Metaverse merupakan cara terbaru dan tercanggih untuk komunikasi real time via internet. | DOK EPA ALI HAIDER

Inovasi

Metaverse yang Mati Suri Dihajar Bear Market

Metaverse bukan sebuah produk, tetapi evolusi.

Pada Oktober 2021, Facebook berganti nama menjadi Meta untuk mencerminkan ambisi sang bos, Mark Zuckerberg, untuk menaklukan metaverse. Namun, melihat bagaimana platform virtual Horizon Worlds gagal mempertahankan pengguna, dengan hanya satu dari 10 yang kembali ke platform virtual setelah sebulan, sulit untuk melihat bagaimana Zuckerberg dapat mengubah dunia dengan teknologi yang sangat digemari.

Sejak rebranding Meta, minat terhadap metaverse juga semakin berkurang. Tidak ada lagi yang benar-benar tertarik dengan metaverse, terutama setelah munculnya kecerdasan buatan (AI). Faktanya, lalu lintas pencarian untuk kata ‘metaverse’ secara global telah menurun sekitar 80 persen selama setahun terakhir.

Dilansir dari Vulcan Post, Gartner Inc memperkirakan 25 persen orang di seluruh dunia akan menghabiskan setidaknya satu jam sehari di metaverse untuk bekerja, berbelanja, pendidikan, dan hiburan pada 2026. Namun, 46 persen pakar industri meragukan kelayakan adopsi global metaverse pada 2049, menurut laporan yang dilakukan oleh Pew Research Center.

photo
Para peserta dan hadirin Dubai Metaverse Assembly. Ajang ini merupakan terobosan dari pemerintah Uni Emirat Arab untuk sambut era meta-semesta. - (DOK EPA ALI HAIDER)

Pakar industri ini percaya, teknologi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan metaverse imersif masih belum dapat dicapai pada saat itu. Mempertimbangkan keadaan metaverse saat ini. Beberapa bahkan percaya, metaverse tidak akan banyak berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Mark Crowley, asisten profesor teknik komputer di University Waterloo di Ontario, Kanada, mengatakan dunia nyata jauh lebih kaya dan lebih penting daripada realitas virtual dan akan selalu demikian. “Saya yakin faktor pembatas untuk aktivitas yang benar-benar imersif adalah karena aktivitas tersebut tidak diperlukan,” ujar Crowley.

Di sisi lain, pendukung metaverse percaya bahwa itu akan memberikan realitas baru bagi manusia—yang bahkan dapat “memperbaiki dunia fisik bagi manusia”. Meski begitu, banyak pula desas-desus seputar metaverse telah dimatikan terutama setelah munculnya AI generatif.

Namun, ini tidak berarti bahwa konsep metaverse akan hilang selamanya. Contoh yang jelas dari hal ini adalah bidang AI yang telah berusia puluhan tahun, yang dikenal mengalami banyak penurunan minat dan investasi ketika orang meragukan prospek teknologi tersebut.

Hari ini, AI benar-benar mendisrupsi dan merevolusi berbagai industri. Namun, tak bisa dimungkiri metaverse erat kaitannya dengan cryptocurrency.

 
Konsep metaverse dan cryptocurrency dihubungkan oleh kebutuhan beroperasi dengan mata uang virtual untuk melakukan transaksi di ruang digital.
 
 

Konsep metaverse dan cryptocurrency dihubungkan oleh kebutuhan beroperasi dengan mata uang virtual untuk melakukan transaksi di ruang digital ini. Dilansir dari Telefonica, cara termudah untuk memperoleh mata uang virtual adalah melalui salah satu platform digital besar yang telah dibuat untuk tujuan ini. 

Setelah diperoleh, uang virtual ini disimpan dalam dompet cryptocurrency dan dapat digunakan sebagai mata uang fisik untuk membeli barang dan jasa di dunia fisik atau untuk digunakan di metaverse. Setiap transaksi aman dan terdesentralisasi berkat teknologi blockchain.

Sayangnya, saat ini cryptocurrency mengalami bear market sejak tahun lalu. Stephen Ng, selaku direktur utama PT Metaverse Indonesia Makmur (Nusameta) yang merupakan anak perusahaan WIR Asia Tbk (WIR Group) menjelaskan, saat ini Nusameta melihat semua developer sedang aktif-aktifnya membangun.

Hanya saja, Stephen menyebutkan, memang tidak banyak berkoar-koar karena ingin fokus. "Termasuk kami juga di Nusameta tetap pada purpose-nya, tetap pada goal-nya dan targetnya. Pokoknya development jalan terus karena kita sudah melihat bahwa metaverse ini keniscayaan,” ujar Stephen seusai acara penandatanganan nota kesepakatan antara Nusameta dan Esmod Jakarta di kantor Nusameta, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2023).

“Evolusinya kalau kita lihat secara history itu sudah evolusi ke arah yang benar, jadi metaverse pasti akan terjadi. Kalau disrupsi dari sisi kondisi ekonomi itu cycle banget kan. Kalau dari ekonomi pasti akan di atas dan di bawah. Dari sisi apa kami mau deliver tetap jalan terus,” katanya lagi.

Proses Evolusi

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by WIR Group (@wirgroupid)

Berikutnya, tren metaverse ke depannya sendiri tidak berubah. Stephen melanjutkan, “Kita bicara gen Z, gen Alpha yang dari lahir sebelum mereka bisa bicara pun sudah nge-swipe tablet gitu ya. Mereka adalah digital-digital native yang dari lahir sudah terbiasa hidup di digital.”

Menurut Stephen, metaverse bukan sebuah produk, tetapi evolusi. Jadi, dia berpendapat, nantinya kita semua pasti akan menjalani sebagian kehidupan dari kehidupan kita di metaverse.

Dia kemudian mengatakan hari ini metaverse mendapat perlakuan seperti saat awal Web 1. Kala itu semua orang ragu dan bertanya kepada Bill Gates tentang apakah dia yakin internet bisa terjadi. 

Contoh lainnya, ketika surel pertama kali diperkenalkan ke publik. Tidak ada yang percaya untuk apa memakai surel. Tetapi, hari ini surel menjadi komponen saat kita semua berkomunikasi. “Jadi, ketika market lagi downturn cukup kami anggap sangat normal sih,” katanya.

Di sisi lain, di kuarter keempat tahun ini Nusameta berencana merilis metaverse versi Alpha ke publik. Target ini bertujuan supaya publik sudah bisa mulai membangun metaverse tersebut bersama-sama Nusameta.

photo
People visit an art piece by Turkish-American new media digital artist Refik Anadols entitled Machine Hallucination Space: Metaverse Lot 1 at the Digital Art Fair Asia in Hong Kong, China, 05 October 2021. The fair features 40 international and local artists showcasing new media art, NFT Crypto Art or non-fungible tokens, a unique and non-interchangeable unit of data stored on a blockchain and immersive art experiences. The fair runs through 17 October 2021. - (EPAEPA-EFE/JEROME FAVRE)

Nusameta sadar betul metaverse di Indonesia tidak bisa dibangun oleh satu pihak atau hanya Nusameta, tetapi harus beramai-ramai. Maka dari itu, ada kerja sama antara Nusameta dengan Esmod Jakarta.

“Karena ya untuk bisa membangun inventori busana saja misalnya untuk avatar kan enggak mungkin hanya dari 10 orang yang kerja di sini, harus dibantu sama teman-teman yang lain. Jadi, itu target Nusameta di tahun ini jangka pendek adalah merilis versi Alpha di kuartal empat,” ujar Stephen.

Kolaborasi yang dilakukan antara Nusameta dan Esmod Jakarta ini dilakukan mempersiapkan digital creative talent untuk pelajar Esmod Jakarta demi keberlanjutan sektor industri mode masa depan yang akan didominasi dengan dunia digital. Kolaborasi ini juga diharapkan dapat membangun literasi digital melalui edukasi tentang metaverse dan berkolaborasi dalam penyelenggaraan fashion show virtual di metaverse secara berkala.

 

 
Metaverse mendapat perlakuan seperti saat awal Web 1.
STEPHEN NG, Direktur Utama PT Metaverse Indonesia Makmur (Nusameta).
 
 

Barang Branded dan Mewah itu Wajib Zakat?

Apakah barang branded dan mewah wajib dikeluarkan zakatnya?

SELENGKAPNYA

Di Lapas Mereka Kembali Merangkul Alquran

Belajar dan mengaji memberi ketenganan para narapidana.

SELENGKAPNYA

Menggugah Para Pendurhaka

Betapa mahalnya waktu di Ramadhan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya