
Refleksi
Ramadhan, Tawaran Berisiko
Sebelas bulan bergelimang dosa, bisa diusahakan ampunannya di bulan Ramadhan.
Oleh KH HAYSIM MUZADI
Sekali waktu, demikian dikisahkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Hakim, dan Imam Thabrani bahwa Malaikat Jibril AS pernah menjelaskan soal kedatangan bulan Ramadhan dalam kaitannya dengan posisi seseorang di mata Allah SWT. Begitu pentingnya hal itu, Jibril merasa perlu untuk menjelaskan langsung kepada Baginda Rasul.
Nabi yang mulia bersabda, ''Jibril menjumpaiku. Lalu ia berkata, 'Hai Nabiyallah. Barangsiapa meninggal di bulan Ramadhan tetapi Allah tidak mengampuninya, maka ia akan dilemparkan ke dalam neraka. Semoga Allah menjauhkan hal itu.' Katakan 'Amin', maka aku jawab, 'Amin'.''
Hadis berbunyi demikian, jarang sekali dikutip sehingga nyaris setiap tahun kita hanya disuguhi hal-hal ma'tsuroot seputar kelipatan pahala yang bisa kita dapat, bila bergiat dengan ibadah sepanjang bulan itu.
Hadis yang kita kutip di atas, sungguh akan membuat bulu kuduk kita semua berdiri tegak.
Padahal, hadis yang kita kutip di atas, sungguh akan membuat bulu kuduk kita semua berdiri tegak, karena selain menyediakan rupa-rupa hadiah, Allah SWT juga tak segan-segan mengancam mereka yang mengabaikan tawaran Allah SWT melalui Ramadhan ini. Nah!
Memang, benar adanya siapa yang membaca satu ayat Alquran di bulan Ramadhan, baginya disiapkan pahala sebagaimana mengkhatamkannya di bulan-bulan lain. Siapa yang mengerjakan nawafil di bulan Ramadhan, baginya pahala fardhu di luar bulan seribu bulan ini.
Semuanya dilipatgandakan sesuai kehendak dan janji Allah SWT. Setelah berpaling dari Allah SWT sebelas bulan lamanya, maka sebulan Ramadhan akan mengembalikan kita kepada-Nya. Sebelas bulan bergelimang dosa, bisa diusahakan ampunannya di bulan Ramadhan.
Sebelas bulan bergelimang dosa, bisa diusahakan ampunannya di bulan Ramadhan.
Ramadhan memang menawarkan banyak hal yang tak pernah kita temui di bulan-bulan lain. Tapi, tawaran ini memiliki risiko-risiko tertentu. Kalau ternyata tawaran 'pencucian noda' ini tak diindahkan karena kita tidak menghormati Allah SWT, diabaikan karena merasa kita akan hidup selamanya, dilecehkan karena kita beranggapan Allah SWT tidak mengetahui tindakan laknat kita, diingkari karena menganggap siksa kubur nonsen adanya, dan menganggap masa bodo ajakan Allah SWT ini karena tak yakin kiamat bakal datang, maka tunggulah ancaman-Nya.
Begitu seriusnya ancaman tersebut, sampai-sampai malaikat Jibril masih sempat berdoa lirih, semoga Allah SWT menjauhkan hal itu dari umat Muhammad SAW. Lalu, Jibril meminta Baginda Rasul mengaminkan doa itu. "Amin," jawab Rasulullah SAW penuh ketulusan.
Ramadhan memang menawarkan banyak hal yang tak pernah kita temui di bulan-bulan lain.
Begitu besar harapan Rasulullah SAW akan rahman-rahim Allah SWT, agar Ia berkenan menjauhkan kita dari sikap, tingkah laku, serta penyikapan yang kurang layak atas tawaran yang disampaikan-Nya melalui puasa di bulan Ramadhan. Semoga kita diampuni Allah SWT di bulan ini. Wallahul Muwaffiq.
Disadur dari Harian Republika edisi 11 September 2009. KH Hasyim Muzadi (1943-2017) adalah ketua umum PBNU periode 2000-2010.
Kriteria Pemberlakuan Pajak Menurut Fikih
Bagaimana aturan main pemberlakuan pajak menurut fikih?
SELENGKAPNYA‘Amerika Serikat Eksportir Islamofobia Global’
Profesor dari University of Arkansas ini soroti peran Amerika Serikat terkait Islamofobia.
SELENGKAPNYASejak Kapan Islamofobia Menggejala?
Islamofobia mungkin adalah sebuah istilah baru, tetapi gejalanya merentang jauh ke belakang.
SELENGKAPNYA