Pengembangan teknologi kecerdasan buatan (ilustrasi) | Freepik/rawpixel

Inovasi

Ketika Semua Berubah karena AI

Tinggal masalah waktu, teknologi AI akan digunakan di mana-mana.

Tak bisa dimungkiri, kehadiran teknoogi kecerdasan buatan, telah makin banyak ditemui di kehidupan sehari-hari. Tak hanya memunculkan kekhawatiran akan badai otomasi, atau lapangan pekerjaan yang akan hilang, tapi ada pula potensi ataupun peluang yang dapat kita gali untuk makin mempermudah kehidupan kita.

Microsoft telah merilis data dan wawasan dari  2023 Work Trend Index report  mereka yang berjudul “Will AI Fix Work?” Survei tersebut melibatkan 31 ribu individu dari 31 negara di berbagai industri, termasuk 14 pasar Asia Pasifik.

Menurut data yang terkumpul, manusia selama ini ternyata banyak bekerja di luar kapasitasnya, sehingga menghambat inovasi.

Kecerdasan buatan (AI) pun bisa hadir menjadi solusi. Dengan merangkul AI, organisasi dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas, menghasilkan cara kerja yang baru dan lebih baik.

General Manager of Modern Work di Microsoft Asia, Vinod Muralidharan mengatakan, AI menghadirkan pendekatan baru untuk bekerja memungkinkan kita beralih dari autopilot ke copilot dan membebaskan diri dari beban digital sambil mendorong inovasi ke depan.

“Ketika pekerjaan berkembang dengan AI, kita juga harus demikian,” ujar Muralidharan, dilansir dari Gadgets Now, Jumat (12/5/2023).

Lebih lanjut, Muralidharan mengungkapkan, karyawan di seluruh Asia Pasifik ternyata optimistis tentang AI. Karena penelitian Work Trend Index Microsoft menunjukkan, 78 persen orang di wilayah ini akan mendelegasikan sebanyak mungkin pekerjaan ke AI untuk mengurangi beban kerja mereka.

“Peluang dan tanggung jawab yang paling mendesak bagi setiap pemimpin adalah memahami cara memanfaatkan AI untuk menghilangkan pekerjaan yang membosankan, melepaskan kreativitas, dan membangun bakat AI,” katanya.

Laporan ini memberikan wawasan bagi para pemimpin bisnis yang ingin mengadopsi AI secara bertanggung jawab di organisasi mereka. Ada tiga kata kuncinya. Selama ini, data, surel, dan obrolan yang berlebihan telah membuat kemampuan kita kewalahan untuk memprosesnya secara efisien.

Hal ini membuat sulit untuk fokus pada pekerjaan kreatif. Selain itu, 72 persen orang di Asia Pasifik juga merasa tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugas mereka.

Mereka yang berjuang dengan produktivitas tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi inovatif. Rata-rata orang menghabiskan 57 persen dari waktu Microsoft 365 mereka untuk berkomunikasi, dan hanya 43 persen membuat dan rapat yang tidak produktif adalah satu-satunya gangguan produktivitas.

Meskipun 58 persen responden di Asia Pasifik khawatir AI akan menggantikan pekerjaan mereka, 78 persen responden justru akan mendelegasikan pekerjaan ke AI untuk mengurangi beban kerja mereka. Ini menunjukkan pergeseran menuju kolaborasi antara AI dan karyawan.

Bisnis pun dapat menggunakan AI untuk mempersonalisasi interaksi pelanggan mereka dan mendapatkan keunggulan kompetitif. Namun, penting untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab dan memastikannya selaras dengan nilai-nilai perusahaan.

Belajar Lebih Baik

Jenis-jenis Kecerdasan Buatan - (Republika)

 Karena penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan semakin umum, para pendidik pun kini berjuang untuk memastikan bahwa siswa mereka tidak mengeksploitasi aplikasi bertenaga AI seperti ChatGPT untuk menipu atau menjiplak.

Jun Wei, seorang dosen di PSB Academy di Singapura, telah meneliti penerapan AI dalam pendidikan. Ia pun memiliki beberapa tips praktis bagi para pendidik yang ingin mengimplementasikan ChatGPT di kelas mereka.

1. Tetapkan aturan dasar

Pertama, Wei merekomendasikan untuk menetapkan aturan dasar untuk menggunakan ChatGPT dan meminta siswa menunjukkan referensi untuk jawaban yang mereka terima dari bot. Menurut dia, Anda dapat menggunakan tindakan balasan alias alat pendeteksi AI, tetapi tidak selalu efektif.

Sebagai gantinya, seperti bagaimana kutipan diamanatkan untuk mengambil referensi dari karya orang lain, tetapkan aturan dasar yang serupa untuk ChatGPT. "Lebih baik lagi, minta siswa untuk memberikan referensi untuk jawaban yang mereka dapatkan dari bot untuk membangun kredibilitas informasi. Platform ini tidak 100 persen aman, dan masih mengharuskan pengguna untuk memeriksa fakta keluarannya," katanya seperti dilansir dari laman Sea Mashable, Kamis (11/5/2023). Ini akan membantu membangun kredibilitas informasi dan mencegah plagiarisme.

2. Jadikan pendidikan menyenangkan dengan ChatGPT

Wei juga mengusulkan untuk menggabungkan ChatGPT ke dalam aktivitas kelas, yang menyenangkan dan menarik dengan mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan berpikir di luar kotak untuk menghasilkan jawaban terbaik. "Kembali ke ruang kelas. Libatkan siswa dalam percakapan aktif," ujarnya.

Minta mereka menggunakan ChatGPT untuk meneliti topik baru dan mendiskusikannya di kelas dan biarkan mereka mengarahkan pengajaran untuk perubahan. Atau mengubahnya menjadi aktivitas kelas yang menyenangkan dan menarik.

Dengan begitu, siswa bisa bereksperimen dan berpikir di luar kotak untuk menghasilkan jawaban terbaik. Dalam melakukan hal ini, murid akan membantu berkontribusi pada pembelajaran yang lebih partisipatif dan kolaboratif.

3. Ubah cara pelaksanaan ujian

Alih-alih ujian konvensional, Wei menganjurkan tes yang diawasi atau tugas dibawa pulang dengan skema penilaian yang ketat untuk ujian. "Untuk ujian kualifikasi penting, ujian yang diawasi harus menjadi pilihan," katanya menambahkan.

Ia mengatakan, tugas dibawa pulang juga dapat diambil untuk beberapa modul, tetapi dengan skema penilaian yang kaku. ChatGPT tidak cukup pintar untuk menghasilkan jawaban berkualitas tinggi dan benar secara faktual setiap waktu penilaian yang lebih ketat, akan mendorong siswa untuk bekerja membangun jawaban mereka di luar apa yang disediakan bot.

Ini akan membantu dalam memastikan bahwa siswa tidak sepenuhnya bergantung pada ChatGPT untuk menghasilkan balasan yang benar dan berkualitas tinggi.

4. Ganti tes tertulis dengan tes lisan

Terakhir, Wei menyarankan agar tes tertulis diganti dengan tes lisan jika memungkinkan. “Jika memungkinkan, ganti tes tertulis dengan tes lisan. Jadi, daripada mengandalkan ChatGPT, siswa harus memanfaatkan ingatan dan pemahaman mereka untuk mendapat nilai,” katanya menjelaskan.

Selain itu, guru juga sebaiknya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk melatih komunikasi verbal mereka. Pada akhirnya, menurut dia, ChatGPT hanyalah alat lain, yang mempersiapkan siswa untuk dunia yang menanti mereka. Dengan popularitasnya yang meningkat, hanya masalah waktu sampai digunakan oleh semua orang, di mana saja, sekaligus.

 

 

 
Kembali ke ruang kelas. Libatkan siswa dalam percakapan aktif. 
JUN WEI, Dosen di PSB Academy di Singapura
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Separatis Kembali Sandera Warga di Papua

Tebusan disebu tmencapai Rp 500 juta.

SELENGKAPNYA

Imam Bukhari, Sang Penghimpun Hadis Sahih

Perjuangannya dalam mengumpulkan dan menyeleksi ketat hadis-hadis mewujud dalam Shahih al-Bukhari.

SELENGKAPNYA

Hanan Attaki Login ke NU, Follower akan Ikut?

Selain dikenal sebagai ustaz, Hanan Attaki juga merupakan influencer media sosial

SELENGKAPNYA