Jamaah melakukan thawaf di Tanah Suci, Masjidi Haram, Makkah. | AP Photo/Amr Nabil

Kisah

Amalan Tukang Sepatu, Kalahkan Ratusan Ribu Jamaah Haji

Tukang sepatu ini belum pernah sekalipun mengunjungi Tanah Suci untuk berhaji.

Setiap Muslim mendambakan kesempatan untuk berziarah ke Tanah Suci, Makkah dan Madinah. Di Masjidil Haram, mereka dapat menunaikan rukun Islam kelima. Di Masjid Nabawi, mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW dan sekaligus mendirikan shalat di Raudhah.

Keinginan berhaji adalah sesuatu yang baik sekali. Akan tetapi, apabila dalam pelaksanaannya tidak disertai niat tulus demi meraih ridha Allah, maka sia-sia saja. Kisah berikut ini menggambarkan, betapa penting keikhlasan dalam menunaikan rukun Islam itu.

Bahkan, seseorang dapat ditulis oleh malaikat akan ibadah hajinya. Padahal, ia belum pernah sekalipun menjejakkan kakinya di Haramain.

Bermula dari seorang tabiin, Abdullah bin Mubarak, yang berkesempatan menunaikan haji. Usai melaksanakan semua rukun haji, ulama ini terserang rasa kantuk. Tak lama kemudian, ia pun tertidur.

Dalam tidurnya, Abdullah bin Mubarak bermimpi mendengar dua malaikat yang sedang bercakap-cakap.

“Berapa banyak umat Islam yang berhaji pada tahun ini?” tanya sang malaikat kepada malaikat yang lain.

“Enam ratus ribu orang,” jawabnya.

“Berapa banyak dari mereka yang hajinya diterima Allah SWT?” tanya malaikat itu lagi.

“Tidak ada kecuali satu orang,” jawabnya.

Perkataan itu amat mengejutkan Abdullah bin Mubarak. “Ratusan ribu orang berhaji dan hanya satu yang memperoleh ridha Allah?” katanya membatin. Ia pun terus menyimak percakapan kedua malaikat tadi.

“Siapakah satu orang itu?” tanya malaikat pertama.

Lelaki dari Damaskus ini tak bisa berangkat ke Tanah Suci, tetapi hajinya diterima Allah.

“Dia adalah seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq. Lelaki dari Damaskus ini tak bisa berangkat ke Tanah Suci, tetapi hajinya diterima Allah. Bahkan, karena dirinya-lah, semua yang berhaji pada tahun ini akhirnya bisa diterima,” ujar sang malaikat lain.

Sesudah itu, Abdullah terjaga dari tidurnya. Masih terngiang di benaknya perihal dialog kedua malaikat tadi.

Untuk menjawab rasa penasarannya, sepulangnya dari perjalanan haji, ia datang ke Damaskus. Dengan berbekal informasi seadanya, Abdullah pun berusaha menemukan tukang sepatu yang dimaksud.

Akhirnya, seseorang warga setempat menunjukkan kepadanya rumah seorang pria bernama Muwaffaq. Abdullah yakin bahwa mimpinya tadi bukan sembarang mimpi, melainkan petunjuk dari Allah SWT.

Ia bertamu ke rumah Muwaffaq. Setelah dipersilakan, Abdullah pun masuk ke dalam. Dimulailah pembicaraan untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya.

Kebaikan apa yang telah kau lakukan hingga bisa tercatat telah berhaji, padahal kau tidak pergi ke Tanah Suci?

“Kebaikan apa yang telah kau lakukan hingga bisa tercatat telah berhaji, padahal kau tidak pergi ke Tanah Suci?” tanyanya.

Tukang sepatu pun menjawab, sebenarnya sudah lama dirinya berniat pergi haji. “Melihat kondisi ekonomiku yang sederhana ini, sangat mustahil untuk menyetorkan uang sekali terkumpul untuk bekal berhaji. Atas pertolongan Allah, aku dapat menabung dengan menyisihkan pendapatanku sehari-hari. Hingga aku bisa memperoleh rezeki sebesar 300 dirham.”

Dengan sejumlah uang tersebut, Muwaffaq berniat untuk pergi haji. Istrinya yang sedang hamil pun sudah merestui keberangkatannya ke Tanah Suci.

Sebelum niat itu terlaksana, pada suatu hari istri Muwaffaq mencium bau masakan dari rumah sebelah. Karena sedang mengandung, ia tiba-tiba mengidam, merasa sangat ingin masakan itu. Dipikirnya, tetangga pasti memasak sajian yang sangat lezat.

Muwaffaq pun pergi ke rumah tetangganya itu, dengan maksud meminta sedikit saja makanan yang baunya tercium oleh istrinya. Karena alasan istrinya sedang hamil, Muwaffaq pun yakin tetangganya pasti akan berbaik hati untuk berbagi.

Saat menjumpai tetangganya itu, ia terkejut ternyata sang tetangga tak mau memberikan masakannya sedikit pun. Padahal, Muwaffaq sudah memohon-mohon dengan sangat.

Akhirnya, tetangganya tersebut menyampaikan alasan yang sesungguhnya.

Akhirnya, tetangganya tersebut menyampaikan alasan yang sesungguhnya. “Aku sebenarnya tak mau membuka rahasiaku ini,” katanya, “rumah ini dihuni olehku dan anak-anakku yang yatim. Mereka sudah tiga hari berturut-turut tak makan. Sebab, kami tak punya apa pun untuk dimakan.”

Tetangga ini meneruskan ceritanya.

“Kemudian, aku keluar rumah untuk mencari apa pun yang bisa kami makan. Saat berada di jalanan, aku pun menemukan bangkai kuda. Bangkai itulah yang aku potong kemudian kubawa pulang dan kumasak, hingga aromanya sampai tercium oleh istrimu,'' tutur dia.

Sang tetangga menambahkan, "Karena itu, maafkan aku, bagi kami masakan bangkai kuda ini halal karena memang tidak ada pilihan lain. Namun, bagimu masakan ini haram untuk kau makan.”

Muwaffaq amat sedih mendengarnya. Ia pun kembali ke rumah dan menjelaskan hal tersebut kepada istrinya.

Maka diambilnya dana simpanan yang sebanyak 300 dirham itu. Dengan persetujuan sang istri, Muwaffaq memberikan uang tabungan hajinya tersebut kepada sang tetangga supaya bisa dibelanjakan bagi anak-anak yatim di sana.

Begitu kembali pulang, Muwaffaq berkata kepada dirinya sendiri, “Hajiku ada di pintu rumahku.”

Hajiku ada di pintu rumahku.

Selesai mendengar cerita itu, Abdullah bin Mubarak pun tercengang. Ia tak menyangka bahwa amal sedekah yang dilakukan sang tukang sepatu bernilai pahala sangat besar. Bahkan, nilainya melampaui haji ratusan ribu orang jamaah di Tanah Suci.

Teringatlah ia akan surah al-Baqarah ayat 220. “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, ‘Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.’”

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala dan barang siapa berbuat baik terhadap anak yatim, ia akan bersamaku di Jannah.”

Qari Terbesar dari Umat Islam

Ubay bin Ka’ab disebut sebagai qari terbesar dari umat Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA

Akibat untuk Orang Munafik

Abdullah bin Ubay mendapatkan akibat dari provokasi yang dilakukannya terhadap Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Di Yogya, Air Tercemar Hingga Jauh

Ratusan warga Yogya mengantre periksakan air.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya