
Dunia Islam
Di Mana Letak Dinding Zulkarnain?
Letak tembok yang dibangun Zulkarnain masih menjadi perdebatan sejarawan.
Salah satu kandungan Alquran adalah kisah-kisah dari masa silam. Di antara narasi historis yang ada dalam Kitabullah mengenai Dinding Zulrnain. Itu adalah tembok besi raksasa yang dibangun oleh Raja Zulkarnain untuk melindungi orang-orang dari kekejaman Yakjuj dan Makjuj. Pembangunannya telah diceritakan dalam Surah al-Kahfi ayat 94.
قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
“Mereka berkata, ‘Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’”
Namun, hingga saat ini keberadaan tembok tersebut masih menjadi misteri. Lantas, bagaimana petunjuk lokasi dinding itu? Lebih lanjut, siapa sosok Zulkarnain yang di maksud dalam ayat tersebut?
Berdasarkan penjelasan para peneliti serta dengan melihat nama sejumlah raja Yaman yang selalu dimulai dengan kata Dzul, maka yang dimaksud dengan Dzulqarnain di sini bukanlah Iskandar ar-Rumi yang berasal dari Makedonia.
Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) menjelaskan, Zulkarnain yang dimaksud adalah salah seorang raja Yaman yang hidup semasa dengan Nabi Ibrahim as dan telah menerima pelajaran dari Nabi Khidir As. Sedangkan Iskandar ar-Rumi (berasal dari Romawi) hidup 300 tahun sebelum masehi dan belajar pada Aristoteles.
Sementara, menurut Nursi, sejarah manusia hanya mampu mencatat sampai kira-kira tiga ribu tahun yang lalu. Tinjauan histori yang terbatas tentu tidak mampu menetapkan secara tepat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum masa Nabi Ibrahim AS.
Adapun faktor penyebab yang membuat nama Zulkarnain selalu diidentikkan dengan Iskandar di atas dalam berbagai kitab tafsir dikarenakan salah satu nama Zulkarnain adalah Iskandar. Dialah Iskandar agung dan Iskandar Kuno. Atau, ada juga alasannya karena Alquran ketika menyebutkan sebuah peristiwa parsial, ia menyebutkannya sebagai bagian dari berbagai peristiwa yang bersifat umum.
Nursi tampaknya juga mempercayai bahwa Tembok Besar Cina merupakan dinding yang dibangun Zulkarnain tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Syekh Hamdi bin Hamzah Abu Zaidd dalam buku Mengungkap Misteri Perjalanan Zulkarnain ke China: Munculnya Ya’juj dan Ma’juj di Asia, yang menjelaskan bahwa tembok besar Cina merupakan bangunan yang dibangun Zulkarnain.
Nursi mengatakan, Iskandar Agung yang merupakan Zulkarnain, sebagaimana lewat petunjuk kenabian telah membuat tembok Cina yang terkenal sebagai pembatas antara kaum penganiaya dan kaum yang teraniaya sekaligus untuk membendung invasi mereka.
“Maka para pemimpin besar lainnya seperti Iskandar ar-Rumi dan raja-raja kuat lainnya telah mengikuti langkah Zulkarnain dari sisi fisik dan materi,” jelas Nursi dikutip dari bukunya Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 206.
Sementara, menurut Nursi, beberapa nabi dan wali yang merupakan pemimpin spiritual bagi umat manusia mengikuti jejak beliau dari sisi spiritual dan pengajaran. Mereka mendirikan berbagai dinding pembatas di antara pegunungan sebagai salah satu sarana penting untuk menyelamatkan orang-orang yang teraniaya dari kejahatan manusia zalim.
Nursi mengatakan, mereka juga membangun benteng-benteng di puncak pegunungan. Lalu benteng tersebut mereka perkuat dengan kekuatan mereka atau dengan berbagai instruksi, pengarahan, dan perencanaan.
Bahkan, mereka juga membangun pagar-pagar di sekitar kota, benteng, dan di tengah-tengah kota. Hingga pada akhirnya mereka juga memakai fasilitas lain berupa artileri berat dan sejenis mobil lapis baja.
Nursi menjelaskan bahwa dinding yang dibangun oleh Zulkarnain merupakan dinding paling terkenal di dunia. Panjang dinding yang disebut Tembok Cina itu sejarak perjalanan beberapa hari. Dinding tersebut dibangun untuk menahan serangan bangsa-bangsa jahat yang oleh Alquran diberi nama Yakjuj dan Makjuj.
Sementara itu, sejarah menyebut mereka dengan bangsa Mongolia dan Manchuria yang selalu merusak peradaban umat manusia. Mereka muncul dari balik Pegunungan Himalaya. Lalu mereka membinasakan rakyat jelata serta merusak berbagai negeri, baik yang ada di Barat maupun di Timur.
Maka, menurut Nursi, keberadaan dinding yang dibangun di antara dua rangkaian Pegunungan Himalaya menjadi penahan serangan kaum yang buas itu sekaligus menjadi penghalang dari serangan yang seringkali mereka lakukan terhadap bangsa yang teraniaya di Cina dan India.
Sebagaimana Zulkarnain membangun dinding tersebut, banyak pula dinding-dinding lainnya yang dibangun atas keinginan para penguasa Iran Kuno di pegunung an Kaukasus di celah sempit untuk berlindung dari perampasan, pendudukan, dan invasi Bangsa Tatar. Dan masih banyak sekali dinding-dinding pembatas semacam itu.
Karena Alquran berbicara kepada seluruh umat manusia, menurut Nursi, maka ia secara tegas menyebutkan satu peristiwa yang dengan itu ia mengingatkan berbagai peristiwa serupa Iainnya. Dilihat dari perspektif ini, banyak sekali riwayat dan komentar para ahli tafsir seputar dinding, Takjuj, dan Makjuj.
Kemudian, Alquran berpindah dari satu peristiwa kepada peristiwa lainnya yang jauh karena melihat adanya korelasi dan keterkaitan konteks pembicaraan. Sehingga, menurut Nursi, orang yang tidak mengetahui adanya korelasi tersebut akan menduga bahwa masa terjadinya dua peristiwa tersebut berdekatan.
“Demikianlah, ketika Alquran menceritakan tentang kedatangan hari kiamat setelah hancurnya dinding pembatas tersebut, hal itu bukan karena jangka waktu antara dua peristiwa di atas berdekatan, tetapi karena keduanya mempunyai korelasi. Yaitu, sebagaimana dinding itu akan hancur, demikian pula dengan dunia,” jelas Nursi.
Selain itu, lanjut Nursi, sebagaimana gunung-gunung yang merupakan dinding-dinding pembatas alami ciptaan Tuhan yang sangat kokoh dan kuat hanya akan roboh dengan datangnya kiamat, begitu pula dengan dinding kuat tersebut. la tak akan hancur kecuali ketika kiamat tiba. Sebagian besarnya akan tetap eksis kecuali jika dalam perjalanan waktu kemudian ada yang merusak dan menghancurkannya.
“Ya, dinding tembok Cina yang merupakan salah satu tembok buatan Zulkarnain masih tetap ada dan bisa disaksikan meskipun sudah berusia ribuan tahun. Ia bisa dibaca layaknya garis panjang yang ditulis oleh tangan manusia di lembaran bumi. Ia berbentuk garis berwujud batu yang memiliki makna dari sejarah kuno,” kata Nursi.
Pelayaran Maut Seharga 8.000 Euro
Afghanistan mengeklaim 80 warga mereka gugur di laut Mediterania.
SELENGKAPNYAMenanti Air Bersih yang tak Kunjung Mengalir
Sebulan bisa habis ratusan ribu sampai sejutaan kalau sama air buat minum. Lebih mahal biaya air daripada biaya ngontrak rumahnya.
SELENGKAPNYAAksi Pemukim Yahudi Dikecam
Berbagai pihak menyerukan penghentian kekerasan di Tepi Barat.
SELENGKAPNYA