IKHWANUL KIRAM MASHURI | Republika

Resonansi

Hal-Hal Ini telah Bikin Sempoyongan Arab

Tiga tahun terakhir, ada beberapa hal yang membuat dunia Arab sempoyongan.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Dalam tiga tahun terakhir, ada beberapa hal yang membuat dunia Arab sempoyongan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sempoyongan bermakna terhuyung-huyung hendak jatuh.

Arti lainnya adalah rasa ingin jatuh, berkunang-kunang, pusing berputar, dan rasa melayang ketika melakukan aktivitas. Ya, seperti itulah kira-kira kondisi sejumlah negara Arab sekarang ini.

Yang dimaksud Arab atau dunia Arab di sini adalah di luar negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (Majlis at Ta’awun al Khalijy). Mereka adalah Kerajaan Bahrain, Daulat Kuwait, Kesultanan Oman, Daulat Qatar, Kerajaan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA). Kalau yang enam negara ini dalam tiga tahun terakhir justru tambah tajir melintir.

 
Kalau yang enam negara ini dalam tiga tahun terakhir justru tambah tajir melintir.
 
 

Perang atau tepatnya invasi militer Rusia ke Ukrania justru telah menambah pundi-pundi mereka. Ini lantaran negara-negara Teluk, yang merupakan produsen terbesar minyak dan gas dunia, kelimpahan pesanan dari negara-negara Barat.

Sanksi ekonomi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Rusia lebih dari setahun lalu telah mengalihkan negara-negara Barat untuk membeli minyak dan gas ke negara-negara Teluk, dari yang sebelumnya ke Rusia. Ini ibarat kata-kata Arab sendiri "bahwa musibah suatu kaum bagi kaum lain bisa menjadi berkah".

Bayangkan betapa semakin kayanya mereka. Karena itu, kalau ada klub sepak bola Saudi (Al Nassr) mengontrak Cristiano Ronaldo dengan gaji yang fantastis, 210 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,1 triliun per tahun, itu sebenarnya kecil saja bagi mereka. Juga bagi klub Al Hilal, yang menjadi rival Al Nassr, yang konon sudah menawari Lionel Messi untuk bermain di Liga Saudi. Bayaran yang ditawarkan pun lebih gila lagi, tak kurang dari 350 juta dolar (Rp 5,3 triliun) per tahun.

Jangan heran pula kalau ada anggota keluarga penguasa Qatar yang juga pemimpin Qatar Islamic Bank, Sheikh Jassim bin Hamad Al-Thani, telah resmi mengajukan penawaran untuk membeli Manchaster United, sebuah klub top di Liga Inggris. Harga yang ditawarkan kepada calon pembeli, menurut Sky Sports, tidak kurang dari 5 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 93,3 triliun.

Sebelumnya, beberapa klub sepak bola top di Eropa juga sudah dimiliki oleh keluarga-keluarga penguasa di negara-negara Teluk. Paris Saint-Germain (PSG) dimiliki keluarga penguasa Qatar. Lalu klub sepak bola Liga Primer Inggris, Newcastle United, dimiliki penguasa Arab Saudi. Berikutnya UEA memiliki klub raksasa Inggris, Manchester City.

Enam negara Teluk kaya ini biarlah berjaya dengan kekayaannya. Yang menjadi fokus kita adalah negara-negara Arab lain yang sempoyongan didera berbagai masalah selama tiga tahun ini. Negara Arab berjumlah 22 negara dengan lebih dari 400 juta penduduk. Mereka tergabung dalam Liga Arab.

 
Yang menjadi fokus kita adalah negara-negara Arab lain yang sempoyongan didera berbagai masalah selama tiga tahun ini.
 
 

Masalah pertama, Covid-19. Pandemi selama hampir tiga tahun ini telah membuat kehidupan sejumlah negara Arab seolah berhenti. Ekonomi kacau dan rantai produksi terganggu dalam jangka waktu lama.

Kedua, invasi Rusia ke Ukraina, yang mengakibatkan dampak ekonomi yang luar biasa pada berbagai bangsa, termasuk negara-negara Arab. Apalagi 50 persen lebih gandum —yang menjadi bahan dasar makanan pokok Arab berupa roti— diimpor dari Ukraina dan Rusia.

Ketiga, pengetatan moneter yang diterapkan oleh Bank Federal AS, dengan kenaikan suku bunga berturut-turut sebanyak tujuh kali pada 2022, telah meningkatkan biaya pinjaman dan impor dalam dolar di beberapa negara Arab.

Keempat, dan ini cilakanya, pengetatan moneter oleh AS itu dibarengi dengan rontoknya nilai mata uang lokal di sejumlah negara Arab.

 
Rontoknya nilai uang lokal ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti di Irak, Mesir, Tunisia, Lebanon, Suriah, Mesir, Yaman, Libya.
 
 

Rontoknya nilai uang lokal ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti di Irak, Mesir, Tunisia, Lebanon, Suriah, Mesir, Yaman, Libya, dan lainnya. Sebab, krisis jatuhnya uang lokal itu dibarengi dengan inflasi yang meningkat secara dramatis.

Ini tercermin dari kenaikan gila-gilaan harga berbagai barang, termasuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mengutip Aljazirah, banyak keluarga yang kemudian tidak bisa menyediakan makanan layak untuk anggota keluarganya.

Dr Amal Musa, kolomnis dan profesor sosiologi di Tunis University menyebut, akibat berbagai hal yang menimpa bangsa-bangsa Arab selama tiga tahun ini banyak orang yang kaya tiba-tiba miskin dan yang miskin menjadi semakin miskin akut. Hal ini, katanya, antara lain disebabkan oleh banyaknya perusahaan besar, menengah, dan kecil yang bangkrut, dan otomatis menambah pengangguran dan kemiskinan. Belum lagi harga-harga kebutuhan sehari-hari yang terus naik.

Di Sudan, salah seorang warga mengungkapkan krisis di negaranya secara tragis. Dalam sebuah wawancara pada salah satu episode program Talking Point, ia mengatakan, sekarang hanya orang kaya di Sudan yang makan tiga kali sehari, dan mayoritas warga hanya bisa makan sekali sehari.

Di Lebanon, negara yang dulu berjuluk 'Parisnya Timur Tengah ini' ekonominya runtuh parah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pasar keuangan juga kacau setelah lira, mata uang Lebanon, jatuh terus menerus terhadap mata uang asing.

 
Banyak keluarga Lebanon yang tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
 
 

Banyak keluarga Lebanon yang tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Warga yang mempunyai deposito di bank pemerintah pun tidak bisa menarik uangnya. Mengutip laporan organisasi hak asasi manusia di Beirut, tingkat kemiskinan di Lebanon telah mencapai 55 persen, sejumlah 25 persen di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan.

Di Mesir kondisinya juga tidak jauh berbeda. Menurut laporan terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia, Mesir termasuk negara yang paling terpengaruh oleh inflasi harga komoditas pangan, dengan tingkat inflasi mencapai 37,3 persen pada 2022.

Ini bukan berarti negara Arab lain yang belum tersebut kondisinya lebih baik, seperti Libya, Yaman, Irak, Sudan, dan lainnya. Bahkan mungkin lebih buruk.

Di sejumlah negara Arab, persoalan bertambah lagi dengan tidak adanya kestabilan politik alias masih terjadi perebutan kekuasaan, bahkan sampai kini. Di Suriah, yang baru diguncang gempa dahsyat bersama Turki, masalah bantuan internasional pun bisa menjadi rebutan antara pemerintah rezim Bashar Assad dan oposisi.

Menurut pemantau hak asasi manusia Suriah, telah terjadi bentrok antara pasukan rezim penguasa dengan oposisi bersenjata, Jumat lalu, di barat laut negara itu. Ini merupakan pertama kalinya terjadi bentrokan bersenjata sejak gempa dahsyat yang melanda wilayah itu pada 6 Februari 2023.

Kelompok oposisi bersenjata yang menentang pemerintahan Presiden Bashar Assad menguasai barat laut Suriah, salah satu daerah yang paling terdampak gempa yang mengguncang Suriah dan Turki. Menurut Rami Abdul Rahman, direktur pemantau HAM Suriah, 235 tewas, tapi kali ini akibat bentrokan. Bukan akibat gempa yang menewaskan lebih dari 4.400 orang.

Konflik di Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang, menelantarkan lebih dari setengah populasi negara itu. Juga memaksa jutaan orang mengungsi ke negara lain sejak pecah konflik pada 2011.

Lebih dari 4 juta orang di barat laut Suriah telah lama bergantung pada bantuan asing bahkan sebelum gempa.

Kesengsaraan rakyat Arab memang lebih sering diakibatkan oleh perebutan kekuasaan atau oleh penguasa yang hanya peduli pada kekuasaan. Ini terjadi di banyak negara Arab. Bukan saja di Suriah, tapi juga di Libya, Yaman, Tunisia, Lebanon, Irak, Sudan, dan lainnya.

Wapres Minta Warga Cianjur Bertawakal dan Berusaha

Dia meminta masyarakat setempat tidak tinggal di daerah yang memang rawan bencana atau garis gempa.

SELENGKAPNYA

Agung 'Sinyo' Sugiarto: Dampingi LGBT Kembali ke Fitrah

Mereka diajarkan untuk membedakan lawan jenis, baik secara anatomi maupun karakter.

SELENGKAPNYA

Mulanya Era Khulafaur Rasyidin

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pertama beberapa hari setelah wafatnya Nabi SAW.

SELENGKAPNYA