Patriak Gereja Ortodoks Yunani, Theophilus tiba di Gereja Pencambukan untuk melihat patung Yesus yang dirusak radikal Yahudi di Yerusalem, Sabtu (4/2/2023). | REUTERS/Ammar Awad

Internasional

Dewan Gereja Serukan Peringatan Nakba

Umat Kristiani ikut jadi korban penjajahan Israel.

RAMALLAH – Umat Islam Palestina bukan satu-satunya korban dari malapetaka alisan Nakba yang dimulai dengan berdirinya negara Zionis Israel 75 tahun lalu. Umat Kristiani juga terdampak dan menyatakan dukungan terhadap peringatan tersebut.

Dewan Gereja Dunia (WCC) menyatakan solidaritas kepada rakyat Palestina dalam peringatan 75 tahun Nakba. Nakba, adalah momen terusirnya lebih dari 750 ribu warga Palestina ketika Israel berdiri pada Mei 1948.

“Nakba, bencana yang dialami keluarga-keluarga Palestina 75 tahun lalu, terus menyebabkan perampasan dan penderitaan yang belum terselesaikan bagi banyak orang Palestina, terutama bagi rakyat Gaza,” kata Sekretaris Jenderal WCC Pendeta Jerry Pillay, dikutip laman kantor berita Palestina, Selasa (16/5/2023). 

Dia pun mengkritik tajam kekerasan demi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. “Bahwa warga sipil yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, ditembak dengan peluru tajam, bahkan dibunuh, dan banyak yang terluka, tidak dapat dipertahankan secara hukum atau moral sebagai ungkapan 'hak untuk membela diri suatu negara',” ucap Pillay. 

photo
Patung Yesus Kristus dirusak ekstremis Yahudi di Gereja Pencambukan di Kota Tua Yerusalem, Kamis (2/2/2023). - (AP Photo/Mahmoud Illean)

Pillay turut menyinggung tentang perebutan status Yerusalem. Dia menekankan bahwa penyelesaian akhir dari status kota tersebut harus dilakukan lewat negosiasi damai. 

“Yerusalem adalah Kota Suci bersama dari tiga agama: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Kami mendesak komunitas internasional mempercepat semua upaya menuju solusi adil dan layak yang menghormati aspirasi semua orang yang tinggal di Tanah Suci (Yerusalem) sejalan dengan konvensi dan resolusi internasional,” ujarnya. 

Kedatangan masif etnis Yahudi ke Palestina selepas Nakba secara langsung memang berdampak pada populasi Muslim dan Kristen di wilayah itu. Belakangan, serangan-serangan ekstremis Yahudi terhadap gereja-gereja Kristien di Yerusalem dan Tepi Barat juga makin sering.

Sejak awal 2023, beberapa situs Kristen telah dirusak oleh ekstremis nasionalis Yahudi. Pada Januari lalu, dua pemukim Yahudi merusak pemakaman Kristen di dekat Gerbang Jaffa di luar Kota Tua Yerusalem. Kemudian pada Februari, seorang turis Yahudi-Amerika menghancurkan sebuah patung di sebuah Gereja Katolik di dalam Kota Tua dekat Bab al-Asbat.

photo
Patung Yesusdi Gereja Pencambukan yang dirusak radikal Yahudi di Yerusalem, Sabtu (4/2/2023). - (REUTERS/Ammar Awad)

Dua orang juga dilaporkan melakukan penyerangan terhadap situs Kristen di kawasan Armenia di Kota Tua Yerusalem pada Senin (24/4/2023) malam. Tindakan yang tertangkap kamera dan diedarkan secara online tersebut menunjukkan seorang pria mendekati gerbang Patriarkat Armenia dan kemudian menendangnya hingga terbuka.  

Pada saat yang sama, pria lain meludahinya sebelum keduanya pergi. Sesaat kemudian, seorang pria, tampaknya seorang penjaga, muncul dari Patriarkat untuk memeriksa kejadian tersebut.

Dilansir dari Newsarab, serangan terhadap properti Kristen dan pelecehan terhadap pendeta Kristen sudah sering terjadi di Yerusalem Timur yang diduduki. Koordinator Forum Orang Kristen Tanah Suci, Wadie Abu Nassar mengatakan, insiden terhadap Patriarkat Armenia tersebut dilakukan oleh "Yahudi radikal."

Bulan lalu, Patriarkat Yerusalem dari Gereja Ortodoks Yunani telah mengeluarkan seruan untuk perlindungan internasional setelah jamaah diserang oleh tersangka fundamentalis Yahudi di dalam Gereja Makam Perawan Maria.

photo
Sekelompok Yahudi ultra-Ortodoks, beberapa diantaranya menentang keberadaan negara Israel atas dasar agama, mengibarkan bendera Palestina dan membakar bendera Israel saat negara itu menandai 75 tahun sejak berdirinya, di lingkungan ultra-Ortodoks Mea Shearim di Yerusalem, Rabu, 26 April 2023. - (AP Photo/Mahmoud Illean)

"Serangan teroris oleh kelompok radikal Israel, menargetkan gereja, kuburan, dan properti Kristen, selain pelecehan fisik dan verbal terhadap pendeta Kristen, telah menjadi kejadian hampir setiap hari...," kata Patriarkat Yerusalem dalam sebuah pernyataan.

Kelompok Hamas di Gaza juga ikut mengutuk keputusan Israel melarang warga Kristen di Jalur Gaza untuk mengunjungi gereja-gereja di Yerusalem dalam rangka merayakan liburan Paskah. Hamas menyebut, tindakan Israel merupakan pelanggaran mencolok terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional. 

“Hamas mengutuk dengan sekeras mungkin keputusan pendudukan Israel melarang Kristen Palestina di Gaza mengakses tempat-tempat suci Kristen di Yerusalem yang diduduki untuk merayakan liburan Paskah,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Rabu (12/4/2023), dikutip laman Middle East Monitor. 

Hamas menilai, larangan tersebut merupakan bagian dari kebijakan diskriminasi rasial pendudukan Israel. “Larangan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional, termasuk penolakan kebebasan bergerak dan beribadah,” kata Hamas. 

photo
Sekelompok Yahudi ultra-Ortodoks, beberapa diantaranya menentang keberadaan negara Israel atas dasar agama, mengibarkan bendera Palestina dan membakar bendera Israel saat negara itu menandai 75 tahun sejak berdirinya, di lingkungan ultra-Ortodoks Mea Shearim di Yerusalem, Rabu, 26 April 2023. - (AP Photo/Mahmoud Illean)

"Mengingat langkah fasis seperti itu, yang telah menjadi praktik reguler Israel, Hamas mendesak masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab hukum dan moral mereka untuk memastikan warga Palestina dapat dengan bebas mengakses tempat suci mereka,” kata Hamas menambahkan. 

Otoritas Palestina juga telah mengecam keputusan Israel membatasi jumlah warga Kristen yang ingin menghadiri upacara Api Kudus tahunan di Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem pada Sabtu (15/4/2023) mendatang. Upacara itu menjadi bagian dari perayaan Paskah untuk gereja-gereja Ortodoks. 

Dalam peringatan perdana Nakba di Majelis Umum PBB, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuduh Inggris dan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas peristiwa Nakba.

"Karena mereka mengambil bagian dalam menjadikan rakyat kami sebagai korban ketika mereka memutuskan untuk mendirikan serta menanam entitas lain di tanah air bersejarah kami untuk tujuan kolonial mereka sendiri. Negara-negara ini ingin menyingkirkan warga Yahudi (dari negara) mereka dan mendapatkan keuntungan dari kehadiran mereka (warga Yahudi) di Palestina,” kata Abbas dalam pidatonya di Majelis Umum PBB dalam rangka memperingati 75 tahun Nakba, Senin (15/5/2023). 

Inggris diketahui pernah merilis Deklarasi Balfour. Deklarasi Balfour merupakan sebuah pernyataan publik yang ditandatangani dan dipublikasikan menteri luar negeri Inggris James Arthur Balfour pada 2 November 1917.

Dalam surat tersebut, Balfour menyatakan, Pemerintah Inggris bersimpati dan memandang positif aspirasi Zionis untuk mendirikan tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina. 

Kala itu Palestina termasuk ke dalam wilayah Kekaisaran Ottoman yang tengah berkonfrontasi dengan Inggris dan sekutunya dalam Perang Dunia I. Pada 9 November 1917, Balfour menyerahkan surat yang ditandatanganinya kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris. Hal tu seolah mempertegas bahwa Inggris mendukung lahirnya sebuah "rumah" bagi orang-orang Yahudi di Palestina. 

Deklarasi  Balfour mendorong migrasi besar-besaran orang-orang Yahudi dari seluruh dunia, terutama Eropa, ke Palestina. Mereka berbondong-bondong datang ke Palestina karena turut didorong oleh sentimen anti-Semit. Inggris, yang menguasai dan memerintah di Palestina pasca kalahnya Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I, turut memfasilitasi migrasi warga Yahudi dari Eropa ke Palestina. 

Gelombang migrasi Yahudi dalam skala besar ke Palestina memantik pergolakan situasi. Inggris akhirnya memutuskan mengakhiri mandat mereka pada 1947 dan menyerahkan masalah Palestina kepada PBB.

Pada momen itu, orang-orang Yahudi yang datang ke Palestina telah membentuk kelompok paramiliter bersenjata. Mereka dilatih untuk membantu Inggris dalam Perang Dunia II. Namun kelompok paramiliter Yahudi itu juga yang bakal melakukan pembantaian terhadap warga Palestina. 

75 Tahun Bencana Buatan Israel - (Republika)  ​

Setelah mandat Inggris berakhir, pada November 1947, PBB akhirnya menyepakati resolusi untuk membagi wilayah Palestina menjadi Arab-Palestina dan Yahudi-Israel. Sementara Yerusalem menjadi kota internasional.

Resolusi itu kian melebarkan pintu bagi Israel untuk menjadi sebuah negara. Momen itu akhirnya terjadi pada 14 Mei 1948; Israel mendeklarasikan diri sebagai negara. 

Hanya berselang 11 menit setelah deklarasinya, presiden AS Harry Truman mengakui negara Israel. Truman menjadi pemimpin dunia pertama yang secara resmi mengakui Israel sebagai negara Yahudi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Tangan Kotor AS-Inggris di Hari Nakba

Masyarakat internasional wajib melindungi Palestina.

SELENGKAPNYA

75 Tahun Nakba, 75 Tahun Kekejian Israel

Ratusan ribu jiwa melayang, ribuan bangunan hancur setalah Nakba.

SELENGKAPNYA

Dapatkah Gencatan Senjata Israel dan Jihad Islam Bertahan?

RS Indonesia di Gaza ikut rusak akibat serangan Israel.

SELENGKAPNYA