Opini--Pergeseran Musim Akibat Pemanasan Global | Republika/Daan Yahya

Opini

Pergeseran Musim Akibat Pemanasan Global

Wilayah Indonesia rentan terpengaruh akibat El Nino-La Nina dan fenomena pemanasan global.

EDVIN ALDRIAN; Profesor Meteorologi dan Klimatologi BRIN

Menurut prediksi iklim dari badan meteorologi dunia atau WMO, Dr Wilfran Moufouma Okia sebagai kepala divisi peringatan dini iklim, kewaspadaan untuk wilayah Indonesia akan kedatangan El Nino pada tahun ini.

Wilfran menyebutkan, akan ada kekeringan yang merambah ke wilayah Indonesia akibat El Nino. Kenyataannya, hingga Mei ini masih terjadi hujan cukup lebat di wilayah Sumatra Barat, Kabupaten Bandung, Jambi, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan hingga terjadinya banjir.

Selain itu, di beberapa wilayah di Indonesia bagian barat sempat diisukan terjadi gelombang panas di beberapa tempat. Gelombang panas ini ditengarai terjadi karena sesaat sebelum hujan. Kenyataannya, alam ini menyerap panas laten di atmosfer sekitar, kemudian segera dilepaskan waktu hujan turun, yaitu saat uap air menjadi butir hujan.

 
Gelombang panas atau heatwave sesungguhnya tidak terjadi untuk wilayah Indonesia. Sebab, Indonesia negara tropis kepulauan yang bersifat meredam panas.
 
 

Jadi kondisi panas ditimbulkan karena fenomena tersebut atau hujan lokal. Gelombang panas atau heatwave sesungguhnya tidak terjadi untuk wilayah Indonesia. Sebab, Indonesia negara tropis kepulauan yang bersifat meredam panas dari fenomena di atas.

Pertanyaan yang muncul selanjutnya terkait hal ini adalah bagaimana mungkin dalam situasi transisi menuju musim kemarau masih terjadi hujan di banyak daerah. Padahal, Indonesia diprediksi sedang menuju musim kemarau kering atau El Nino.

Pada dasarnya, wilayah Indonesia merupakan wilayah yang rentan terpengaruh akibat El Nino-La Nina dan fenomena pemanasan global. Kedua fenomena tersebut akan terus terjadi dengan gejala yang dikhawatirkan akan menguat.

Apabila kita mengambil data perubahan suhu muka laut dalam beberapa dasawarsa terakhir, akan terlihat suhu laut di wilayah benua maritim Indonesia menunjukkan adanya pengaruh dari kedua fenomena tersebut.

Sinyal pengaruh kedua fenomena ini tampak sangat jelas untuk urutan pertama dan kedua. Secara global, menurut IPCC, seluruh dunia saat ini sudah terjadi peningkatan suhu muka laut secara rata rata hingga di atas 1,2 derajat.

Angka ini sudah memenuhi batas ambang perpindahan rezim, dari rezim musim kemarau ke rezim musim transisi. Sehingga akibatnya, terjadi pergeseran iklim yang kita alami tahun ini.

 
Wilayah yang awalnya rezim kemarau akan bergeser dengan kenaikan suhu tersebut menjadi wilayah bersuhu laut seakan di rezim masa transisi, yaitu peralihan musim hujan menuju musim kering.
 
 

Wilayah yang awalnya rezim kemarau akan bergeser dengan kenaikan suhu tersebut menjadi wilayah bersuhu laut seakan di rezim masa transisi, yaitu peralihan musim hujan menuju musim kering. Notabene, ini adalah wilayah yang masih terjadi hujan secara sporadik.

Namun, pada kenyataannya, masih berada dalam masa transisi menuju musim kemarau. Dengan begitu, bisa dikatakan benua maritim Indonesia mengalami masa musim kemarau yang datang terlambat.

Keteraturan yang biasa terjadi seakan berubah seiring fenomena perubahan suhu. Rezim suhu muka laut kemarau yang ditandai suhu rendah dan kecilnya penguapan telah diganti rezim suhu muka laut transisi, dengan suhu lebih tinggi dan penguapan tinggi.

Perubahan suhu muka laut yang mendukung rezim dengan suhu muka laut lebih tinggi dengan penguapan tinggi ini akan terus terjadi. Karena pemanasan global akan terus menguat, peningkatan suhu muka laut pun akan terus meningkat.

 
Karena pemanasan global akan terus menguat, peningkatan suhu muka laut pun akan terus meningkat.
 
 

Logikanya, suhu muka laut lebih tinggi maka peluang penguapan tinggi akan terjadi. Jadi, keteraturan akan berubah menjadi situasi baru karena kondisi suhu yang lebih hangat.

Dengan berbagai perubahan yang mungkin terjadi, kemungkinannya dapat terjadi perlambatan masuk ke musim kemarau atau iklim tetap bertahan sebagai kemarau basah. Dan sudah menjadi kesepahaman bersama para ahli iklim, El Nino 2023 bersifat lemah-moderat.

Apabila musim kemarau terlambat terjadi, bagaimana dengan masuknya musim hujan 2023. Bisa dipastikan, masuknya musim hujan tetap terjadi meski sedikit terlambat. Hal ini karena gejala musim hujan terus terjadi di benua maritim Indonesia.

Jika terjadi gejala El Nino kuat, peluang terjadinya situasi kemarau yang cenderung kering dapat terjadi. Kondisi El Nino kuat dapat terjadi apabila terjadi sunspot maksimum, seperti kasus 1997 atau tahun 2015.

Selebihnya yang terjadi adalah dominasi pemanasan global dalam situasi El Nino sedang atau lemah. Dengan demikian, dapat dipastikan saat ini dengan kenyataan suhu muka laut sudah di atas 1,2 derajat di atas rata rata normalnya, maka kemarau basah sudah menjadi fenomena normal yang dapat kita antisipasi lagi kemudian hari atau pada tahun mendatang.

Solusi untuk mengatasi masalah perubahan pola iklim ini, Indonesia bisa memperkenalkan sistem prediksi El Nino yang lebih baik memakai perubahan suhu lautnya, seperti pemantauan perubahan suhu laut di wilayah Indonesia. Kita pun dapat mengetahui lebih dini prediksi musim yang akan terjadi.

Momentum Petugas Haji Perempuan

Penambahan petugas haji perempuan sesuai dengan tagline Kementerian Agama tahun ini, yakni Haji Ramah Lansia.

SELENGKAPNYA

Menghitung Usia Anak-anak

SELENGKAPNYA

SCIENCE: Menanam Taoge

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya