatat laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. "Ini karena laki-laki lebih banyak terekspos di dunia luar," ujarnya.
Ririe mengatakan, data dari WHO juga menyebutkan di dunia, tenggelam termasuk salah satu penyebab dari 10 kematian terbanyak di usia satu sampai 24 tahun.
Sementara, data di Indonesia, angka kematian Indonesia 1,5 sampai tiga per 100 ribu orang. Dari 250 juta penduduk Indonesia, jika setiap 100 ribu ada tiga orang, yang meninggal karena tenggelam sekitar ratusan korban meninggal akibat tenggelam.
"Puncak gunung es, ini yang dilaporkan atau yang didapatkan WHO, kalau lihat data real data kita, mungkin kita lebih terhenyak lagi karena banyak kasus kematian akibat tenggelam ini," katanya.
How to prevent 360,000 deaths from #drowning?
6 evidence-based and cost-effective interventions to save lives https://t.co/DvAnCsHnOi pic.twitter.com/N7QS5dR1KX — World Health Organization (WHO) (@WHO) May 2, 2017
Menurut data World Health Ranking, Indonesia menduduki peringkat ke-123 dalam ranking dunia mengenai kasus anak tenggelam. Namun, Ririe sangat yakin data ini merupakan data yang bisa dicari lewat internet, yaitu data yang termasuk dalam big data.
Sering kali kasus di Indonesia tidak terlaporkan, termasuk kasus kematian di daerah pegunungan atau pelosok yang tidak terjangkau WHO. "Sehingga ini puncak gunung es," ujarnya.
Meskipun Indonesia menduduki ranking 123, tetap ada kematian empat per 100 ribu akibat tenggelam. Fakta lain menunjukkan di Indonesia pada usia balita satu sampai empat tahun, tenggelam menjadi penyebab utama kematian terbanyak. Jadi, kita bisa menyadari bagaimana permasalahan ini harus kita sikapi.
"Usia makin besar kasus tenggelam agak lebih sedikit karena kemampuan untuk survival mengatasi kejadian tidak diharapkan saat berenang," ujar Ririe.
Data kematian balita Indonesia meninggal dunia karena tenggelam juga lebih kurang sama seperti data dunia. Riri menyampaikan, balita lebih banyak meninggal dunia akibat tenggelam dibanding kecelakaan lalu lintas. Sementara, anak laki-laki secara data, lebih banyak meninggal karena tenggelam karena lebih banyak keluar rumah.
Usia makin besar kasus tenggelam agak lebih sedikit.DR RIRIE FACHRINA MAHLISIE SPAK, Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Rawat Intensif Anak (UKK ERIA) IDAI.
Dari Makkah, Semangat Anti-Kolonial Menggema
Hampir seluruh ulama Nusantara yang berperan sentral dalam transformasi intelektual dan sosial adalah alumni Makkah.
SELENGKAPNYASenjata untuk Berjibaku dengan Panasnya Cuaca
Meskipun kondisi langit tampak berawan dan matahari tidak menyengat, sinar UV tetap dapat membuat kulit terpapar.
SELENGKAPNYAMakkah dan Legitimasi Raja-Raja di Nusantara
Sejumlah raja Muslim di Nusantara mengirim utusan ke Syarif Makkah untuk meminta gelar.
SELENGKAPNYA