
Laporan Utama
Kontroversi Materi Agama Para Komika
Komika diminta jangan mengambil materi kalau tidak benar-benar paham.
Oleh UMAR MUKHTAR, ZAHROTUL OKTAVIANI
Stand-up comedy menjadi lawakan yang digandrungi kaum milenial. Topik atau materi yang dibawakan dalam komedi pun beragam, dari isu sehari-hari, sosial, politik, hingga agama. Biasanya, apa yang disampaikan di khalayak umum ini merupakan gambaran atau keresahan yang dialami oleh Komika (sebutan bagi pelaku lawakan tunggal).
Candaan seputar agama menjadi salah satu cara bagi komika untuk mengundang tawa penontonnya. Salah satu komika yang pernah membawakan candaan seputar agama adalah Ernest Prakasa. Dalam show-nya berjudul "Happinest", ia menceritakan perihal anaknya, Sky, yang belajar agama. Baca juga: Komika Harus Punya Self of Censorship
Sejak kecil, ia telah mengajarkan sang anak tentang konsep ketuhanan. Menurut dia, anak di usia empat atau lima tahun telah memahami konsep ketuhanan, yaitu bahwa ada makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari manusia. Namun, yang sulit dipahami adalah konsep agama, yang berbeda dengan ketuhanan. Mengajarkan bahwa di dunia ini ada lebih dari satu agama ia anggap susah.
Ia lantas bercerita perihal tingkah sang anak saat berada di rumah sang mertua di Bandung. Sky diketahui memiliki seorang teman bernama Mumut yang beragama Islam. "Jadi, kalau lagi di Bandung, di rumah mertua gue, Sky suka main sama tetangga sebelah rumah, namanya Mumut. Mumut ini Muslim dan mereka suka main bareng. Suatu hari, saat kita lagi liburan ke Bandung, Sky bilang gini ke gua. 'Pa, aku ke rumah Mumut, ya. Assalamualaikum'," ucap dia dalam acara tersebut.Baca: Shumirun Nessa, Komika Tiktok Lawan Propaganda LGBT
Usai berkata demikian, Ernest pun melakukan act out seolah bingung dengan pernyataan sang anak dan bertanya kepada istrinya apakah ia tahu jika anak mereka telah menjadi mualaf. Kisah ini mengundang tawa dan tepuk tangan dari penonton yang ada. Mereka merasa tergelitik mendengar cerita tersebut.
Namun, komedi yang bertemakan agama tidak selamanya bisa diterima dengan baik di masyarakat. Tidak sedikit yang merasa apa yang disampaikan oleh komedian bisa diterima dan tidak dianggap sebagai bentuk pelecehan.
Salah satu yang sempat ramai adalah kasus yang menimpa komika bernama McDanny. Ia diduga menghina Habib Rizieq Shihab selaku salah satu ulama Indonesia dan hukum tentang alkohol atau bir. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial terlihat ia tengah berbicara sambil diiringi seorang disk jockey (DJ) wanita. Ia pun berkata "Thank you banget untuk cewek-cewek yang berkerudung di sini, tapi elu asyik banget. Kita ketemu di neraka."
Setelahnya, ia pun tertawa sambil mengacungkan jari tengah dan kembali berkata, "F**k Habib Rizieq. Anji** kalau ada polisi gua kena nih." Tidak berhenti di situ, tak lama ia menyampaikan kalimat, "Sori-sori, baru minum bir. Minum bir di Root's mah halal, lebih halal dari sabu."
Atas perilakunya itu, ia mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Salah satu yang bersuara keras adalah pegiat Islam Mualaf Hanny Kristianto atau Koh Hanny. Mendapati pertentangan, McDanny pun muncul ke publik dan menyampaikan permintaan maaf.
Sosok lain yang juga tersandung kontroversi karena candaannya adalah Tretan Muslim dan Coki Pardede. Mereka pernah tersandung masalah dengan sebuah ormas karena bercanda membuat menu makanan yang menggabungkan kurma dan daging babi.
Akibatnya, duo komika itu sempat menghilang dari panggung selama beberapa waktu. Mereka pun akhirnya kembali setelah kasus itu mereda, bahkan sempat membuat konten kolaborasi dengan Habib Husein Ja'far sebagai pengingat akan batasan komedi mereka.
Komedian senior Indrodjojo Kusumonegoro atau yang populer sebagai Indro Warkop menjelaskan, sebetulnya secara global tidak ada aturan baku bagi para komika saat hendak membuat materi komedi. Dia menjelaskan, stand-up comedy adalah sesuatu yang liberal. Lawakan ini hidup di negara bebas sehingga tidak memiliki batasan.
View this post on Instagram
"Nah, ketika bicara stand-up comedy Indonesia, maka batasannya pertama adalah apa-apa yang berlaku di Indonesia secara etika. Itu saja sebetulnya. Gampang banget. Ketika bicara soal agama, banyak sekali batasan mengenai agama. Dan apa yang paling penting? (Yaitu) SARA," kata dia kepada Republika, Senin (15/5/2023).
Kedua, menurut Indro, prinsip terpenting yang diperlukan bagi seorang komika Indonesia adalah jangan mengambil materi kalau tidak benar-benar paham. Dia menjelaskan, seseorang disebut komika ketika ia sudah memiliki skill komedi mumpuni.
Dia memiliki ilmu dan matang pada topik yang akan dibawakan. Jika seorang komika ingin membawa topik agama pada penampilan stand-up comedy, ia perlu memperhatikan materinya itu mengandung SARA atau tidak. Kalau tidak paham dengan matang terhadap topik agama tersebut, lebih baik hindari.
"Yang paling mudah itu SARA. Kalau kamu enggak menguasai betul, enggak usah masuk ke situ karena itu akan menimbulkan gejolak," kata Indro.
Yang paling mudah itu SARA. Kalau kamu enggak menguasai betul, enggak usah masuk ke situ karena itu akan menimbulkan gejolak.INDRO WARKOP Pelawak Senior
Indro pun mencatat satu hal yang bagi dirinya adalah prinsip. Seorang komika boleh saja membuat satire atau mengkritik, tetapi jangan sampai dia membuat keresahan.
Indro kemudian mencontohkan bagaimana grup Warkopnya dahulu dikejar-kejar oleh pemerintah karena kritik sosialnya. Namun, Indro mengatakan, grupnya tidak pernah bisa ditangkap karena mereka tidak membuat keresahan.
"Kami mengkritisi dan itu hak seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan kontrol sosial. Ada rambu dan etika sebagai sebuah negara," ujar dia.
Indro juga menyampaikan, secara akademis, kritik itu disertai dengan solusi. Namun, seorang komedian tidak akan mencapai kelucuan jika dua itu digunakan. "Kalau komika pakai kritik dan solusi, berarti dia ceramah. Mau dapat lucu di mana? Berarti harus mengambil satire. Satire ini juga pakai ilmu, tidak menyebut nama, institusi," kata dia.
Indro menjelaskan, tampilan komedi yang mumpuni juga meliputi attitude (perilaku). Saat melakukan roasting kepada orang tertentu, komika tersebut harus menunjukkan perilaku yang baik dengan memberikan hak jawab. Hak jawab ini terserah kepada orang yang di-roasting, apakah ingin menggunakan atau tidak.

"Atau me-roasting orang yang tidak ada orangnya, maka dia harus meminta izin kepada orangnya. Itu etika. Kenapa? Karena ini Indonesia, bukan Amerika. Amerika mungkin liberal banget," tuturnya.
Aktor Will Smith bahkan sampai naik ke panggung Academy Awards pada 2022 untuk menampar Chris Rock setelah membuat lelucon soal penampilan istri Smith, Jada Pinkett Smith. "Tidak ada tuntut-menuntut juga, karena liberal banget. Tetapi, ini Indonesia. Kita sebagai penghibur di Indonesia, dibatasi oleh hal-hal yang Indonesia banget, kultur kita," paparnya. Baca: Satire Komika Muslim Tertawakan Barat
Menurut Indro, ada koridor yang jelas bagi komika Indonesia saat mau tampil, apalagi ketika seorang komika ingin membawakan topik agama. Ia harus benar-benar paham agama itu dan jika ingin menyitir ayat suci maka harus benar-benar mengerti.
"Kamu harus tahu benar-benar agama. Kalau menyitir ayat, ya, harus mengerti banget. Enggak bisa sepotong-potong. Makanya, saya saat SUCI kemarin itu tegas banget. Lu kalau bicara soal agama, anak-anak pesantren, ya, lu ngomong soal keadaan di pesantren. Jangan masuk ke ayat atau hal-hal yang sensitif," ujarnya.
Lu kalau bicara soal agama, anak-anak pesantren, ya, lu ngomong soal keadaan di pesantren. Jangan masuk ke ayat atau hal-hal yang sensitif.INDRO WARKOP Pelawak Senior
Indro juga menekankan, meski satire yang akan disampaikan itu mengena ke banyak orang, jika ada potensi kegaduhan maka lebih baik dihindari. Dalam kesempatan itu dia mengingatkan, komika itu penghibur, maka hiburannya harus mengena dan tidak membuat keresahan.
"Misalnya saya membimbing seseorang untuk masuk pada satire, saya akan menilai ilmunya, sejauh mana dia bisa melakukan satire. Tetapi, saya juga akan melihat hasilnya. Wah, ini potensial membuat keresahan, lebih baik enggak usah," katanya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni dan Budaya Dr KH Jeje Zaenudin menjelaskan, ada yang penting untuk diperhatikan saat seorang komedian, khususnya komika, ketika hendak menampilkan stand-up comedy. "Jika materi agama dijadikan lelucon dalam stand-up comedy, tentu saja rawan tergelincir kepada perbuatan yang bersifat mempermainkan dan mengolok-olok agama, dilarang oleh agama itu sendiri," kata dia kepada Republika, Senin (15/5/2023).
Jika materi agama dijadikan lelucon dalam stand-up comedy, tentu saja rawan tergelincir kepada perbuatan yang bersifat mempermainkan dan mengolok-olok agama.KH JEJE ZAENUDIN Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya
Allah SWT berfirman, "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, 'Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?'" (QS at-Taubah ayat 65)
Jeje menjelaskan, secara hukum negara pun komedian yang menjadikan agama sebagai lelucon bisa terjerat pidana penistaan agama dan ujaran kebencian. Karena itu, seorang komedian perlu memperhatikan beberapa hal.
Dia mengatakan, jika memang ingin menyampaikan materi agama dalam stand-up comedy, materi agamanya harus benar, sahih, valid, dan betul-betul memahaminya secara benar. Selain itu, cara menyampaikannya pun perlu baik dan benar. "Sekiranya ingin melucu, bukan dengan mempelesetkan, apalagi menyelewengkan materi atau istilah-istilah yang mulia dalam agama, tetapi kelucuan perilaku orangnya," katanya.
Jeje juga menambahkan, berdakwah dengan cara komunikasi yang baik, yang diselipi kelucuan dalam penyampaiannya, baik dari sisi gaya bahasa, tutur kata, gaya bahasa tubuh, maupun contoh lainnya, tanpa mengada-ada dan tidak dibuat-buat, adalah hal yang wajar. Bahkan, itu bisa menarik pendengar dalam menerima suatu materi yang penting dengan penyampaian yang menghibur.
"Demikian juga jika seorang komedian menghibur pemirsanya dengan menyampaikan materi yang sarat dengan nilai-nilai moral dan akhlak mulia, tentu akan memiliki nilai dakwah," tuturnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kampung Qur'an Learning Center, Kenalkan Pesantren ke Dunia Internasional
Program ini mengajarkan metode belajar khas pesantren kepada masyarakat internasional.
SELENGKAPNYASurvei: Gen Z Sebut Pancasila Boleh Diganti
Sebanyak 83 persen responden menilai Pancasila tak permanen.
SELENGKAPNYAKekuatan Syukur dan Sabar
Rasa syukur dan sikap sabar adalah resep terbaik dalam menjalani kehidupan.
SELENGKAPNYA