Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya dalam acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). HUT ke-50 PDI Perjuangan mengusung tema Genggam Tangan Persatuan Dengan Jiwa Gotong Roy | undefined

Nasional

Megawati, Angka Stunting, dan Pengajian Kaum Ibu

Mega menjelaskan, saat mengikut pengajian, bagaimana anak akan diperhatikan?

JAKARTA -- Pengajian kaum ibu yang marak di Tanah Air menjadi sorotan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Megawati menyampaikan pidatonya saat menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: "Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana", di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).

Acara tersebut dihadiri Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, beberapa menteri, dan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi.

Salah satu pidato Megawati yang kontroversial yakni ketika membahas masalah anak stunting. Pada mulanya, Megawati sempat membanggakan prestasinya sebagai perempuan yang bisa membeli kapal dan pesawat. Ia mengajak ibu-ibu supaya meniru kehebatannya. "Eh, saya aja bisa beli kapal, pesawat. Cewek, loh. Lha mbok tiru saya dong, ya. Aduh, gimana sih, ibu-ibu, supaya bisa menyemangati gitu loh," kata Megawati.

Megawati pun menyinggung kegiatan pengajian kaum ibu yang menyita waktu sehingga lupa mengurus anak. Mega menjelaskan, saat mengikut pengajian, bagaimana anak akan diperhatikan? "Maaf, ya, sekarang kan budayanya, maaf beribu maaf, kenapa toh seneng banget ngikut pengajian? Iya loh, maaf beribu maaf, iki mengajian sampai kapan to, yo. Anake arep dikapake (anaknya mau dikemanakan?)," ujar Ketum PDIP itu.

 
Maaf beribu maaf, kenapa toh seneng banget ngikut pengajian? Iya loh, maaf beribu maaf, iki mengajian sampai kapan to, yo. Anake arep dikapake (anaknya mau dikemanakan?).
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Ketua Umum DPP PDIP
 

Megawati lantas menegaskan lagi bahwa dirinya tak melarang pengajian ibu-ibu. Bahkan, ia mengaku pernah mengikuti pengajian. "Boleh, bukan berarti enggak boleh. Saya juga pernah pengajian, kok," ucap Megawati.

 

Megawati lalu berpesan kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Puspayoga dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini agar menyiapkan ibu-ibu supaya memperhatikan waktu pengasuhan anak dan pengajian. "Maksud saya, nanti Bu Risma saya suruh, nanti Ibu Bintang saya suruh, tolong bikin manajemen. Manajemen rumah tangga, kekeluargaan," ucap Megawati.

Berapa sebenarnya jumlah angka stunting hingga Megawati mengaitkannya dengan aktivitas pengajian kaum ibu? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah melansir bahwa kasus stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen (2021) menjadi 21,6 persen (2022). Hasil tersebut diperoleh berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang menyertakan 334.848 bayi dan balita.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi sempat menjelaskan, penyebab utama stunting yakni pola makan yang berpengaruh pada kekurangan gizi. Berdasarkan studi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ujar dia, anak balita mengalami stunting karena beberapa faktor, seperti pemberian nasi dengan lauk kentang goreng, mi instan, kuah bakso, dan minuman susu kental manis.

Petikan pidato Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soukarnoputri dalam acara Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakandi Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023). - (Twitter)  ​

Disesalkan

Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) Pusat Syifa Fauzia menyayangkan pernyataan Megawati Soekarnoputri yang menanyakan alasan kaum ibu suka ke pengajian. Majelis taklim atau pengajian disebut sebagai wadah bagi para ibu menimba ilmu dan menambah iman.

"Pengajian adalah sarana informal untuk menuntut ilmu. Kami sangat menyesalkan jika Ibu Mega terkesan seperti mempertanyakan mengapa ibu-ibu suka sekali datang ke pengajian," ujar dia saat dihubungi Republika, Ahad (19/2/2023).

Justru, ia menyebut apa yang dilakukan kaum ibu harus disemangati. Dia menegaskan, mereka berupaya untuk menuntut ilmu di luar ilmu pendidikan akademis yang bersifat formal. Dengan posisi sudah menikah dan punya anak, Syifa menyebutkan, mereka akan berat dan susah jika diminta melanjutkan pendidikan akademis, termasuk dari sisi waktu dan uang. Kondisi mereka tidak bisa diseragamkan seperti waktu masih sekolah atau kuliah.

photo
Pembukaan Rakernas 1 BKMT. Anggota Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) mengikuti Pembukaan Rapat Kerja Nasional 1 Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Gedung Serba Guna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (4/5).  Yasin Habibi/ Republika - (Yasin Habibi/ Republika)

Ia juga menjelaskan, waktu majelis taklim sangat fleksibel, sesuai dengan kemampuan dan waktu yang dimiliki kaum ibu. Jika ada pengajian yang tidak bisa diikuti karena harus merawat anak atau mengurus suami, hal itu tidak menjadi masalah dan bisa memilih majelis taklim atau pengajian lain yang sekiranya pas dari segi waktu.

"Pengajian sifatnya bukan wajib, tapi tambahan yang berarti. Tambahan ini bisa menjadikan ilmu dan wawasannya berkembang, sehingga sangat dibutuhkan oleh ibu-bu," lanjutnya.

Poin positif lain dari majelis taklim, ucap Syifa, adalah dari sisi durasinya yang tidak terlalu panjang. Jikalau ada pengajian yang memakan banyak waktu, biasanya tidak rutin. Selain itu, lokasinya biasanya di mushala, masjid, atau rumah salah satu jamaah yang membuat mereka merasa nyaman.

Kalaupun mereka harus meninggalkan anak di rumah, sang ibu pasti sudah memahami kapasitasnya dan kondisi anaknya bisa ditinggalkan atau dibawa ke majelis. Dia pun mencontohkan dirinya sendiri. Syifa menyebutkan, sang ibunda telah membawanya ke majelis sejak berusia dua tahun. Dia menjelaskan, tidak ada masalah dengan aktivitas tersebut.

Selama berorganisasi di BMKT, selaku organisasi majelis taklim terbesar pengajian kaum ibu di Tanah Air, Syifa menemukan ada banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh para ibu. Dia menjelaskan, majelis taklim membantu menguatkan potensi perempuan Indonesia. Selama kajian, mereka bisa mendapatkan pembelajaran dan pembangunan iman dan akhlak.

"Akhlak itu naik turun, iman juga begitu, yang harus di-recharge dengan siraman-siraman rohani. Majelis taklim berupaya mengisi kekosongan dan kekurangan dari perempuan-perempuan Muslim Indonesia. Keberadaannya tidak perlu lagi dipertanyakan karena dibutuhkan," tutur dia.

Terakhir, Syifa menyebut majelis taklim adalah platform untuk menambah pengetahuan yang sangat sejalan dengan Pancasila, kebangsaan, serta keumatan. Negara akan lebih makmur, berjaya, serta meningkat kualitasnya jika akhlak, iman, pengetahuan, dan wawasan para ibu meningkat.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis menegaskan, kaum ibu yang rajin ke pengajian tidak menelantarkan anak-anaknya. Dia menegaskan, kebanyakan ibu yang datang ke pengajian mempunyai anak yang sudah besar. Mereka yang datang ke pengajian lebih sebentar menghabiskan waktu daripada kaum ibu yang bekerja kantoran atau menjalankan bisnis. "Waktunya untuk ngaji lebih sebentar daripada wanita yang kerja kantoran atau bisnis," kata Kiai Cholil kepada Republika, Ahad (19/2/2023).

Kiai Cholil mengatakan, wanita yang bekerja di kantoran dan melakukan bisnis juga bisa mengurus anak walau waktu bekerja di kantor lebih lama dari pengajian. Ia menambahkan, dengan ikut pengajian, kaum ibu jadi tahu dan peduli mengurus anak. Dia menjelaskan, tidak ada ceritanya bahwa mereka yang rajin ikut pengajian jadi bodoh dan tidak kreatif.

Ia menerangkan, kegiatan mengaji dapat melatih hati dan mengkaji melatih pikir. Banyak wanita yang dapat memadukan keduanya sekaligus. "Soal tidak senang ngaji, tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun," ujar Kiai Cholil.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Napak Tilas Jejak E Dubois

E Dubois datang ke Trinil setelah mendengar informasi dari Raden Saleh.

SELENGKAPNYA

Agung 'Sinyo' Sugiarto: Dampingi LGBT Kembali ke Fitrah

Mereka diajarkan untuk membedakan lawan jenis, baik secara anatomi maupun karakter.

SELENGKAPNYA

Krisis Air Bersih di Rusun Marunda

Penyediaan air mobil tangki dinilai bukan solusi.

SELENGKAPNYA