Kesehatan mental (ilustrasi) | Unsplash/Tim Mossholder

Geni

Menyadari dan Lari dari Bahaya Ikatan Trauma

Membebaskan diri dari trauma bisa menjadi proses yang sulit.

Situasi traumatis atau kasar, sering membuat seseorang menjauh atau mengisolasi diri. Namun terkadang, hal itu juga dapat mendekatkan mereka dalam ikatan trauma.

Hal ini kemudian melahirkan hubungan tidak sehat antara pelaku dan korbannya. “Ini menggambarkan ikatan atau hubungan dengan pelaku yang menyebabkan trauma dalam hidup kita,” kata seorang konselor klinis yang berspesialisasi dalam trauma, Cecile Tucker, dilansir dari USA Today, Jumat (10/3/2023).

Misalnya, dalam hubungan yang kasar, seseorang mungkin mulai terhubung, memahami, atau bahkan menjadi defensif terhadap orang yang berbuat itu pada mereka. Untuk menyembuhkan dari hubungan yang kasar, penting untuk mengenali apa itu ikatan trauma.

Dalam hubungan dengan ikatan trauma, saat-saat kesusahan dan devaluasi sering kali disandingkan dengan ingatan positif atau intim yang terputus-putus. Sehingga sulit untuk meninggalkan situasi toxic tersebut. Korban pun akan mencoba merasionalisasi atau membenarkan hal buruk yang mereka alami. 

Akibatnya, membentuk keterikatan emosional dengan pelakunya. “Ikatan trauma adalah saat kita menghubungkan dan mengasosiasikan pelaku trauma atau kekerasan dengan cinta,” kata Tucker.

photo
Depresi dan mencoba lepas dari trauma (ilustrasi) - (Unsplash/Umit Bulut)

Meskipun umumnya mengacu pada hubungan romantis, ikatan trauma dapat muncul dalam dinamika apa pun dengan ketidakseimbangan kekuatan. Ikatan trauma juga bisa terjadi dalam kondisi, seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, pelecehan narsistik, penculikan, perdagangan manusia, hingga pemujaan berlebih.

Ikatan trauma mungkin sulit dikenali karena melibatkan siklus pelecehan dan penguatan positif, terkadang disebut bom cinta. Tanda-tanda umum bahwa seseorang terjebak dalam ikatan trauma meliputi:

- Ketergantungan pada pelaku.

- Bertahan, atau membuat alasan kepada orang lain untuk pelaku.

- Rasionalisasi atau membenarkan perilaku pelaku.

- Mengisolasi diri dari teman dan keluarga melalui manipulasi dan gaslighting.

- Menyalahkan diri sendiri, atau percaya bahwa pelecehan itu adalah kesalahan mereka sendiri.

Mekanisme Maladaptif

photo
Depresi dan usaha pulih dari trauma (ilustrasi) - (Unsplash/Nik Shuliahin )

Tidak semua orang yang mengalami pelecehan akan mengembangkan ikatan trauma. Tapi Tucker mengatakan itu bisa menjadi cara maladaptif bagi otak seseorang untuk menangani atau bertahan dari trauma.

“Jika mereka memahami orang ini pada tingkat yang sangat intim, akan jauh lebih mudah untuk memprediksi bagaimana pelaku dapat menyakiti kita di masa depan. Jadi sungguh, ini adalah strategi keselamatan yang secara tidak sadar kita lakukan untuk melindungi diri kita sendiri,” kata Tucker.

Namun, dia memperingatkan, terlalu lama berada dalam situasi yang kasar dan traumatis dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan mental dalam jangka panjang. Ini termasuk peningkatan risiko gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, penggunaan narkoba, dan depresi.

Membebaskan diri dari ikatan trauma bisa menjadi proses yang sulit selama puluhan tahun. Tetapi National Domestic Violence Hotline (NDVH) Amerika Serikat memberikan beberapa saran kepada mereka yang masih berjuang terlepas dari hal itu:

1. Jangan mengompromikan kebenaran untuk janji-janji semu

“Itu artinya, kita harus jujur pada diri kita sendiri, tentang bagaimana pilihan pasangan kita untuk berperilaku kasar terhadap kita dengan cara apa pun telah memengaruhi kita pada masa lalu, saat ini memengaruhi kita, dan mungkin memengaruhi kita kemudian hari, tanpa mengabaikan kenyataan ini,” ucap NDVH menyarankan.

2. Waspada dan akui apa yang sedang dialami

Ini bisa berarti menuliskannya untuk mengingatkan diri kita sendiri pada saat nanti, dan merenungkan dampaknya.

3. Hindari self-talk yang negatif

photo
Mengatasi trauma secara sehat (ilustrasi) - (Unsplash/Priscilla du Preez)

Rangkul pembenaran diri yang positif dengan mengelilingi diri kita sendiri dengan sistem pendukung yang kuat. “Cobalah sesuatu seperti, pikirkanlah 'Saya pintar, karena saya mengambil langkah untuk memberdayakan masa depan saya saat ini',” kata NDVH memberi saran.

 

 
Ikatan trauma adalah saat kita mengasosiasikan pelaku trauma atau kekerasan dengan cinta.
 
 

Ketika Akasyah Hendak 'Memukul' Nabi

Akasyah seakan-akan hendak memukul Nabi sebagai balasan dahulu di Uhud.

SELENGKAPNYA

Mengapa Sekte Sesat Marak di Korsel?

Sekte sesat di Korsel kian jadi sorotan belakangan.

SELENGKAPNYA

Sadisnya Remaja-Remaja Bersajam

Fenomena kekerasan bersenjata tajam sudah menkhawatirkan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya