
Internasional
Liga Arab Kembali Rangkul Bashar al-Assad
Presiden Iran Ebrahim Raisi sebut tak musuhi Saudi.
RIYADH – Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tiba di Jeddah, Arab Saudi, untuk berpartisipasi dalam KTT Liga Arab ke-32 yang diagendakan digelar Jumat (19/5/2023). Itu merupakan partisipasi perdana Assad dalam KTT sejak Suriah ditangguhkan keanggotaannya di Liga Arab pada 2011.
“(Presiden Assad) tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah untuk berpartisipasi dalam KTT Liga Arab,” demikian laporan stasiun televisi Pemerintah Suriah pada Kamis (18/5/2023).
Dalam siaran Al Arabiya TV, Assad tiba di Jeddah dengan menggunakan pesawat Syrian Air. Ketika pesawat mendarat, Assad disambut oleh beberapa pejabat Arab Saudi. Assad terakhir kali mengikuti KTT Liga Arab pada 2010 di Libya.

Negara anggota Liga Arab telah sepakat untuk merangkul kembali Suriah sebagai anggota setelah melakukan pemungutan suara di Kairo, Mesir, pada 7 Mei 2023 lalu. Keanggotaan Damaskus di organisasi tersebut diketahui telah ditangguhkan sejak Suriah menghadapi konflik sipil pada 2011.
Kendati telah diterima kembali sebagai anggota, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menjelaskan, hal itu tak berarti semua negara anggota Liga Arab bersedia menormalisasi hubungan dengan Suriah. "Pemulihan kembali (keanggotaan) Suriah tidak berarti normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Suriah," ucapnya kepada awak media di Kairo, 7 Mei 2023 lalu.
Dia mengatakan, Liga Arab tidak bisa mencampuri urusan normalisasi hubungan dengan Damaskus. “Ini adalah keputusan berdaulat yang harus dibuat oleh masing-masing negara,” ujar Aboul Gheit.
Qatar telah menyatakan tidak akan mengubah posisinya dalam menormalisasi hubungan dengan Suriah, meskipun Damaskus sudah dirangkul lagi sebagai anggota Liga Arab. “Qatar selalu berusaha mendukung apapun yang mencapai konsensus Arab dan tidak akan menjadi penghalang untuk itu.
Namun, sikap resmi Qatar tentang normalisasi dengan rezim Suriah adalah keputusan yang terutama terkait dengan kemajuan dalam mencapai resolusi politik yang mewujudkan aspirasi saudara-saudara Suriah,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari sesaat setelah Liga Arab menerima kembali Suriah sebagai anggota.
Dia menambahkan, Qatar berharap keputusan Liga Arab akan memotivasi rezim Suriah untuk mengatasi akar krisis yang menyebabkan penangguhannya. Al-Ansari pun berharap Damaskus meningkatkan hubungannya dengan negara-negara Arab dengan cara yang meningkatkan keamanan dan stabilitas kawasan.

Qatar telah menjadi pengkritik vokal rezim Bashar al-Assad sejak perang sipil di Suriah pecah pada 2011. Sejak awal konflik Suriah, Doha telah memberikan dukungan kepada kelompok oposisi bersenjata yang berusaha menggulingkan pemerintahan Assad. Qatar menyalurkan bantuan keuangan dan militer ke berbagai kelompok oposisi di Suriah.
Dalam keputusan 7 Mei 2023 lalu disebutkan bahwa Yordania, Arab Saudi, Irak, Lebanon, Mesir, dan Sekjen Liga Arab akan membentuk kelompok menteri. Mereka bakal menjalin kontak dengan Pemerintah Suriah dan mencari solusi atas krisis Suriah lewat langkah-langkah timbal balik. Langkah-langkah praktis termasuk upaya berkelanjutan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan di Suriah.
Ketika konflik di Suriah pecah pada 2011, Liga Arab memutuskan mendepak Damaskus sebagai anggota. Liga Arab mengecam Assad karena gagal bernegosiasi dengan pihak oposisi dan menggunakan kekuatan militer berlebihan untuk membungkam mereka. Sejak saat itu, Suriah dikucilkan oleh dunia Arab.

Bukan musuh
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, negaranya tak pernah menganggap Arab Saudi sebagai musuh. Kedua negara tersebut diketahui telah sepakat melakukan rekonsiliasi pada Maret lalu.
“Kami tidak pernah menganggap Arab Saudi sebagai musuh kami. Berdasarkan kebijakan berprinsip Republik Islam Iran, kami menganggap rezim Zionis (Israel) sebagai musuh bersama dunia Islam,” kata Raisi dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Kamis (18/5/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Pernyataan Raisi tersebut seolah mempertegas keinginan Iran untuk membangun kembali hubungan dengan Saudi. Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amirabdollahian mengungkapkan, Saudi sudah memperkenalkan duta besar barunya untuk Iran. Dia mengatakan, Iran pun akan segera menunjuk duta besar baru untuk Riyadh.
Pada 6 April lalu, Amirabdollahian bertemu dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan di Beijing, Cina. Itu merupakan pertemuan perdana mereka sejak Saudi-Iran sepakat melakukan rekonsiliasi. Perjanjian rekonsiliasi yang dimediasi Cina itu dikenal sebagai Beijing Agreement.
Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Faisal dan Amirabdollahian membahas langkah lanjutan yang bakal diambil kedua negara setelah menjalin rekonsiliasi. “Kedua belah pihak menyatakan aspirasi mereka untuk mengintensifkan pertemuan konsultasi dan membahas cara kerja sama guna mencapai prospek hubungan yang lebih positif, mengingat sumber daya alam dan potensi ekonomi yang dimiliki kedua negara, serta peluang besar untuk mencapai keuntungan bersama,” kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Saudi dan Iran juga sepakat meningkatkan kerja sama di setiap bidang yang tidak hanya akan memberi keuntungan timbal balik, tapi turut membantu menciptakan keamanan serta stabilitas di kawasan.
Kantor Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, dalam pertemuannya, Pangeran Faisal dan Amirabdollahian turut menyepakati pembukaan kembali kedutaan besar mereka di negara satu sama lain dalam waktu 60 hari.
Suriah Disambut Kembali ke Liga Arab
Presiden Suriah akan mencuri perhatian di KTT Liga Arab.
SELENGKAPNYAArab tak Rela Suriah Dipeluk Asing
Negara-negara Arab tak rela bila Suriah jatuh ke pelukan asing.
SELENGKAPNYA