
Kisah
Kaab bin Asyraf, Si Pendebat Nabi dan Pengingkar Alquran
Kaab bin Asyraf tidak mau menerima kebenaran Alquran dan Nabi Muhammad SAW.
Dakwah Nabi Muhammad SAW selama periode Madinah menghadapi tantangan yang bukan hanya dalam bentuk serangan fisik. Rasulullah SAW dan kaum Muslimin pun mendapati banyak orang yang menyerang Islam dengan narasi-narasi menyesatkan.
Salah seorang musyrikin yang gemar mencerca ajaran Islam kala itu adalah Kaab bin Asyraf. Secara nasab, ia memang bukanlah seorang Yahudi tulen. Hanya ayahnya yang murni Yahudi, sedangkan ibunya berasal dari suatu kabilah Arab.
Namun, sejak kecil Kaab bin Asyraf dibesarkan dalam lingkungan keluarga ayahnya. Jadilah ia mengidentifikasi diri sebagai seorang Yahudi. Pengaruhnya di tengah masyarakat Madinah tidak hanya ditunjang kemampuan komunikasinya, tetapi juga kekayaan yang dimilikinya.
Sejak kecil Kaab bin Asyraf dibesarkan dalam lingkungan keluarga ayahnya. Jadilah ia mengidentifikasi diri sebagai seorang Yahudi.
Sejak Rasul SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, Kaab menaruh kedengkian yang begitu besar terhadap diri beliau. Tokoh Yahudi ini menganggap, Nabi SAW hanyalah seorang pendatang yang tidak pantas memimpin masyarakat kota ini.
Ia pun sama seperti kebanyakan orang Yahudi ketika itu yang enggan mengakui Rasulullah Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Sebab, beliau tidak berasal dari Bani Israil.
Salah satu wujud kedengkian Kaab ialah upayanya untuk terus-menerus mendiskreditkan Islam. Kepada banyak orang, terutama kabilah-kabilah yang singgah di Madinah, ia selalu menyerukan mereka agar menjauh dari Nabi Muhammad SAW. Mereka pun diminta agar menutup telinga kalau mendengar beliau membacakan Alquran.
Baginya, risalah yang dibawa Nabi SAW tidak hendak memurnikan kembali ajaran Nabi Ibrahim AS. Bahkan, dengan serampangan Kaab menuding bahwa ajaran Rasul SAW bukanlah ajaran Nabi Ibrahim; dan bahwa Tuhan yang disembah beliau bukanlah Tuhan yang disembah ayahanda Nabi Ishaq dan Nabi Ismail tersebut.
Pada suatu hari, Kaab bin Asyraf dan sejumlah pendeta Yahudi mendatangi Rasulullah SAW yang sedang berkumpul dengan para sahabat. "Wahai Muhammad! Coba ceritakan kepada kami, seperti apa Tuhanmu itu!?" katanya.
Maka turunlah wahyu dari sisi Allah SWT, yakni surah al-Ikhlash. Karena merasa tidak bisa menjawab apa-apa, orang-orang Yahudi ini pun berlalu begitu saja.
Beberapa hari kemudian, Kaab datang lagi kepada Nabi SAW bersama dengan kelompoknya. Kali ini, ia mempersoalkan akidah Islam. "Nabi Ibrahim adalah nabi kami! Engkau bukanlah pengikut Ibrahim," serunya.
"Bagaimana bisa kalian mengeklaim sebagai pengikut Nabi Ibrahim AS? Nabi Ibrahim melaksanakan ibadah haji, sedangkan kalian tidak melakukannya," jawab Nabi SAW.
Turunlah firman Allah.
مَا كَانَ اِبۡرٰهِيۡمُ يَهُوۡدِيًّا وَّلَا نَصۡرَانِيًّا وَّ لٰكِنۡ كَانَ حَنِيۡفًا مُّسۡلِمًا ؕ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡ
اِنَّ اَوۡلَى النَّاسِ بِاِبۡرٰهِيۡمَ لَـلَّذِيۡنَ اتَّبَعُوۡهُ وَهٰذَا النَّبِىُّ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ وَاللّٰهُ وَلِىُّ الۡمُؤۡمِنِيۡ
"Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
Orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang yang mengikutinya, dan Nabi ini (Muhammad), dan orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman" (QS Ali Imran: 67-68).
Karena kehabisan kata-kata, Kaab dan gerombolannya itu pun pergi dari hadapan Rasul SAW. Tidak mau menyerah, beberapa hari kemudian ia mendatangi banyak warga Madinah.
Kepada mereka, lelaki ini mengejek Rasulullah SAW dan Islam. Pada saat yang sama, dirinya membangga-banggakan keyakinan Yahudi.
"Musa adalah nabi kami. Dialah nabi yang paling utama. Taurat adalah kitab terbaik, dan agama kami pun adalah agama terbaik. Sungguh tidak sudi kami beriman kepada Muhammad dan Alquran!" katanya.
Pernyataan itu terdengar oleh orang-orang Nasrani yang berada di dekatnya. Seorang Kristen Najran langsung menyela Kaab, "Isa adalah nabi kami. Dialah nabi yang paling utama. Injil adalah kitab-Nya yang terbaik. Agama kami pun yang terbaik. Meski kami juga tidak beriman kepada Muhammad dan Alquran, kami tidak setuju dengan perkataanmu!"
Sesudah itu, kelompok Yahudi dan Nasrani membujuk orang-orang yang menyaksikan mereka agar membela masing-masing agama. Bujukan juga diarahkan Kaab kepada penonton yang Muslim. Orang-orang Islam ini dirayunya agar mau meninggalkan Islam (murtad) dan memeluk agama Yahudi.
Atas kejadian tersebut, Allah menurunkan wahyu.
وَقَالُوۡا کُوۡنُوۡا هُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰى تَهۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ مِلَّةَ اِبۡرٰهٖمَ حَنِيۡفًا ؕ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡ
"Dan mereka berkata, 'Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.' Katakanlah, '(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan'." (QS al-Baqarah: 135).
Kisah Yahudi Menjual Agama Demi Makanan
Demi keuntungan duniawi, para pendeta Yahudi ini mengingkari kebenaran agama.
SELENGKAPNYAVirus Negara Pancasila
Banyak perilaku anak bangsa yang sejatinya mengandung virus menggerogoti eksistensi negara Pancasila.
SELENGKAPNYABerpuasa Ala Rasulullah SAW
Tujuan puasa Ramadhan untuk meraih derajat takwa dapat dicapai dengan izin Allah
SELENGKAPNYA