
Internasional
Damai di Yaman Kian Dekat
Kedua pihak bertikai sepakat saling bebaskan tahanan.
JENEWA -- Sudah sembilan tahun perang sipil yang dipengaruhi adu pengaruh Arab Saudi dan Iran berlangsung di Yaman. Kala itu, pada 2014, pemberontak Houthi mencoba menggulingkan kepemimpinan Rashad al-Alimi.
Kekuatan-kekuatan regional ikut campur tak lama kemudian. Iran menjatuhkan dukungan mereka untuk pemberontak Houthi, dan Saudi memimpin sekutu di Teluk membela pemerintahan. Pertempuran kemudian meluas.
Lembaga pembangunan PBB, UNDP melansir pada 2021 lalu, sedikitnya 377 ribu nyawa warga sipil hilang dalam perang itu. Hampir 60 persen kematian disebabkan oleh dampak tidak langsung seperti kekurangan air bersih, kelaparan dan penyakit. Sedangkan pertempuran secara langsung membunuh lebih dari 150.000 orang.

Sebagian besar dari mereka yang tewas akibat dampak tidak langsung perang adalah "anak-anak kecil yang sangat rentan terhadap kekurangan gizi dan kekurangan gizi," kata laporan UNDP.
"Pada 2021, seorang anak Yaman di bawah usia lima tahun meninggal setiap sembilan menit karena konflik tersebut," demikian temuan UNDP. Selain korban meninggal, sebanyak 3 juta warga terpaksa mengungsi ke berbagai negara.
Normalisasi hubungan Saudi-Iran yang dicapai belakangan akhirnya membuka jalan untuk akhir perang tersebut. Perkembangan terkini, kedua belah pihak dalam konflik Yaman sepakat untuk membebaskan 887 tahanan dan bertemu lagi pada Mei. Hasil tersebut mendapatkan sambutan hangat dari PBB dan Komite Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (ICRC) pada Senin (20/3).
Kelompok Houthi mengatakan, akan membebaskan 181 tahanan, termasuk 15 warga Saudi dan tiga warga Sudan. Pelepasan ini dilakukan dengan imbalan 706 tahanan akan dibebaskan oleh pemerintah.
Kesepakatan ini dilakukan oleh kepala komite urusan tahanan Houthi Abdul Qadir al-Murtada dan kepala negosiator Houthi Mohammed Abdulsalam. Murtada mengatakan pertukaran akan terjadi dalam waktu tiga pekan.
Para perunding mengharapkan kesepakatan bersama yang melibatkan semua tahanan yang tersisa selama 10 hari pembicaraan yang diadakan di dekat ibu kota Swiss, Bern. Pembicaraan itu adalah yang terbaru dari serangkaian pertemuan yang mengarah pada pembebasan tahanan pada 2022 dan 2020 di bawah kesepakatan yang dimediasi oleh PBB yang dikenal sebagai Perjanjian Stockholm.
Kesepakatan terbaru ini datang menjelang Ramadhan menambah optimisme untuk pembebasan lebih lanjut dan resolusi akhir untuk konflik Yaman. Kesuksesan ini menyusul dimulainya kembali hubungan antara Iran dan Arab Saudi bulan ini.

“Ini adalah ekspresi harapan. Ini adalah ekspresi kemanusiaan dan menunjukkan jalan ke depan bagi semua pihak yang berkonflik,” kata Direktur Regional ICRC untuk Timur Tengah Fabrizio Carboni yang menengahi kedua delegasi.
Utusan khusus PBB Hans Grundberg mengatakan, kesepakatan itu adalah salah satu dari beberapa perkembangan yang memberi alasan untuk percaya segala sesuatunya bergerak ke arah yang benar. Upaya-upaya yang dilakukan dinilai menuju penyelesaian konflik sembilan tahun yang telah menyebabkan lebih dari 20 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
“Dari diskusi tersebut, saya merasa bahwa ada keinginan untuk terlibat dalam arah yang positif untuk mencoba mencapai penyelesaian konflik di Yaman,” ujar Grundberg mengacu pada pembicaraannya minggu lalu dengan pemerintah Iran dan Saudi.

Konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran. Koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah dari ibu kota Sanaa pada 2014. Gencatan senjata yang ditengahi PBB pada April lalu sebagian besar telah diadakan, meskipun berakhir pada Oktober tanpa para pihak setuju untuk memperpanjangnya.
Sebelumnya, Iran juga telah setuju untuk menghentikan pengiriman senjata ke sekutu Houthi di Yaman. Langkah ini diambil sebagai bagian dari kesepakatan untuk membangun kembali hubungan diplomatik dengan Arab Saudi yang ditengahi oleh Cina.
Wall Street Journal (WSJ) yang mengutip pejabat Amerika Serikat (AS) dan Saudi mengatakan, langkah Teheran untuk menghentikan pengiriman senjata akan mempercepat upaya mencapai perdamaian di Yaman. Karena dapat menekan kelompok militan Houthi untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri konflik.

Gencatan senjata yang disponsori PBB di Yaman tahun lalu hanya berlangsung enam bulan. Houthi menolak seruan untuk de-eskalasi dan perpanjangan gencatan senjata. Teheran secara terbuka menyangkal bahwa mereka memasok senjata ke Houthi. Tetapi inspektur PBB telah berulang kali melacak pengiriman senjata yang disita kembali ke Iran.
Para pejabat dari Saudi dan Iran mengatakan, Iran akan menekan Houthi untuk mengakhiri serangan terhadap Arab Saudi. Wall Street Journal melaporkan, Arab Saudi mengharapkan Iran menghormati embargo senjata PBB yang bertujuan untuk mencegah senjata mencapai Houthi, dan mengurangi kemampuan kelompok itu untuk menyerang Kerajaan Saudi dan menguasai lebih banyak wilayah di Yaman.
"Kesepakatan Saudi-Iran memulihkan hubungan diplomatik memberikan dorongan untuk prospek kesepakatan (Yaman) dalam waktu dekat, sementara pendekatan Iran terhadap konflik akan menjadi semacam ujian lakmus untuk keberhasilan kesepakatan diplomatik minggu lalu," ujar seorang pejabat AS yang dikutip oleh Wall Street Journal, Kamis (16/3).

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, terbang ke Teheran untuk berdiskusi dengan para pejabat tentang bagaimana mengakhiri perang Yaman. Grundberg kemudian akan terbang ke Riyadh.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian meyakinkan Grundberg bahwa Teheran siap berbuat lebih banyak untuk membantu mengakhiri konflik di Yaman. Utusan khusus AS untuk Yaman, Tim Lenderking, juga bertemu dengan para pejabat Saudi dalam upaya untuk memulai pembicaraan damai.
Arab Saudi dan Iran juga sepakat untuk membuka kembali kedutaan dan misi mereka dalam waktu dua bulan. Mereka menegaskan penghormatan terhadap kedaulatan negara dan tidak campur tangan dalam urusan internal negara. Pemulihan hubungan Saudi-Iran disambut secara luas oleh komunitas global.
“Karena Arab Saudi dan Iran sama-sama penting untuk keamanan kawasan, dimulainya kembali hubungan bilateral mereka dapat berkontribusi pada stabilitas kawasan secara keseluruhan," ujar pernyataan Uni Eropa.
Saat Istri Meminta Cerai
Seorang wanita atau istri boleh saja menggugat cerai suaminya asalkan dengan syarat dan alasan yang jelas.
SELENGKAPNYABeda Metode Hisab dan Rukyat dalam Menentukan 1 Ramadhan
Cara hisab bisa dilakukan dengan menggenapkan bilangan bulan sebelumnya yaitu Syaban.
SELENGKAPNYAMereka Itu tidak Sama
Agama telah mengajarkan kita suatu sikap toleran terhadap umat beragama lain.
SELENGKAPNYA