
Sehat
Tidur tak Berkualitas, Awal dari Demensia
Ternyata ada hubungan yang erat antara gangguan tidur dan demensia.
Tidur yang tidak berkualitas ternyata menimbulkan beragam masalah kesehatan. Sebuah studi baru telah mengaitkan tiga masalah tidur spesifik dengan perubahan risiko pengembangan demensia.
Penggunaan obat tidur dan kemampuan untuk tertidur dengan cepat (sleep-initiation insomnia) dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia selama periode 10 tahun, menurut para peneliti. Sedangkan, mengalami kesulitan tidur kembali setelah menunggu (sleep-maintenance insomnia) sangat berkaitan dengan pengurangan risiko demensia.
Temuan itu penting karena menjadi studi pertama yang menguji hubungan antara risiko demensia dan gangguan tidur jangka panjang pada sampel orang dewasa yang lebih tua di Amerika Serikat (AS). Kesimpulannya patut diperhatikan dan cocok dengan penelitian yang menggunakan sampel lebih kecil.
"Setelah membaca literatur yang ada, saya terkejut melihat temuan campuran tentang hubungan tidur-demensia. Jadi, saya memutuskan untuk menyelidiki topik ini," kata Roger Wong, ilmuwan kesehatan masyarakat di State University of New York Upstate Medical University, dikutip Science Alert, Ahad (12/3/2023).
Peneliti mengatakan, sleep-initiation insomnia dan sleep medication meningkatkan risiko demensia. Namun, mereka terkejut karena menemukan bahwa sleep-maintenance insomnia ternyata dapat menurunkan risiko demensia.
Para peneliti melihat data satu dekade dari studi panel longitudinal yang disebut National Health and Aging Trends Study (NHATS), khususnya pada 6.284 orang dewasa di atas usia 65 tahun yang tinggal di komunitas. Mereka belum pernah didiagnosis menderita demensia pada saat masa studi dimulai.
Hubungan yang paling dramatis adalah dengan insomnia awal tidur, dengan mereka yang melaporkannya, memiliki risiko demensia 51 persen lebih tinggi. Para peneliti mencatat, peningkatan itu berkurang ketika faktor sosiodemografi dan kesehatan dipertimbangkan. Namun, sampai pada titik itu, tidak lagi signifikan secara statistik.
Untuk penggunaan obat tidur, statistik menunjukkan, peningkatan risiko demensia sebesar 30 persen (setelah sosiodemografi, tetapi sebelum penyesuaian kesehatan). Di sisi lain, ada 40 persen penurunan risiko demensia, setelah variabel sosiodemografi dan kesehatan diperhitungkan, untuk insomnia pemeliharaan tidur.

Angka terakhir itulah yang paling mengejutkan para peneliti. Tim tersebut menunjukkan, lebih banyak waktu terjaga dapat membuat fungsi kognitif terus berdetak tanpa harus berdampak buruk pada kualitas tidur yang dilakukan sepanjang malam. Itu juga merupakan saran yang ada dalam penelitian sebelumnya.
"Dengan berfokus pada variasi gangguan tidur, temuan kami dapat membantu menginformasikan perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko demensia," kata Margaret Anne Lovier, Research Fellow di State University of New York Upstate Medical University, Amerika Serikat (AS).
Dengan sendirinya, penelitian ini tidak cukup untuk membuktikan sebab dan akibat bahwa masalah tidur menyebabkan demensia. Akan tetapi, menyoroti hubungan antara keduanya adalah hal yang perlu diketahui oleh peneliti dan dokter.
Untuk penggunaan obat tidur, statistik menunjukkan, peningkatan risiko demensia sebesar 30 persen.
Perlu juga dicatat, gangguan tidur umum terjadi pada orang yang menderita demensia dan orang tua. Temuan tersebut dapat digunakan untuk menilai risiko demensia dengan lebih baik untuk orang dewasa yang lebih tua.
Para peneliti juga menyerukan studi lebih lanjut tentang hubungan antara gangguan tidur dan jenis demensia tertentu. "Orang dewasa yang lebih tua kurang tidur karena berbagai macam kekhawatiran," kata Wong.
Menurut Wong, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami penyebab dan manifestasinya serta membatasi konsekuensi jangka panjangnya.
Supersemar dan Dokumen Penyerahan Kekuasaan 20 Februari 1967
Sukarno geram ketika dokumen penyerahan kekuasaan kepada Soeharto bocor ke media.
SELENGKAPNYAPara Puan Dalam Sejarah Ilmu Islam
Pada masa awal, ada banyak Muslimah terpelajar yang berperan dalam perkembangan syiar agama.
SELENGKAPNYA